Chereads / JAVAS AND OCEAN / Chapter 24 - Nama Javas

Chapter 24 - Nama Javas

Happy Reading

***

"Eh, untuk Mama? Maksudnya?"

"Jangan temui Javas tanpa seizin Papa. Mama ada dalam pengawasan Papa mulai saat ini."

"Eh, Pah–"

Sebelum Maya meneruskan kalimatnya, Mahad kembali melihat Ocean. "Kau juga, jangan temui pemuda itu apapun yang terjadi. Sepertinya dia bukan anak baik-baik. Jangan berteman dengannya, ok!"

"Serius!" seru Ocean dan Maya menjawab ucapan Mahad. Suara mereka melengking–memekakan gendang telinga karena saking terkejutnya.

"Hemmm!" Mahad mengangguk dengan keyakinan penuh, mengorek lubang telinganya yang berdengung. Hanya dirinya yang boleh menemui Javas. Dan ia tak ingin melibatkan istri dan putranya dalam bahaya apapun.

"Kenapa? Dia tak salah apapun, Pah!" protes Maya. "Papa tidak lihat. Javas begitu manis, tampan dan juga sopan. Dia tak mungkin seperti Yasa dan Sari. Kenapa Mama tak boleh menemui Javas. Lagi pula Mama sudah berjanji untuk datang ke pameran Javas."

"Setuju dengan Mama! Kalau Papa punya masalah dengan orang tua Javas jangan bawa-bawa Javas. Sama sepertiku. Dia pasti tidak tahu apa-apa mengenai permasalahan yang dihadapi Papa dan Paman Yasa," tandas Ocean.

Sebenarnya ia pun tak tahu masalah yang sebenarnya. Ocean hanya ingin membela Javas, sepertinya dia tak ada hubungannya dengan pertengkaran antara Papanya dan Paman Yasa.

"Itu permasalahannya." Mahad menjitak kepala Ocean dengan gemas. Susah sekali memberi nasehat pada putranya ini. Yang dijitak hanya bisa memekik lirih, sambil mengusap kepalanya, bibirnya maju seperti paruh bebek. "Ini urusan orang dewasa. Anak kecil tak perlu tahu!"

"Aku anak kecil?" Ocean memberengut kesal, "Usiaku 25 tahun, Papa!"

"Ssst, diamlah! Kenapa kalian memihak Javas dibanding Papa. Kalian tak lihat apa yang dilakukan pria bajingan itu pada Papa. Ayahnya saja seperti itu bagaimana dengan anaknya, hah!"

"Bukan Javas yang memukul, Papa! Kasihan jika Javas yang disalahkan," Ocean melipat tangannya didepan dada, menunjukkan keprotesannya.

"Javas anak baik, Pah!" Maya ikut bersuara. Tidak terima jika Javas jadi ikut disalahkan seperti ini.

"Heum, Javas orang baik!"

Ting…

Bus dengan jadwal terakhir tiba. Tidak ada penumpang bus lain yang menunggu selain mereka bertiga

"Ok, kalian lebih membela anak itu dari pada Papa." Mahad berdiri sendiri. Ia tidak mendapat bantuan dari Maya maupun Ocean. "OK!" serunya, geregetan sendiri. Ia berjalan lebih dulu lalu diikuti Maya dan Ocean dari belakang.

"Kalian berdua tidak Papa izinkan untuk datang ke pameran Javas."

"Eh?!" Maya dan Ocean saling tatap. Lagi-lagi terkejut dengan perintah Mahad.

"Jangan gitu dong, Pah!!" seru mereka hampir bersamaan.

"Mama besok ikut Papa ke keluar negeri dan Ocean tidak perlu …," ucapan Mahad terjeda saat memasuki bus yang sudah sepi penumpang.

Wajah Maya menekuk kesal, jika seperti ini ia tak akan bisa menolak perintah suaminya.

Sedangkan, Ocean mengembangkan senyum dengan lebar. Berharap ia hanya di sekitar kantornya. Tidak dikirim keluar negeri. Lagi pula, bukankah lusa ia harus mensurvei lokasi pembangunan Queen Royal.

Mahad duduk terpisah dari Maya dan Ocean, mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan pada seseorang.

Ocean dan Maya secara terang-terangan bergosip tentang kejelekan seorang Mahad Cakrawala–Harimau tua yang menyebalkan tepat di kedua telinganya. Yang digosipkan hanya terkekeh mendengar setiap kata yang keluar dari mulut kedua orang yang sangat disayangi itu.

"Bukankah itu pujian untuk, Papa?" Mahad tertawa kecil membuat Ocean dan Maya terdiam. Lantas ia menolehkan kepalanya melihat Maya dan Ocean. Mereka berdua terlihat sangat mirip. Berwajah teduh dan menenangkan.

"Apa?!" Ocean mencebikan bibir.

"Untuk 3 hari kedepan gantikan Papa memimpin perusahaan. Ada beberapa pertemuan yang harus kau hadiri. Kun akan memberikan jadwalnya padamu. Jangan ada satupun yang terlewat, Papa akan mengawasimu selalu, Oce."

"Eh?"

Belum sempat Ocean mencerna ucapan Papanya tiba-tiba ada notifikasi email masuk.

"Kun?"

Nama yang tak ingin Ocean dengar tiba-tiba mengirimkan surel untuknya.

Deg!

Kun–sekertaris Mahad, seorang wanita muda yang cekatan mengirimkan jadwal Tuannya–Mahad untuk Ocean.

Mata Ocean memicing tajam saat sudah berhasil membuka link yang diberikan Kun.

