Kebo pun jatuh tersungkur dan tidak bisa berkutik lagi.
Lalu dengan garangnya Harimau putih itu menancapkan kuku kedua kaki depannya di dada Kebo dan mencabik-cabiknya dan juga mengunyah leher siluman itu hingga hancur.
Melihat kejadian mengerikan seperti itu Sentanu yang sejak tadi menunggui Dewiayu yang masih pingsan itu bermaksud ingin membunuh Harimau putih itu dengan melemparkan tombaknya.
Lalu dengan diam-diam Sentanu mengangkat tombaknya itu tinggi-tingi ke udara dan menariknya mundur, kemudian dengan kekuatan penuh dilemparkannya tombak itu ke arah Harimau putih yang masih mencabik-cabik mayat Kebo.
"Whuussh ...!"
Tombak itu pun melesat dengan sangat cepat ke arah Harimau putih, namun apa yang terjadi? Belum sampai tombak itu berhasil menyentuh tubuh sang Harimau, tiba-tiba muncul sesosok bayangan yang berkelebat menyambarnya.
Ssssttt ...!
Dan tiba-tiba saja telah berdiri sesosok pria dengan tangan yang sudah memegang tombak Sentanu. Dan tidak lain pria tersebut adalah Arjun.
Sentanu pun kaget dengan kemunculan Arjun, dia yang masih merasa belum puas dengan serangannya yang gagal bermaksud ingin menikam Arjun yang masih berdiri membelakanginya itu.
Kemudian Sentanu mengambil pedang milik Dewi ayu yang masih menggantung di pinggang pendekar wanita itu.
Dengan pelan-pelan dia cabut pedang itu lalu kemudian Sentanu berlari dan melompat menghujamkan pedangnya.
"Hiiap!" dengan sangat cepat tubuh Sentanu terbang ke atas.
Namun kejadian selanjutnya tidaklah seperti yang Sentanu harapkan, karena secara tiba-tiba pula ayu langsung mengangkat tangan kanannya dengan menghadapkan telapaknya ke atas.
"Happ!" seru Arjun.
Dan bersamaan dengan itu tiba-tiba tubuh Sentanu yang masih berada di awang-awang langsung berhenti dan gak bisa bergerak dengan tangan yang masih menghunus sebuah pedang. Tubuh Sentanu langsung kaku seperti sebuah patung yang melayang, namun meski begitu Sentanu masih bisa melihat tapi tidak bisa berbicara.
Mata Sentanu nampak menatap pada sosok Arjun, sorotan matanya seolah menggambarkan bahwa dia sedang memohon ampun agar supaya bisa dibebaskan.
Sementara itu Arjun seolah tidak menghiraukan Sentanu yang tubuhnya menggantung dan kaku di awang-awang, Arjun malah terlihat memanggil Senopati Bagaskara yang ternyata sudah mengintai sejak pertarungan semalam berlangsung.
"Tuan Senopati ... kemarilah ...!" seru Arjun.
Lalu Senopati Bagaskara pun segera keluar dari tempatnya bersembunyi, sambil berlari dia menghampiri Arjun yang terlihat sedang mengusap luka pada kaki Harimau yang terluka akibat terkena serangan tanduk Kebo.
Dan Senopati Bagaskara pun melihat kehebatan seorang Arjun yang bisa menghilangkan luka Harimau hanya dengan mengusapnya.
Setelah lukanya selesai disembuhkan Harimau putih itu nampak menundukkan kepalanya seperti sedang memberi hormat pada Arjun, lalu kemudian hewan itu pun kembali berjalan menuju mulut Goa dan secara tiba-tiba tubuhnya pun berubah menjadi asap dan akhirnya hilang lenyap di dalam Goa.
Setelah itu Arjun mengajak Senopati Bagaskara untuk masuk ke dalam Goa.
"Mari tuan Senopati, kita masuk ke dalam."
"Baiklah Tuan mari," sahut Senopati Bagaskara sambil berjalan mengikuti Arjun.
Begitu masuk dalam Goa suasana gelap nan pekat pun langsung terasa, Senopati Bagaskara yang baru pertama kali masuk nampak terlihat sangat berhati-hati dalam melangkahkan kakinya.
Dan benar saja ketika baru berjalan beberapa langkah masuk ke dalam, ya kira-kira dapat sepertiga perjalanan tiba-tiba kaki Senopati Bagaskara tersandung bongkahan batu yang ada di lantai Goa dan lalu ... Brukkss!
"Ouhh ...!"
Sang Senopati pun jatuh tersungkur di lantai Goa.
"Hati-hati Tuan Senopati banyak batu yang berserakan," ujar Arjun yang kaget melihat Senopati Kerajaan Mulya Jaya itu jatuh tersungkur.
