Chereads / CEO Jutek Dan Perisainya / Chapter 18 - Tak Sengaja Membunuh Suami Sendiri

Chapter 18 - Tak Sengaja Membunuh Suami Sendiri

"Benar, dan akulah yang akan menghabisi begundal-begundal loyo ini! Dan habis itu giliran kamu yang akan aku kirim ke Neraka!" ujar Dewiayu sambil menunjuk ke musuhnya. Mendengar ucapan seperti itu gerombolan pendekar itu pun langsung tersinggung. 

"Kurang ajar! Jaga mulutmu kau setan betina!" ucap ketua gerombolan pendekar itu. 

"Ayo kita habisi dua manusia iblis ini, happ, hiyyaak, hiyyaak ...!"

Para pendekar itu pun langsung menyerang Dewiayu dan Panjol dengan mengepungnya, sementara keduanya nampak meladeni dengan sambil beradu punggung, dan akhirnya pertarungan pun pecah! 

Dan meskipun diserang dan dikepung namun nampaknya Panjol dan Dewiayu masih bisa meladeni gempuran dari kelima pendekar itu dengan tenang, kedua kubu nampak sama-sama kuat, sama-sama saling berambisi untuk bisa menghabisi lawannya. 

Serangan demi serangan terus mereka lancarkan secara bergantian, jurus-jurus andalan pun mereka keluarkan, jual beli tendangan dan pukulan juga terus mewarnai jalannya pertarungan itu.

Sejauh pertarungan itu berlangsung nampak kekuatan dari kedua kubu masih terlihat cukup berimbang, hingga pada titik tertentu Panjol mengisyaratkan kepada Dewiayu untuk memisahkan diri untuk membuat pertarungan menjadi dua tempat, dan Dewiayu pun nampak menyetujuinya, lalu setelah mendapatkan kesempatan Dewiayu pun langsung melompat keluar menuju ke area yang kosong. 

"Haepp, ciiaaat ...!" teriak Dewiayu sambil melompat tinggi keluar. Melihat lawannya melompat maka dua orang pendekar langsung memisahkan diri dan segera memburu Dewiayu, hingga akhirnya pertarungan pun pecah menjadi dua kelompok, Dewiayu melawan dua orang pendekar sedangkan Panjol menghadapi tiga sekaligus. 

Dan setelah terbagi menjadi dua, nampak pertarungan terlihat semakin menarik, karena pergerakan dari masing-masing kubu lebih leluasa, terlebih bagi Panjol dan Dewiayu yang semula pergerakannya hanya satu arah ke depan, dikarenakan memang saling beradu punggung, kini pergerakan mereka berdua nampak lebih gesit lagi. 

Sementara Kebo yang hanya melihat dari pinggiran nampak sangat terhibur dengan pertarungan yang sedang terjadi. 

'Benar-benar mereka ini pada ngototnya,' gumam Kebo sambil manggut-manggut. 

'Tapi itu bagus, dan aku akan terus mengawasi, biar aku tahu sejauh mana kemampuan yang mereka miliki? Dan siapa nanti yang akan keluar jadi pemenang? Maka itulah yang akan jadi lawan ku, kalau memang perlu ... hehehe ...' lanjut Kebo berangan-angan. 

Memang Kebo tergolong pendekar yang cerdik dalam dunia persilatan, dan bahkan sering kali lawan-lawannya juga menjulukinya sebagai pendekar yang licik, termasuk dalam pertempuran yang terjadi saat ini, karena dia juga sudah memiliki rencana untuk mengajak siapa saja yang menang nanti untuk bergabung dengannya, dan tentunya dialah yang akan jadi pemimpinnya. 

Selagi Kebo masih sibuk dengan rencana-rencananya, nampak masing-masing kubu yang sedang bertarung masih terlihat saling serang sambil mencari dan mengintai kesalahan dan kelengahan dari lawannya, terlebih Dewiayu yang terkenal memiliki ajian Petak Singa abrit, dia terlihat begitu garang menyerang dua pendekar yang sedang dihadapinya itu. 

Setelah pertarungan melewati ratusan jurus terlihat Dewiayu mulai bisa mendesak dua pendekar yang mengeroyoknya itu, beberapa kali pukulan dan tendangannya tepat mengenai sasaran, dan membuat dua pendekar itu jatuh namun kemudian langsung segera bangkit, hingga pada titik tertentu Dewiayu mendapatkan kesempatan untuk segera menghabisi dua musuhnya itu dengan melakukan lompatan sedang, dia melakukan tendangan dengan gerakan memutar dan dengan mengaum seperti seekor singa betina yang ngamuk, "Ajian Petak Singa abrit. Hhaaom ... Hhaaom ..."

