Chereads / Cinta Istri Kedua / Chapter 27 - Penyesalan yang datang

Chapter 27 - Penyesalan yang datang

Tepuk tangan meriah ketika cincin indah di sematkan di jari Ayun menggugah rasa penasaran tamu undangan dan keluarga ketika Riu bergabung ke dalam ruangan.

"Selamat!" teriakan MC kepada kedua calon mempelai di tambah suara ucapan selamat dan tepuk tangan membuat suasana menjadi lebih hidup.

Riu terdiam sesaat melihat arah panggung, hatinya tetap tak nyaman mengingat penolakan terhadap Robi. Matanya mencari Jero tapi tak ada bikin mengerut di wajah.

"Siapa yang kamu cari?" tanya setengah berbisik di sampingnya, Riu menoleh ke arah samping. Matanya terkejut melihat Jero sudah ada disampingnya. Wajahnya memerah malu, ia ingat apa yang dikatakan pada Robi tadi di taman.

"Bukan siapa-siapa" jawabnya pelan. Alih-alih mentertawakan sikap Riu yang seperti kucing, Jero melingkarkan tangan pada pinggang Riu dari belakang. Jenis kemesraan yang sengaja dilakukan Jero demi menghalau fans berat Riu yaitu Robi dan Caoli.

"Kamu tahu aku sangat mencintaimu" bisiknya di telinga Riu mengirimkan sinyal jika pengendalian fisik Jero sangatlah rendah terhadap Riu.

"Jero..."

Tepuk tangan meriah dilakukan para tamu sementara Jero tidak peduli dengan situasi sekarang ini, ia melepaskan Riu lalu menariknya keluar dari ruangan menuju mobilnya.

"Acara belum selesai, aku bahkan belum bertemu yang lainnya" sentak Riu ingin lepas dari Jero tapi seperti biasa Jero tidak mau di halangi. "Masuklah, lain kali kita bisa bertemu mereka. Lagian masih bertunangan, menikah atau tidak, apa hubungannya dengan kita" ujarnya memaksa Riu masuk ke dalam mobil lalu diikuti dirinya.

Sopir segera menjalankan mobil meninggalkan, sementara itu Caoli menatap kearah mobil Jero yang pergi dengan marah.

"Tuan.." panggilnya bersimpati. Caoli merasakan kemarahan berlipat ganda ketika nada simpati keluar dari orang kepercayaannya.

"Lupakan!", Caoli kembali masuk ke dalam gedung, matanya meneliti dimana Robi. Kemarahannya tak terbendung melihat Robi sedang asyik minun minuman keras, iapun berjalan kearahnya.

buk!!!

Suara teriakan tak terbendung, semua mata beralih dari panggung ke arah suara. Beberapa petugas bergerak cepat mengamankan. situasi.

Robi terjatuh sejauh 0,5 meter dari tempatnya berdiri. Darah mengalir di sela-sela mulut, matanya bingung melihat Caoli.

"Caoli? apa ini?"

"Manusia tidak tahu diri!"

"Hahahaha... rencanamu tak berhasil hah! seharusnya aku yang marah"

"Kau!"

Tarikan keras ke arah samping dilakukan Carlo, wajahnya masam tak senang. "Ini acara pertunangan aku, kamu ingin aku lempar keluar?" tanyanya kesal.

Robi bangkit berdiri, ia sedikit sempoyongan bahkan nyaris terjatuh lagi jika tak ada Elisabeth di samping. "Maafkan kami, aku akan membawa Robi pulang ke rumah" kata Elisabeth sedikit membungkuk dan kesal secara bersamaan.

Mata menyipit seakan menjadi perkara sulit ketika Elisabeth berbicara begitu. "Kamu pilih dia atau aku, Elisabeth! kamu tahu apa yang aku maksudkan" ujar Caoli tanpa ragu.

Carlo ingin mengumpat terhadap Caoli yang kehilangan kesabaran, ia nyakin ini berhubungan dengan wanita bernama Riu.

"Caoli"

Caoli tidak mau mendengar apapun, berbalik menghadap pintu lalu pergi tinggalkan mereka semua. Elisabeth melihat bimbang, "Maaf Robi" kata Elisabeth melepaskan tangan Robi lalu berlari mengejar Caoli. Baginya hanya ada Caoli seorang.

Robi tertegun melihatnya lalu tertawa terbahak-bahak dengan garing bikin tumbuh simpati yang berlebihan. Sekilas ingatan terakhir kebersamaannya dengan Riu, awal malapetaka hidupnya dimulai.