"Tuan Senopati gak papa?" lanjut B
Arjun bertanya.
"Ohh ... tidak Tuan Arjun, saya tidak apa-apa, mari silahkan lanjut," ujar Senopati Bagaskara sambil kembali berdiri dan langsung kembali berjalan mengikuti Arjun.
"Tenang Tuan Senopati sebentar lagi kita sampai, habis ini ada dua belokan lagi dan habis itu kita sampai di tempat jasad Eyang Resik."
Dan memang benar setelah melewati belokan yang pertama mulai terlihat sinar terang yang menyorot, Senopati Bagaskara terus mengikuti langkah Arjun hingga akhirnya mereka berdua melewati belokan yang terakhir.
Setelah itu sampailah mereka berdua di ruangan tempat jasad Eyang Resik Jaga bersemayam.
Setelah berada di dalam ruangan itu Senopati Bagaskara nampak terkejut sekaligus kagum melihat pemandangan yang ada, pemandangan mistis dan penuh misteri yang belum pernah dia lihat sebelumnya, sebagai seorang Senopati Kerajaan yang juga memiliki kesaktian yang tinggi tentu dia sudah kenyang dengan berbagai macam situasi Adikodrati seperti itu.
Sesaat Senopati masih terpaku terbawa suasana, sedangkan Arjun nampak melangkah mendekati jasad Eyang.
Nampak sinar putih kebiru-biruan dari mayat sakti itu menyinari tubuh dan wajah Arjun, sesaat Arjun nampak memejamkan mata seperti orang yang sedang bermeditasi. Dan memang benar Arjun sedang melakukan kontak batin dengan Roh Eyang.
"Eyang ... seperti yang Eyang lihat, saat ini aku cucumu datang untuk sekedar menolong Senopati Kerajaan Mulyajaya untuk mencarikan obat untuk Raja, izinkan aku untuk membantunya Eyang ..."
"Arjun Cucuku ... seperti yang sudah aku bilang, ambillah tiga helai rambut dari jasadku ini dan kemudian berikan kepada Senopati, lalu suruh dia memberikan rambut itu untuk Raja untuk dipakainya sebagai jimat," ujar Roh Eyang.
"Baiklah Eyang akan saya lakukan seperti apa yang Eyang perintahkan, sekali saya mohon maaf dan izin Eyang ..."
"Lakukan Arjun ... cepat lakukan!" ujar Roh Eyang memerintah.
Nampak Arjun menundukkan kepala selayaknya orang yang sedang memberikan penghormatan, dan setelah itu pemuda itu memotong rambut panjang Eyang Resik sebanyak tiga helai.
"Tuan Senopati ... mendekatlah kemari," ujar Arjun memanggil.
Lalu Senopati pun berjalan mendekati Arjun, dan begitu telah berada didekat Arjun jantung Senopati pun nampak berdegup dengan kencang, dan dengan perasaan yang campur aduk yaitu antara takut dan penasaran Senopati memberanikan diri untuk sekedar melirik wajah mayat Eyang Resik.
Nampak oleh Senopati wajah mayat sakti itu terlihat sangat bersih dan bersinar, dan meskipun mayat itu telah mati beberapa tahun yang silam tapi perwujudannya bukanlah seperti sebuah mayat melainkan layaknya seorang Kakek yang sedang tertidur.
"Tuan Senopati, terimalah rambut Eyang ini sebagai perantara untuk menyembuhkan penyakit sang Raja, bawa dan berikan rambut ini ke Raja, bilang ke Paduka Raja bahwa supaya memakai rambut ini sebagai jimat untuk menyembuhkan penyakit dan juga penambah kesaktian," ujar Arjun sambil mengulurkan rambut sakti itu.
"Baiklah Tuan Arjun akan saya laksanakan apa yang telah tuan pesankan ke saya," balas Senopati sambil menerima rambut pusaka itu, dan lalu segera menyimpannya.
Dan setelah dirasakan cukup lalu Arjun pun segera mengajak Senopati untuk keluar.
"Mari Tuan Senopati kita keluar, kita tinggalkan Goa ini," ajak Arjun.
"Baik Tuan," timpal sang Senopati mengikuti dibelakang Arjun.
Lalu mereka berdua pun segera pergi meninggalkan ruangan penuh misteri itu untuk segera keluar. Dan tidak lama kemudian mereka berdua telah tiba di mulut Goa, dan suasana di luar nampak telah terang benderang, cahaya matahari pagi nampak menyinari pohon dan dedaunan yang masih basah membuat butiran-butiran air yang masih menempel di daun itu laksana mutiara yang berkilauan.
Bersambung ...