Dan akhirnya kaki kanan pendekar wanita itu pun tepat menghantam dada kedua pendekar itu dengan berurutan. 

"Hhuuuaah ..." Buokks, buokss!

Tendangan yang sudah di lambari dengan ajian Petak Singa abrit itu pun langsung membuat dua pendekar itu terpental jauh kebelakang hingga akhirnya tubuhnya tersangkut di sebuah pohon besar yang ada di lereng gunung. 

Sejenak Dewiayu mengamati kedua lawannya itu, dan nampak dua pendekar itu sudah tidak bergerak lagi, yah ... dua pendekar itu telah tewas di hadapan Dewiayu dengan dada yang telah hancur karena terkena tendangan ajian Singa abrit dari pendekar wanita itu, Dewiayu terlalu kuat bagi gerombolan pendekar jalanan itu. 

Namun keadaan berbeda justru nampak di alami oleh Panjol suaminya, pendekar bertubuh jangkung itu terlihat mulai terdesak menghadapi tiga pendekar yang memang diantara salah satunya adalah ketua gerombolan pendekar itu, yang tentunya kesaktiannya melebihi keempat anak buahnya, Panjol terlihat sudah tidak pernah bisa membalas serangan lagi, dia hanya bertahan dengan menangkis dan sesekali berkelit ke kanan dan kiri. 

Melihat keadaan seperti itu Dewiayu pun langsung marah dan merasa harus segera membantu suaminya, lalu dia terlihat sudah bersiap-siap untuk melancarkan serangan pamungkasnya, mata pendekar wanita itu nampak seperti mata seekor singa betina yang sedang marah, dengan agak sedikit menundukkan tubuhnya, Dewiayu terlihat menggaruk-garukkan kedua kakinya ke tanah dengan kedua telapak tangan yang juga di gerak-gerakkan laksana seekor singa yang sedang mempersiapkan cakarnya. 

Lalu setelah melihat kesempatan itu tiba yakni ketika tiga pendekar itu sedang berada di posisi berjajar dengan membelakangi dirinya, Dewiayu pun langsung segera melompat dengan gerakan miring seperti orang yang sedang berbaring, dengan maksud dia bisa menghancurkan tiga musuh sekaligus dalam tiga serangan berbeda dalam satu gerakan, yang pertama telapak kaki, dua dengkul, dan ketiga kedua telapak tangannya. 

Memang serangan yang sudah direncanakan itu sungguh terarah dan sangat mematikan dan bisa menghancurkan tiga pendekar itu sekaligus. 

Namun sayang ketika serangan itu dilancarkan, sang ketua pendekar yang berada di tengah tiba-tiba saja melompat tinggi ke atas, "Whuusss!" Dan akhirnya sudah bisa ditebak kedua pendekar itu pun terpental bersamaan dengan Panjol yang juga terkena sasaran tendangan dengkul Dewiayu. 

"Uuaaahh ... aaakhh ... aaakk ...!" teriak ketiga pendekar itu nampak mengerang kesakitan dan hingga akhirnya mereka pun meregang nyawa. Sementara yang terjadi pada Dewiayu sendiri tidaklah baik-baik saja, itu dikarenakan dia memang sangat keras dalam melakukan tendangan itu, dan tentu juga cukup menguras tenaganya, maka Dewiayu pun juga ikut jatuh tersungkur hingga berguling-guling di atas tanah bebatuan, dan akhirnya berhenti tepat di depan Kebo dengan posisi tengkurap. 

Begitu melihat tubuh Dewiayu berguling-guling dihadapannya, Kebo yang semula duduk langsung bangkit dan kemudian menginjakkan kakinya ke tengkuk pendekar wanita itu. 

Pendekar bertanduk seperti kerbau itu nampak memberikan ancaman kepada Dewiayu yang sudah tidak berdaya itu.

"Kau memang luar biasa Dewi, tapi sayang engkau tidak cukup pintar alias bodoh! Karena suamimu sendiri telah kau binasakan! Dan sekarang kau sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi ...! Dan kalau aku mau! Aku bisa membunuhmu saat ini juga! Hahaha ... hahaha ..." 

"Heeey! Siluman licik! Sungguh kau tidak pantas merasa jumawa di atas keringat orang lain! Dasar siluman gak punya malu! Bisanya hanya melawan orang yang sudah tidak berdaya!" bentak ketua gerombolan pendekar yang telah kehilangan anak buahnya itu. 

"Dewiayu adalah bagianku, karena dia telah menghabisi anak buahku, menyingkirlah! Atau kau akan kubunuh juga sekalian!" ancam ketua gerombolan pada Kebo. 

"Tenang dulu ... urusan bunuh membunuh adalah urusan gampang ..."

Bersambung ...