Chereads / Pacar kedua / Chapter 22 - perubahan Luna

Chapter 22 - perubahan Luna

"Tidak kok aku tidak kenapa-kenapa, aku hanya saja memikirkan bahwa dirimu sangat baik kepadaku sampai-sampai kamu mau membelikan aku gaun, hanya untuk pergi ke pesta ulang tahun Anggun bersamamu," ucap Luna dengan lantang kepada Brian yang bertanya kepada dirinya.

Brian pun tersenyum dan memandang wajah Luna yang memerah.

Tenanglah, aku tidak mau mendapatkan imbalan kok! Aku hanya ingin memberikan kamu dan itu memang benar-benar murni kemauanku," ujar Brian kepada Luna.

Luna sangat bahagia ketika itu karena dia mendapatkan banyak perhatian dari Brian. Dia selalu saja membahagiakan dirinya dengan cara mendekatkan dirinya kepada Brian.

Setelah beberapa saat Brian telah mengantarkan Luna pulang.

Akhirnya Luna pun sampai di rumahnya dan Bunda Merlin bertanya kepada dirinya.

"Kenapa jam segini baru pulang?" tanya Bunda Merlin dengan tegas kepada anak gadisnya itu yang baru saja pulang bersama Brian.

"Bunda ini aku saja baru pulang kok Bunda sudah marah-marah seperti itu sih! Ada apa sih dengan Bunda?" tanya Luna dengan nada yang sangat lemas

Luna mengetahui bagaimana watak Bunda Merlin.

Luna selalu saja menyembunyikan apapun yang dia lakukan karena dia tidak ingin Bunda Merlin mengetahui bahwa dirinya sedang mendekati seorang lelaki idamannya.

"Bunda hanya bertanya! kamu dari mana saja! Kenapa jam begini baru saja pulang! Tidak bagus nak kalau gadis jam segini baru pulang!" Ujar Bunda Merlin yang memarahi Luna.

"Bunda! Aku ini sudah besar jadi bunda tidak perlu khawatir dengan apa yang aku lakukan di luaran sana," ujar Luna kepada Bunda.

"Bagaimana Bunda tidak khawatir! Tidak bisa begitulah! Bunda ini adalah Ibu kamu, jadi bagaimanapun juga Ibu ini harus menjaga dan selalu bertanya kepada kamu jika Ibunda merasa tidak tenang," ujar Bunda Merlin.

Akhirnya Luna pun langsung saja bergegas pergi meninggalkan Bunda Merlin yang sedang berbicara kepadanya.

"Lah kamu mau kemana bunda belum selesai berbicara kok kamu langsung saja pergi meninggalkan Bunda," ujar Bunda Merlin kepada Luna.

Luna sama sekali tidak memikirkan apa yang dikatakan oleh Bunda Merlin, dia selalu saja tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Bunda sejak dia mengenal Brian dan mempunyai hati kepada Brian.

Dia menjadi seseorang yang sangat acuh tak acuh oleh kedua orangtua Luna.

Luna terus-menerus melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya tanpa

mendengarkan apa yang dikatakan oleh Bunda Merlin.

Ketika Bunda Merlin meninggikan suaranya sontak Ayah Rian pun terkaget.

"Kenapa kamu tidak mendengarkan Bunda dari tadi Bunda berbicara kepadamu, tapi kamu malah meninggalkan Bunda seperti itu! Memangnya itu sopan!" tegas Bunda Merlin dengan sangat marah kepada anak gadisnya itu.

Ayah Rian tiba-tiba datang menghampiri Bunda Merlin dan menanyakan sebenarnya apa yang terjadi.

"Kenapa sih sebenarnya kok ribut-ribut seperti ini? biasanya saja aman damai dan tentram," tanya Ayah Rian kepada Bunda Merlin.

Dengan sangat kecewa Bunda Merlin mengatakan bahwa Luna adalah anak yang membangkang.

"Coba kamu lihat sendiri itu Ayah! Luna sekarang menjadi gadis yang membangkang kepada orang tua, Bunda hanya memberikan apa yang

harus Bunda lakukan dan Bunda bicarakan kepada Luna, tapi Luna sama sekali tidak bisa menghargai Bunda!" tegas Bunda Merlin kepada Ayah Rian.

Luna pun menghentikan langkah kakinya dan memandang wajah Bunda Merlin dan juga Ayah Rian.

Dia sangat merasa bersalah terhadap kelakuannya tapi dia tidak ingin jujur kepada kedua orang tuanya bahwa dia sedang mendekati seseorang yang merupakan pujaan hatinya.

"Bunda, Ayah, ingat ya kalau lu mah Itu sudah cukup dewasa, jadi mungkin Luna sudah bisa memandang yang mana yang baik dan yang mana yang buruk, Ayah dan juga Bunda jangan khawatir ya," ujar Luna tersenyum manis kepada kedua orangtuanya Seraya meninggalkan kedua orang tuanya dan memilih bergegas untuk pergi ke kamarnya untuk beristirahat.

