Ketika Luna sedang memikirkan alasan untuk dia keluar bersama Brian tiba-tiba ponselnya pun berbunyi dan ternyata Brian yang menelpon dirinya.
"Ya ampun, bagaimana ini aku harus berbicara apa kepadanya," batin Luna.
Tetapi Luna dengan cepat dan sigap mengambil ponselnya dan mengangkat telepon dari Brian.
"Halo ..." ucap Luna memulai komunikasi kepada Brian.
"Iya Halo, kan aku sudah bilang kepada kamu, kalau aku mau menjemput kamu jadi bagaimana kamu sudah siap?" tanya Brian kepada Luna.
Luna pun terdiam karena dia bingung harus berbicara apa kepada Brian karena dia belum berbicara semuanya kepada Ibundanya.
"Oh iya sedikit lagi ya nanti aku kabari kamu kalau aku sudah siap untuk kamu jemput," ucapnya kepada Brian.
"Oh ya oke kalau begitu, ya sudah ya aku tutup teleponnya ya," ujar Brian dengan mematikan teleponnya.
Luna pun bingung dia harus berbicara seperti apa kepada Bundanya untuk diizinkan keluar bersama Brian.
"Aduh aku harus ngomong apa kepada Bunda, aku takut Bunda tidak mempercayai apa yang aku bicarakan dan pasti Bunda akan marah jika melihat aku keluar bersama Bran, dan pasti aku tidak di izinkan karena Bunda belum mengetahui siapa itu Brian," gumam Luna di dalam kamar dan dia masih memikirkan apa yang harus dia katakan kepada Bunda nya.
Sementara itu Bunda Merlin memanggil dirinya untuk pergi makan bersama.
"Luna ...," Panggil Bunda Merlin dari dapur.
"Aduh aku harus gimana, uh ada apa ini aki sangat gugup," batin Luna.
Luna ingin membicarakan semuanya kepada Bundanya tetapi dia gelisah.
Akhirnya mau tidak mau Luna pun datang dan makan bersama Bunda dan juga Lina yang merupakan adik perempuannya.
"Kakak kelihatannya kok tidak begitu segar, sih ada apa sih kak?" tanya Lina kepada Luna yang wajahnya tidak senang dan lebih cenderung gelisah.
"Iya kamu ada apa sih Luna, tidal biasanya kamu mengerutkan dahi mu seperti itu dan sepertinya kamu lagi ada yang dipikirkan ya?" tanya Bunda Merlin kepada Luna yang sedang mengambil kan anak-anaknya nasi putih.
"Tidak kok Bunda, Bunda biar aku saja yang mengambil makanannya sendiri, kan Bunda yang sudah memasak masa iya makan saja kita harus disiapkan dulu kan kita bisa ambil sendiri," ucap Luna kepada Bunda Merlin.
"Ya tidaklah! Beginilah seorang Ibu harus sigap ngurus anak," ucap Bunda Merlin dengan tersenyum manis kepada anak-anaknya.
"Oh iya tadi Lina mendapatkan nilai bagus loh di sekolah karena menang menggambar," ucap Lina dengan polos kepada kakaknya yang sedang gelisah untuk mencari alasan agar bisa keluar bersama Brian.
"Kakak tidak mau mengucapkan selamat ya kepada Lina?" tanya Lina kepada Luna yang masih saja memikirkan alasan untuk keluar bersama Brian.
"Kamu kenapa sih! Ada yang kamu pikirkan kalau memang ada yang kamu pikirkan silahkan kamu bicara saja kepada Bunda, dari tadi loh adik kamu mengajak kamu berbicara tapi kamu hanya tidak menghiraukannya kasihan tuh kalau adik kamu bertanya terus kepada kamu!" ucap Bunda Merlin kepada Luna.
"Bunda aku tidak konsen, oh iya Bunda sepertinya aku habis ini mau keluar ya sama teman aku karena lagi ada urusan," ucap Luna kepada Bunda Merlin.
"Oh ya sudah kalau begitu nanti kamu makan dulu baru keluar ya," ucap Bundanya itu kepada Luna.
Luna pun lega karena Bunda Merlin tidak banyak bertanya tentang dia ingin keluar ke mana.
Luna pun makan bersama Bunda dan juga Lina. Setelah beberapa saat mereka makan Luna pun bersiap-siap dan menunggu Brian.
Brian datang untuk menjemputnya dan Bunda Merlin yang tidak mengetahui siapa Brian membolehkan anak gadisnya itu bersama Brian karena Bunda Merlin sangat percaya kepada Luna, bahwa dirinya tidak mempunyai niat bermacam-macam hanya untuk urusan kuliah saja.
"Bunda, Luna berangkat dulu ya bersama Brian, daa Bunda!" ucap Luna dengan melambaikan tangannya ke arah Ibunya itu.
"Hati-hati ya, jangan pulang lama-lama," ujar Bunda Merlin kepada anaknya
Bunda pun itu tersenyum manis.
