Pov. Reihan
" Kau mulai lebih serius ya? " tanyaku
" Hem, akan kuperlihatkan kekuatan Tarung Drajat kepadamu ! " Jawab Nur
Seketika itu, dia mendekatiku langsung untuk menyerang. Aku merasa seakan-akan sedang tertekan oleh seekor gajah.
" BuakK! "
Serangannya sungguh kuat hingga membuat tanganku yang memblokirnya terasa menyakitkan, sedangkan tubuhku juga terdorong olehnya.
" Bak bak Buk! "
Semuanya terblokir, Namun aku tidak bisa ditekan seperti ini terus. Sedangkan tanganku kesakitan setiap memblokir serangannya. ' Baiklah, aku juga perlu serius ! '
Selanjutnya, ketika Nur melepaskan serangan, Aku selalu menghindarinya dan melakukan serangan balik. Namun aku jamin ini akan sakit, meskipun tubuhnya kuat, aku juga memiliki kekuatan walaupun tidak sekuat miliknya.
Namun bagiku ini sudah cukup dan ditambah kecepatan yang aku miliki.
Setiap dia menyerang, aku menghindar dan counter attack. Hingga berulangkali aku melakukan hal itu dan membuat Nur Nampak terlihat kesal. Tapi maaf saja, aku tidak akan membiarkan serangannya mengenaiku. Karena pasti berakibat buruk jika aku sampai terkena serangannya, sedangkan tubuhku tidak sekuat miliknya yang juga keras.
Aku melihat dia terbawa suasana dan melakukan gerakan tendangan melingkar yang membuat celah sangat terlihat olehku. Bagaimana pun dengan gerakan yang lambat akan dan tidak siap oleh counter attack lawan ketika melakukan itu akan berakibat fatal.
Karena gerakannya sudah sangat umum olehku, hingga terbaca olehku. Sebelum dia selesai melakukan tendangannya, aku sudah melakukan gerakan maju lebih dulu dan sangat dekat hingga tubuhku menyentuh tubuhnya, kemudian.
" Ini yang terakhir ! " kataku sambil tersenyum nyengir dan juga melancarkan seranganku dengan sikuku.
Nur selesai dengan tendangan lengahnya yang mengakibatkan celah jelas untukku. Sedangkan aku memukul rahang bawahnya dengan sikuku, bagaimanapun jarak seranganku sudah sempurna dan.
" BuAAkkKK ! "
"Uhhk..Cruat ! "
Lawanku roboh langsung ketika aku melakukan serangan itu, Hingga suara peluit dibunyikan seketika itu sebagai tanda pertandingan telah ditentukan. Sedangkan klub pihak lawan bergegas merawat Nur yang terkapar. Meskipun sebenarnya Nur tidak pingsan saat itu, yang membuatku terkejut ketika mengetahuinya setelah dia berkata kepadaku.
" Tunggu ! "
" Eh ? " Aku terkejut ketika mendengar suaranya, Karena bagaimanapun aku mengira dia jatuh pingsan. Aku pun berpaling untuk mendengarkan apa yang akan dia katakana.
" Kau sungguh lincah ! Lain kali kita harus bertarung lagi ! "
Kata Nur yang terlihat kesakitan saat itu, sambil mengacungkan jempol kepadaku.
Aku pun terkesan dengan apa yang dilakukannya, awalnya kukira dia hanya orang bengis dan sangat ingin membalas dendam dengan apa yang terjadi dengan rekannya. Namun, kurasa aku sudah salah menilainya.
" Tentu ! Aku pun heran dengan tubuh yang begitu keras ! " Jawabku
Selanjutnya setelah beberapa saat, mungkin karena sifat Nur yang dewasa mempengaruhi rekan-rekannya yang lain juga. Yang tadinya terlihat geram dan ingin membalas dendam, kini terlihat seperti sudah melupakannya. Kita pun saling bersalaman dan meminta maaf satu sama lain. Ketika Tim Tarung Drajat akan segera pergi meninggalkan sarana kita, aku memanggil pelatih mereka.