"Hmm"jawab Riu masih sibuk memakai pernik lain di tangannya yang langsing.

"Menurutmu, apa kita tidak lakukan lebih jauh dari ini?" tanya Robi sedikit mendekati Riu.

"Maksudnya?" tanya balik Riu dengan pandangan tidak mengerti. Robi sedikit mencondongkan tubuhnya pada Riu hingga tinggal sedikit lagi mencapai lipstik berwarna nude yang dipakai Riu.

"Aku menginginkanmu" bisik Robi dengan hati-hati bergeser depannya. Riu mengerutkan keningnya lalu mengelengkan kepala seraya menepuk bagian depan Robi.

"Kita masih kuliah. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan selain itu. Kamu tahu keluargaku sedang kesulitan, aku harap kamu mengerti" kata Riu berusaha keluar dari Robi.

"Ayolah Riu. Hanya sedikit saja di bibirmu" ucap Robi frustasi melihat kegesitan Riu menghindari. Riu secepat kilat keluar dari rumah diikuti Robi yang menghela nafas panjang setiap kali meminta, selalu ditolak bahkan terasa menghindari. Mereka berdua segera naik ke dalam mobil. Robi tidak membahas lagi masalah ini demikian juga Riu karena pada akhirnya ia bertemu dengan Elisabeth dan bercinta dengannya habis-habisan, sialnya paginya ia ditemukan oleh Riu di depan kamar kosnya sendiri.

Penyesalan datang terlambat sesudahnya, Elisabeth datang memberitahu kehamilannya dan itu juga di depan Riu yang mulai memaafkannya.

Robi tertawa sumbang merusak acara, Carlo merasa kesal tapi tak dapat berbuat banyak. Perasaan sangat sulit di atur.

Di dekat Carlo, Ayun menunduk melihat cincin di jari, gemerlap menyilaukan mata tapi hatinya kosong sama seperti Robi, perasaan menyesali keputusan lampau sangat sakit.

.....

Jero mengulurkan tangannya ke arah Riu, mereka berdua sampai di rumah. Riu berjalan terus masuk bersama Jero menuju kamar. Fisik maupun mental Riu berantakan, buru-buru masuk ke dalam kamar mereka.

Begitu di kamar, ia cepat berganti pakaian dengan yang lebih nyaman di kamar mandi. Ketika keluar, Jero sudah berganti pakaian dan duduk di sofa sambil melihat dokumen.

"Riu.... dimana cincin pernikahan kita?"

Riu meletakan anting-anting ke dalam kotak. "Kenapa?" tanya Riu mengambil alat pembersih wajah dari atas meja rias. Jero mendengus datar lalu menghempaskan dokumen di atas meja.

"Riu..."

Nada peringatan terdengar dari suara Jero ketika bangkit berdiri, matanya suram menghampiri.

Tangan kanan berisi kapas terhenti sejenak, mata saling bertemu, nafas tersendat. Riu meraih satu kotak di dekat tumpukan kotak perhiasan.

Mata Jero berkilat tak senang namun kepalanya diturunkan hingga ke bahu sehingga bisa mengecup leher Riu lembut.

"Pakai!", nada peringatan lagi-lagi terdengar membuat kesal Riu. Sorot mata Riu tidak di lihat oleh Jero, "Tidak" bantah Riu tegas.

"Riu..." kata Jero gemas, bibirnya mengecup dengan keras lehernya. Bekas merah terlihat jelas, ciuman di leher semakin kuat membuat sakit Riu, Jero melihat ke arah cermin dimana bibir Riu cemberut.

Riu bergerak melepaskan dari kecupan berikutnya, Jero merasa kesal sekaligus gemas. Tak mau semakin kesal dengan Jero, Riu mendudukkan diri diatas tempat tidur.

Jero tersenyum jahat melihatnya, iapun berjalan cepat ke arahnya bertepatan Riu mulai berbaring hendak menarik selimut dan menindihnya.

"Jero!"

Bukan jawaban yang diterima tapi sentuhan lembut di bibir Riu hingga kehilangan nafas sejenak. Jero ingin menghukum Riu karena tidak mengunakan cincin pernikahan, ia menyadari karena hal inilah, banyak pria tidak tahu jika Riu sudah memiliki suami.

Riu tak berkutik, kali ini telah salah bikin Jero bernafsu hebat bahkan tak memberikan jeda untuknya, penyesalan yang datang seringkali kepala dibuat tak berdaya dalam berfikir.