Chereads / Arora and The Moon Book North / Chapter 10 - Tulip putih

Chapter 10 - Tulip putih

Pagi ini terasa sangat baik untuk ku karena mendapatkan cukup istirahat setelah Minggu lalu aku lebih banyak untuk bekerja sampai harus lembur di kantor.

Rasa bersalah sedikit menghantui ku tadi malam karena berbohong pada ibu Rania dan menolak ajakannya untuk makan malam di rumah nya. Sebenarnya aku sangat lelah, sehingga aku harus melakukan itu. Semoga di lain waktu aku bisa menebus kesalahanku itu.

Tiba-tiba bel pintu apartemen ku berbunyi,,

" Oh ini masih terlalu pagi untuk Sania datang kemari, aku masih ingin tidur lagi tapi agak aneh karena jika itu dia maka tidak perlu menekan bel nya kan, ia tau sandi pintu apartemen ku." gerutu diriku sambil berjalan ke arah pintu.

Namun yang ku lihat hanya sebuah pekat yang di letakkan di depan pintu, ku pikir yang datang tadi Sania. Ada sebuah kotak persegi panjang berwarna coklat, yang di hiasi dengan bunga tulip putih di atasnya, dengan kartu ucapan bertuliskan" Arora " berwana merah.

"Ini untuk ku" Dengan heran aku masuk ke dalam sambil membawa paket itu.

Kemudian tanpa berpikir panjang lagi aku membuka nya, di sana hanya sebuah surat dengan tulisan nama ku di depan surat itu. "Yaaa.. ini memang untuk ku", kata ku sambil membuka dengan penasaran.

" Pikirku dengan waktu berlalu, maka semuanya bisa terobati. Ini adalah yang ke 2 dan aku yakin takdir ingin membuat cerita baru lagi dengan ku dan nama mu di sana. "

Itu adalah sebuah surat yang membuat ku saat itu juga ketakutan. Aku berfikir apakah arti dari isi surat ini, dan siapa orang yang mengirim nya. Apakah aku akan dalam bahaya. Seluruh aliran di tubuh Ku terasa seperti di bakar oleh adrenalin.

Aku sedikit terkejut dan dengan kepala setengah pusing aku masuk ke kamar untuk kembali beristirahat sejenak, meninggalkan paket itu di ruang tengah.

Tidak banyak waktu yang ku punya hanya sekitar 2 setengah jam untuk beristirahat sampai Sania datang, dan membangun kan ku, lalu dengan wajah penasaran ia berkata,

" Surat dari siapa ini ? Apakah sudah ada seseorang yang spesial untuk mu ?" ini jelas sebuah surat dari seorang laki laki."

" Eeemm,,, aku tidak tau Sania, surat itu hanya di letakkan di depan pintu, dan aku tidak tau siapa yang mengirim nya. Aku sangat takut saat ini. Aku tidak punya sesuatu yang spesial seperti yang ada dalam pikiran mu saat ini, aku hanya bingung memikirkan kenapa itu di berikan pada ku".

" Ok ok honey, enjoy, cobalah untuk tenang sekarang, mau aku buatkan capuccino hangat. Aku akan menunggu mu di ruang tengah kita bisa membicarakan nya di sana."

Sesaat setelah Sania keluar dari kamar, aku bergegas ke kamar mandi, lalu berganti pakaian. Aku hanya bisa mengatakan pada diriku sendiri bahwa semua ini adalah hal hal baik, stress tidak akan memberikan kebaikan pada diri Ku tenanglah Rora.

Sania sudah membuatkan ku sandwich dan capuccino hangat untuk sarapan kami bersama.

" Ayo makan, setelah itu baru kita membicarakan hal itu." kata Sania

" Baiklah." balasku padanya

Sania hanya memperhatikan ku sambil memakan sarapannya, ia sangat mengerti bahwa aku harus merasa nyaman barulah aku akan berbicara.

Setelah selesai sarapan kami berpindah dari meja dapur ke ruang tengah dan berbicara di sana. Sambil sesekali meminum capuccino hangat yang ia buatkan untuk ku, aku berkata padanya,

"Sania apakah ini tidak aneh untuk mu jika seseorang mengirimkan surat seperti itu untuk mu ?".

" Bagiku itu hal yang wajar. Maksud ku, bisa saja seseorang saat ini sedang menyukai mu, namun ia belum ingin menunjukkan identitas nya, mungkin ia hanya ingin memastikan apakah kau suka atau tidak". balasnya

" Tapi, aku tidak merasa nyaman dengan hal hal seperti itu, bagiku ini sama saja dengan teror yang menghantui".

" Hei,, tenanglah ada aku bersama mu. Orang itu hanya memberikan perhatian padamu, bukanya untuk membunuh mu, it's fine".

" Aku harap tidak akan ada hal seperti ini, jika memang ada yang Suka, lebih baik dia menunjukkan wujud nya dari pada harus menjadi misterius seperti ini".

" Oke oke,,, bagaimana kalau hari ini kita keluar, hanya sebentar, aku ingin membeli pakaian untuk Aiden, dari pada kau hanya di sini dan stress memikirkan itu, lebih baik kalau menemani ku".

Saat Sania meminta aku sedikit ragu, tapi karena aku khawatir, jadi aku bersedia menemani nya saat itu.

" Tapi hanya sebentar saja kan kau berbelanja?". tanya ku padanya

" Tentu jika sudah mendapatkan pakaian yang cocok, kita bisa kembali jika kau ingin". balas Sania.

Setelah itu Sania pergi ke kamar nya dan mengganti pakaian, sementara aku juga bersiap siap.