" Permisi ! Pak ? "
" Em ? Iya, ada apa ? "
" Saya penasaran dengan pelatihan fisik Tarung Drajat, Bolehkah sewaktu-waktu saya ikut latihan di SatLat Bapak ? "
Setelah aku mengatakan hal itu, si pelatih itu tersenyum seakan-akan ingin senang dengan apa yang aku ajukan.
" Haha ! Tentu saja ! tempat kita akan terbuka untuk orang berbakat sepertimu ! "
" Sungguh ? Kalau begitu terima kasih ! "
Dia pun menepuk bahuku sebelum pergi meninggalkan sarana latihan Taekwondo kami.
" Ouch..! "
Aku teringat dengan luka memarku akibat memblokir serangan Nur tadi.
" Kau terluka ya ? Sini kubantuin balut lukamu ! " Kata Astin, yang ternyata diam-diam mengamatiku.
" Eh ? Tidak, tidak apa-apa kok ! "
" Bandel ! " Jawab Astin singkat sambil menarik lenganku yang kebetulan disitu terdapat memarku juga.
" Aaw ! Ouch ! Oi jangan keras-keras nariknya ! Itu sakit ! " Kataku
" Eh maaf ! Coba kulihat ! "
" … "
" Kok bisa sampai seperti ini luka memarmu ? "
Astin terkejut dengan luka memar yang kudapat dari pertarungan tadi. Akupun menjelaskannya setelah aku bertanya.
" Kau tahu tidak ? Kekuatan orang itu tadi sungguh menakutkan ! Setiap serangannya membuatku terdorong mundur !? "
" Serangannya begituku kuat hingga mengakibatkan semua luka ini ! Untung saja aku tidak terkena pukulannya di kepala ! " Lanjut aku.
Selanjutnya dia segera merawat luka-lukaku. Sedangkan teman-temanku yang cewek mulai melihatku yang sedang dirawat dan membuat mereka bersemangat.
" Kak, Rei ? Kakak terluka ya ? "
" Kak Astin, ! Sini biar aku saja yang rawat ! " Kata dia dengan tidak membiarkan kami berdua menjawab.
Namun, Astin memotongnya.
" Tidak usah ! Kalian lanjutkan saja latihan, lagian waktu kita sudah hampir habis juga ! " Perintah Astin
Sebenarnya temanku sempat membantahnya. Namun karena Astin juga bersikeras, akhirnya dia pun menyerah. Tidak lama kemudian, kita semua bergegas untuk pulang ke rumah masing-masing.
Ketika aku hendak mengendarai motorku, aku melihat Astin yang sedang duduk halte untuk menunggu angkutan umum.
" Hei ? Mau kuantar ? " Kataku menawarkan tumpangan untuknya.
" Em, tidak usah ! paling sebentar lagi angkutan datang ! " Jawabnya yang terlihat malu-malu kucing
" Sudahlah ! Ayo ! "
" Baiklah ! "
Pada akhirnya dia setuju juga menerima tawaranku, Meskipun sebelum naik motor dia sempat menampar bahuku.
" Plak ! "
" Awas ! Jangan ngebut loh ! "
" Iya, Tenang saja ! Aku buat kamu ketakutan deh ! "
" Apa kamu bilang barusan ? "
" Eh ? Enggak apa-apa kok, serius ! hehe ! "
Ketika aku mengamati dia sudah duduk dimotorku dengan mapan, aku pun mulai ngerjain dia.
" Vroom Vroom, VROooM ! "
" Ah, Jangan ngebut bangsat ! "
Teriak Astin yang histeris sambil refleks memelukku yang asyik ngerjain cewek satu ini.
***
Beberapa jam kemudian sebelum tengah malam menjelang. Algo sudah menunggu Reihan di depan rumahnya sambil menyalakan api unggun. Dan tidak lupa dengan rokok dan kopinya.
" Di mana bocah itu ? Belum juga datang ! " Gumam Algo
Tidak lama kemudian, suara motor terdengar mendekat yang tidak lain adalah Reihan.