Bunda Merlin terlihat sangat heran dengan kelakuan dari anak gadisnya itu karena Luna sama sekali tidak pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya.

"Aku curiga deh ya, kenapa ya Luna sekarang jadi berubah seperti itu, Bunda hanya takut dia salah pergaulan!" tegas Bunda Merlin yang sangat terlihat cemas kepada Luna.

"Kamu tenang saja pertanyakan saja dulu kepada Luna, kita jangan terlalu mengekang dia karena kamu kan tahu sendiri ketika seseorang dikekang dia malah berbuat yang tidak-tidak," ujar Ayah Rian kepada Bunda Merlin.

Sementara itu Luna yang beristirahat di kamarnya terus saja tersenyum karena dia sangat bahagia mendapatkan perhatian dan juga perlakuan yang baik dari Brian kepada dirinya.

"Aku tidak menyangka kalau sampai Brian seperhatian ini kepadaku sampai-sampai dia mau membelikan aku gaun hanya untuk pergi ke pesta Anggun bersama dia," gumam Luna dengan tersenyum.

Hati Luna berbunga-bunga karena tingkah Brian kepada dirinya sangat istimewa. Dia tidak memikirkan apapun resikonya dia hanya mementingkan dirinya yang bahagia ketika bersama Brian.

Tak lama kemudian Luna pun mencoba gaun yang telah diberikan oleh Brian dengan sangat penuh hati-hati Luna mengambil gaun itu dan mencobanya.

Luna terlihat sangat cantik dan anggun menggunakan gaun pemberian dari seseorang yang sangat dikagumi. Dia sangat bahagia dan tidak bisa diutarakan lagi kebahagiaannya.

Luna berdiri tepat di depan kaca yang mempunyai tinggi hampir sama dengan badannya dia memandangi gaun itu dengan sangat pasti dan kebahagiaan pun bertambah ketika dia menggunakan gaun itu.

"Ya ampun cantik banget gaunnya, pasti aku terlihat cantik deh di depan Brian menggunakan gaun ini di acara ulang tahun Anggun," ujar Luna dengan mencoba gaun pemberian Brian.

Ketika Luna mencoba gaun yang diberikan oleh Brian terdengar suara ketukan pintu dari luar.

"Tok tok tok ..." suara ketukan pintu itu sangat keras hingga membuat Luna berteriak.

"Ya ampun siapa sih baru saja masuk kedalam kamar sudah diketik lagi pintu kamarku!" tegas Luna

Entah mengapa Luna menjadi kasar setelah mengenal Brian dan dia pun sering sekali berbohong kepada ke-2 orang tuanya.

"Kenapa sih nak! kamu berteriak-teriak seperti itu ini Bunda yang mengetuk pintu kamar kamu, soalnya diluar ada teman kamu yang mencari kamu," ujar Bunda Merlin dengan sangat lembut kepada anak gadisnya.

Bunda Merlin sangat heran dengan kelakuan Luna yang semakin hari semakin menjadi-jadi, entah apa yang ada dipikiran Luna tetapi Luna semakin hari semakin kasar kepada kedua orang tuanya.

Tak lama kemudian Luna pun keluar dari kamar dan menemui Bundanya yang telah mengetuk pintu kamarnya.

"Ada apa Bunda, kenapa kok mengetuk-ngetuk aku siapa yang datang?" tanya Luna dengan lembut kepada Bunda Merlin.

Bunda Merlin pun merasa ada yang berubah dari anak gadisnya itu.

Bunda Merlin tidak tinggal diam dan langsung saja menanyakan hal yang membuat anaknya itu berubah sifat kepada kedua orangtuanya.

"Sebenarnya ada apa sih nak? kamu kenapa tidak mau jujur kepada ayah ataupun Bunda sebenarnya ada apa?" tanya bunda Merlin dengan menatap tajam anak gadisnya yang sedang berada dihadapannya itu.

Sontak Luna pun kaget ketika mendengarkan perkataan dari Bunda Merlin yang menginginkan jawaban dari anak gadisnya.

"Bunda kenapa sih, maaf aku seperti itu memangnya ada yang salah ya dari aku?" tanya Luna dengan sangat polos merasa dirinya tidak melakukan kesalahan.

"Justru kamu harusnya sudah tahu mengapa Bunda sampai berbicara seperti ini kepadamu," ujar Bunda Merlin kepada Luna dan selalu saja mendesak Luna untuk berbicara jujur kepadanya.

"Kenapa kamu malah diam seperti itu Bunda bertanya kepadamu lah, tolong jangan membuat Bunda dan juga Ayah bingung dengan sikapmu seperti ini!" tegas Bunda Merlin kepada Luna.

Bunda Merlin selalu memegang tangan Luna ketika Bunda Merlin berbicara kepada Luna.

Luna pun terdiam tanpa berkata sedikitpun.

Bunda Merlin sangat curiga dengan sikap Luna yang selalu saja menghindari apa yang dikatakan oleh Bunda Merlin.

bersambung