"Ini, 'kan?" Ocean menghembuskan napas, tenaganya seolah habis setelah melihat rentetan jadwal yang Papanya miliki seperti jalanan ibu kota. Sangat padat, penuh, sesak dan tidak ada jedanya.

"PEMBUNUHAN!" teriak Ocean.

"Begitulah." Mahad mengangkat bahu, tertawa mendengar pekikkan Ocean.

"Bagi, lah, Pah!" Ocean mengiba, duduk di samping Mahad seperti anak anjing lalu memegang tangan Papanya dengan penuh kesedihan.

"No! Papa akan keluar negeri bersama Mamamu. Menikmati bulan madu untuk kesekian kalinya," ucap Mahad, berusaha melepas genggaman tangan Ocean.

"Eh, Mama belum setuju dengan ajakan Papa!" Maya ikut protes juga

"Ssstt, jangan ada yang menentang Papa! Papa paling tidak suka ditentang!"

"Dih, dasar menyebalkan! Otoriter mirip dengan Hitler. Kejam dan tak berperi kemanusiaan!" Ocean menghempaskan tangan Papanya.

"Terima kasih untuk pujiannya! Menyingkirlah." Mahad mendorong tubuh Ocean, "Jauh-jauh dari Papa!"

"Dih! Dih!" Ocean memanyunkan bibirnya. Tidak bisa berkata-kata lagi. Ia beringsut duduk di dekat pintu bus.

Hening…

Selama 15 menit perjalanan hingga sampai di kediaman mereka, tak ada satupun yang bersuara. Mahad, Maya dan Ocean bergelut dengan pikirannya masing-masing.

Terutama Ocean, ia sedang mengumpati Papanya dalam hati.

Mereka bertiga, berjalan beriringan menuju mansion yang terlihat terang. Semua penjaga terlihat ragu-ragu untuk menegur tuan-tuan dan nyonyanya yang sepertinya sedang menikmati family time. Mereka ingin menawarkan kendaraan guna menuju mansion itu tapi mereka mengurungkan niat.

Ocean memainkan ujung sepatunya, menendang krikil-krikil kecil untuk melampiaskan rasa sebalnya.

"Oiya, Pah?" Ocean menoleh, melihat betapa mesra gandengan tangan Papanya untuk Mamanya ini.

"Hem?"

"Kenapa Papa memberikan nama untuk Javas?"

Mahad melirik Maya.

"Ada hubungan apa antara kalian berdua dengan keluarga Javas?"

"Tidak ada." Mahad mengedikan bahu.

"Jika tidak–"

"Saat Papa memiliki seorang anak jika laki-laki Papa ingin memberikan nama Javas. Kalau perempuan Papa ingin memberikan nama Sky. Tapi saat itu Javas lahir lebih dulu darimu, iya sudah Papa memberikan nama Ocean untukmu." Mahad menjawab pertanyaan Ocean dengan setengah hati. Bukan itu alasan sebenarnya.

"Harusnya nama itu untukku dong, Pah? Kenapa Papa memberikan nama Ocean padaku, kenapa bukan Sky? Bukankah Sky cocok juga untuk laki-laki?

"Papa pikir lebih cocok untuk perempuan, Oce. Dan Mamamu juga setuju." Maya menganggukkan kepala, membenarkan ucapan suaminya. "Ya … sudah daripada tak ada nama untukmu. Papa memberimu nama Ocean. Pas 'kan? Ada Javas, ada Ocean. Ada tanah, ada air. Ada daratan, ada lautan. Supaya kalian bisa saling melengkapi." Mahad menjelaskannya serinci mungkin.

"Saling melengkapi? Maksudnya?"

Mahad menggeleng cepat, sepertinya dia salah bicara. "Papa tarik kalimat yang itu. Mulai sekarang jangan pernah ada lagi hubungan dengan keluarga itu lagi. Papa tidak mau lihat kalian berdua–"

"Ok, ok," ucap Maya menghembuskan napas, "Kau paham 'kan, Oce?"

Ocean menggeleng lirih, sebagai bentuk protes. Ia baru bertemu Javas satu kali dan masih ingin bertemu dengannya lagi. Lagipula Ocean sangat penasaran dengan hasil karya Javas. Eh … tapi 'kan Javas tidak mengundangku? Huh, kaku, dingin dan irit bicara!

"Paham, Oce?!" Sekali lagi Mahad memperingati Ocean.

"Eh, iya paham, Papa, Mama. Aku akan menuruti semua perkataan Papa dan Mama. Puas?!"

"Termasuk menikahi Qanshana?"

"Itu tidak termasuk." Ocean mencebikkam bibir dengan kesal. Bisa-bisanya sedang membahas Javas beralih ke Qanshana. O, iya. Ngomong-ngomong Qanshana sedang apa? Kenapa sejak tadi dia tidak menghubungiku?

"Oce, jika besok kau punya anak perempuan mungkin Sky atau Kejora akan cocok untuk anakmu."

"Sky, kejora, Sun, Moon. Apalagi, Pah?" seloroh Ocean. "Itu sih maunya Papa. Ya … kali aku mau membuat sistem Tata Surya ku sendiri. Kenapa tidak membuat nama dari rasi bintang? Seperti … Venus … Merkurius–"

"Sebentar, Oce!" Maya menyela ucapan Ocean, "Bukankah itu nama planet?"

"Eh, iya, kah?" Ocean menggaruk kepalanya dengan salah tingkah.

"Dasar!" Mahad menjitak kepala Ocean dengan gemas.

***

Salam

Busa Lin