"Kenapa kamu sepertinya gelisah banget sih aku jemput seperti itu, padahal Bunda kamu baik banget loh," ucap Brian kepada Luna.
"Ah tidak! Kenapa aku harus gelisah karena aku kan sudah bilang juga kepada Bunda aku, kalau aku mau pergi keluar bersama kamu," ujar Luna kepada Brian.
"Oh ya sudah kalau begitu, kan kamu sudah berbicara juga jadi kamu mendapatkan izin dari orang tuamu, jadi aku tidak terlalu memikirkan alasan untuk mengajakmu pergi," ujar Brian kepada Luna.
Luna pun sepanjang jalan selalu saja gugup karena dia duduk bersebelahan dengan Brian di dalam mobil.
Dia selalu mencoba untuk menenangkan dirinya karena dia merasa gugup.
"Jujur ya aku selalu memperhatikan kamu jika aku mengajak kamu berbicara loh!" tegas Brian kepada Luna yang sedang duduk disampingnya.
Luna pun terkaget ketika mendengarkan perkataan dari Brian.
Luna berdiam diri tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Kok malah diam terus sih, di sini cuman ada kita berdua loh, memangnya kamu harus berdiam diri seperti itu? biasanya kalau di kampus selalu Gadis yang berbicara kepadaku, kamu jarang sekali untuk berbicara kepadaku, iya kan," ucap Brian kepada Luna.
"Bukan maksudku seperti itu, kan aku juga pasti berbicara dengan kamu kok kalau penting dan kalau memang Gadis sudah menjawab pertanyaanmu kenapa aku harus berbicara lagi ya kan!" Ketus Luna yang beralasan di depan Brian.
Dirinya sangat gugup jika Brian mengajaknya untuk berbicara.
"Sudahlah kamu tenang saja aku tidak makan orang kok, jadi kamu tidak perlu takut seperti itu, aku tahu kamu ketakutan bersama aku dan gelisah banget kelihatan aku dari raut wajah kamu!" tegas Brian kepada Luna.
"Ya ampun kamu ini apa sih ya tidak mungkin lah aku seperti itu, kan kamu juga sudah aku anggap seperti Syam yang baik banget kepadaku," ucap Luna kepada Brian.
Brian sontak terdiam ketika Luna membahas tentang Syam di hadapannya.
Entah apa yang dipikirkan oleh Brian dan Luna pun merasa ada hal yang aneh ketika Brian berdiam diri.
"Kok kamu diam, kenapa kamu diam?" tanya Luna kepada Brian yang sedang berdiam diri. Entah mengapa Luna pun tidak tahu alasannya.
"Ya, kenapa sih kamu harus membahas orang lain atau laki-laki lain di hadapanku sudah jelas-jelas aku bersama kamu, tapi kamu malah membicarakan tentang Syam seperti itu," ucap Brian kepada Luna.
"Ya ampun, aku minta maaf aku sama sekali tidak mengetahui kalau kamu marah ketika aku berbicara tentang Syam," ucap Luna dengan sangat merasa bersalah.
Dirinya meminta maaf kepada Brian karena telah berbicara tentang Syam di hadapannya.
"Ya tidak apa-apa kok, kamu suka ya dengan Syam," ketus Brian kepada Luna.
"Hah! maksud kamu apa sih, ya tidak lah dia kan teman kamu dan dia juga teman baik kamu, kan dia itu memang orangnya sangat baik tapi aku tidak menyukai dia aku hanya berteman dengan dia," ucap Luna kepada Brian.
Luna pun bingung dengan perkataan Brian. Dia seperti marah karena Luna sering sekali untuk membahas tentang Syam dan Hal itu membuat Brian marah dan seperti tidak menyukai perkataan Luna tentang Syam.
"Sekarang kita mau kemana?" tanya Luna dengan sangat polos karena dia tidak pernah mengetahui daerah yang baru ditempati itu.
"ya kamu ikut saja kamu kan ingin nya baju bagus dan kalau sudah sampai di sana nanti kamu memilih ya, aku mau lihat mana baju yang cocok buat kamu supaya kamu seneng juga dan aku juga seneng,kamu sebenarnya cantik cuman kamu tidak mempunyai.
baju bagus saja," ucap Brian kepada Luna.
Brian berbicara seperti halnya orang yang sangat kaya di hadapan Luna.
Luna pun merasa dirinya direndahkan karena Brian berbicara bahwa Luna tidak mempunyai baju bagus untuk pergi ke pesta.
"Iya aku tahu kok kalau aku tidak mempunyai baju bagus, tapi setidaknya kamu tidak boleh berbicara seperti itu kan bisa menyakiti hati aku," ucap Luna dengan lembut kepada Brian.
"Oh maaf ya aku tidak bermaksud untuk menyakiti hati kamu, aku hanya berbicara apa yang terjadi saja, jadi aku membawa kamu untuk pergi membeli baju pesta untuk pergi ke pesta Anggun bersama aku," ujar Brian kepada Luna.
bersambung