" Maaf ! Aku sedikit terlambat ! " Jelas Reihan
" Em, tidak apa-apa ! Aku beru saja teringat tentangmu ! "
Reihan pun segera ikut duduk di sekitar api unggun sambil merilekskan tubuhnya yang lelah karena olah raga tadi.
" Em, Mas ? Ngomong-ngomong, apa yang harus aku lakukan sekarang ? " Tanya Reihan
Namun seperti biasa, sebelum menjawab pertanyaanku, dia menghisap rokoknya dulu dan terlihat sangat santai. Hingga membuat rehan bertanya-tanya dan ragu sebenarnya melihat perilaku Algo.
' Ini orang benar-benar pantas tidak ya ? setelah sekian lama aku tidak mau menjadi murid siapapun, meskipun meraka ingin aku jadi murid mereka. Namun ketika bertemu orang ini, aku entah mengapa seperti doaku terkabul. '
Pikir Reihan, sebelum Algo mulai berbicara
" Santai saja ! Caraku tidak sulit, Namun kebanyakan orang mempersulitnya sendiri ! "
" Eh ? Maksudnya ? "
" Tenang ! Nanti juga tahu ! "
Algo tidak suka menjelaskan hal-hal dengan detail, Sebenarnya dia ingin mendorong Reihan untuk lebih memanfaatkan pikirannya dan juga ketabahan hatinya. Dengan memberikan banyak teka-teki, tetapi tetap dengan pengawasannya. Jadi, jika Reihan salah langkah atau salah paham, di saat itu Algo akan memberinya arahan.
Namun dia berharap, sebisa mungkin Reihan harus memahami sendiri. Itu untuk menilai kecerdasan spiritualnya.
Sementara Reihan pun hanya diam berpikir dengan perkataan Algo yang tidak menjelaskan secara rinci. Sebelum berkata.
" Em, baiklah ! "
" Nih ! Kamu merokok kan ? "
" Iya ! Makasih ! "
" Ngomong-ngomong, di mana Aldan ? " Lanjut Reihan
" Dia tidur ! "
Tidak lama kemudian, Tengah malam pun tiba. Algo melihat Reihan yang mulai Nampak bosan, dan memutuskan untuk memberi arahan.
" Cobalah tenangkan dirimu ! dengan kultivasi ! "
" Eh ? Di sini ? "
" Iya ! Tenang saja ini tengah malam, tidak aka nada orang yang mengamatimu ! Lagian aku juga di sini !
Algo tahu apa yang Reihan khawatirkan. Reihan cemas jika dia berkultivasi di depan rumah dan ada orang yang melihatnya, nanti pastinya dibilang sesat dll. Padahal itu adalah hal baik dan sama sekali tidak menyekutukan tuhan.
Malahan, dengan kultivasi akan membuat kita menjadi lebih mengenal diri kita.
" Baiklah ! "
Namun hal konyol terjadi setelah lima menit kemudian.
" Mas ? Aku sudah hehe ! Aku takut terbuka lagi gerbangku ! " Jelas Reihan
" Apa ? Ini baru lima menit Bodoh ! masuk Alam bawah sadar saja tidak mungkin untuk pemula ! "
" Tapi ? "
" Tenang saja kan kubilang ! Kau khawatir akan kesadaranmu terjebak seperti dulu kan? "
" Iya ! "
" Itu kerena kamu salah caranya ! "
Selanjutnya, Reihan pun melakukannya lagi Meskipun caranya masih belum benar. Setidaknya dia mencoba untuk duduk bersilah dengan dulu menurut Algo. Karena bagaimanapun dia mengajarkan cara yang lembut dan efisien menurutnya.
Setelah lima belas menit berlalu.
" Eh ? Sudah lagi ? " Tanya Algo
" Iya ! Kenapa ? " Jawab Reihan yang memang terlihat tidak tahu sama sekali.
Algo berpikir ' Ini bocah sungguh harus mulai dari Zero. Namun masih beruntung dia tidak menjadi gila di masa lalunya. '