Ayun tertawa heboh depan mata Riu. Ini jelas jenis provokasi tertentu yang menyebarkan kepahitan dalam hidupnya. Jero sedikit canggung di hadapan Riu sementara Ayun, ia semakin lengket bersandar di lengan Jero bagai lem korea. Satu kaki di luar dan satu kaki di dalam, sungguh canggung di lihat orang.
Sejak kapan Jero mengikuti acara sore minum teh di rumah pikirnya bingung. Ibu Jero tidak peduli, baginya Ayun merupakan menantu idaman sejak dulu kala.
"Dari mana?"
Suara Jero yang lemah lembut terdengar seperti bencana di telinga Riu. Tanpa sadar melangkah mundur ke belakang hingga menyentuh pembatas tanaman.
"Untuk apa tanya begitu? Suami pulang cepat ingin melihat istrinya tapi malah istrinya sibuk dengan entah apa itu. Coba lihat kelakuan istrimu itu Jero. Bandingkan dengan Ayun yang sejak pagi bersama ibu"
Ayun di dekat Jero mulai bertingkah sengaja manja. Tangannya mengelus bagian punggung tangan Jero dan lengan. Mata mirip kucing mengawasi tikus kecil yang tak lain Riu.
