Ke esokan harinya
Reihan kembali ke kesadarannya setelah pingsan tadi malam.
" Uh ? Mas Algo ? " Kata Reihan yang baru menyadari kejadian tadi malam
" Ah, ternyata hanya mimpi ya ! Untunglah ! " Gumam Reihan
Namun dia dikejutkan oleh perkataan Algo yang saat ini sedang bersantai seperti biasa.
" Kau sudah bagun ?! "
" Ng ? Ah, iya ! Maaf sepertinya semalam aku ketiduran hingga mengalami mimpi yang mengerikan ! "
Sebenarnya Reihan masih bersikeras untuk meyakinkan diri jika hal yang semalam terjadi hanyalah mimpi.
Sedangkan Algo juga tidak ingin memberitahunya jika hal yang terjadi semalam bukanlah mimpi. Dia tidak ingin mengejutkannya dengan hal-hal kejam dan tragis di dunia kultivasi. Bagaimana jika Reihan menyaksikan kejadian saat Jarot membantai orang-orang waktu itu?
Mungkin dia akan sangat syok. Maka dari itu Algo ingin membiarkan Reihan tumbuh menjadi kuat terlebih dahulu dan secara alami memahami dan menyaksikannya sendiri. Jika dia sudah cukup kuat, dia tidak akan terkejut dengan hal-hal di luar nalar.
" Rei ! Sana cuci mukamu dan lanjut bersantai dulu ! "
" Em, iya ! "
Setelah selesai mencuci muka, Aldan yang ketika itu baru pulang dari olah raga pagi menyapanya.
" Hei, Rei ? Tumben kamu menginap di rumahku ? "
" Ah, iya ! Dari mana kamu pagi-pagi begini ? "
" Hehe, Aku baru saja memulai berolah raga baru-baru ini ! "
" Oh, itu bagus ! "
" Oke, Kamu bersantai saja dulu sama Kak Algo ! Aku mau mandi dulu ! "
" Siap ! Eh, Tapi tunggu dulu jangan langsung mandi setelah berolahraga, Bagaimanapun kamu pasti baru beberapa hari ini mulai berolahraga kan ? "
" Iya, memangnya kenapa ? "
" Biarkan rileks dulu otot-ototmu ! Kecuali kamu mandi pakai air hangat ! "
" Oh begitu ? Baiklah ! "
Selanjutnya setelah sedikit perbincangan dengan Aldan, Reihan ikut bersantai bersama Algo.
" Wah, Pagi-pagi begini minum kopi panas dan merokok begitu nikmat rasanya ! " Kata Reihan yang terlihat sangat menikmati waktu paginya saat ini
" Hehe, memangnya sebelumnya kamu jarang melakukan aktivitas seperti ini ? " Tanya Algo
" Em, Jarang sih ! Namun, tidak lama ini aku baru sadar jika sebelumnya aku selalu makan makanan yang enak, tetapi terasa tidak senikmat ini ! "
Setelah mendengar penjelasan Reihan, Algo memberinya nasihat
" Seringlah bersedekah ! Tidak usah kau pikirkan kau bahwa kau iklas atau tidak ! yang paling penting adalah hal itu bermanfaat, bagaimanapun ! "
" Eh, begitukah ? Yah, kuakui selama ini aku masih memikirkan iklas atau tidak setiap aku ingin bersedekah atau memberi pertolongan ! " Jawab Reihan
Algo pun melanjutkan memberikan keterangan untuk lebih memastikan pendapatnya.
" Ketika kamu memiliki uang 100.000 Rupiah misalnya ! Terus, ketika itu kamu berpikir ! ' Ah, mau sedekah tetapi uangku hanya segini ! ' Rei, Tidak perduli berapa nominal yang ingin kau beri ! Bahkan 2000 Rupiah sangat berharga untuk mereka yang sedang mengalami masa sulit ! "
" Terlepas dari hal menolong orang, Tidak semua orang perlu ditolong ! Cukup gunakan hati dan perasaanmu untuk mengetahui seseorang yang memang benar-benar membutuhkan pertolongan atau tidak ! " Lanjut Algo
" Iya, aku paham soal itu ! " Jawab Reihan
" Terus mengenai hal Iklas ! Tak usah kau pikirkan itu ! yang penting sedikit atau banyak bantuanmu itu pasti bermanfaat untuk yang kau beri manfaat ! Entah itu berbentuk uang, tindakan, pengetahuan atau hal manfaat lainnya ! "
Setelah mendengar nasihat Algo, Reihan teringat sesuatu menyangkut dirinya ' Iya juga sih, contoh ketika aku ingin bersedekah, dan malahan hanya memikirkan apa yang aku lakukan iklas atau tidak, pada akhirnya malah tidak melakukan sedekah '
Sesaat ketika Dia memikirkan hal itu, Algo memotong, seakan-akan tahu apa yang sedang dipikirkannya.
" Coba tebak ! Ketika kau melihat seorang yang benar-benar sedang mengalami kesulitan yang amat pedih dalam hal materi, Dan kamu dengan tidak iklas atau terpaksa memberikan 70% uang yang kau punya saat itu ! Kira-kira apa yang dirasakan orang yang kau beri pertolongan itu ? Meskipun kamu tidak iklas dan terpaksa ! "
Reihan diam setelah mendengarnya, meskipun sebenarnya jauh di hatinya dia tahu. Namun, Algo tidak menunggu Reihan menjawab. Masih pagi tidak mau memberi teka-teki.
" Pastinya dia akan sangat bersyukur ! Dan meskipun dia tidak mengucapkan terima kasih atau bahkan ' Jaim ' ( jaga image ) sebenarnya jauh di dalam hatinya atau bawah sadarnya, Dia sangat berterima kasih dan mendoakanmu atas perbuatanmu ! meskipun kau tidak iklas ! "
" Dan Tuhan itu maha mengetahui ! " Lanjut Algo
Setelah Reihan mendengar semua itu, dia merasa tercerahkan.
" Wah, pagi-pagi sudah siraman rohani ! Hahaha ! "
Sambut Reihan sambil bercanda
" Ah, sialan ! Aku bukan seorang religius ! Jadi jangan bilang hal-hal seakan-akan aku tokoh religius ! "
" Haha, Meskipun begitu dengan nasihatmu itu ! Kau lebih cocok karena jujur mengetahuinya tanpa membaca buku kan ? Melainkan karena pengalaman hidup yang pahit ! "
Algo tidak menjawab perkataan terakhir Reihan saat itu. Baginya, pujian tidaklah penting. Yang penting baginya adalah bisa memberi manfaat kepada orang lain, terutama kepada orang yang dekat dengannya.
Selanjutnya, ketika tidak ada hal yang sedang dibicarakan. Reihan memutuskan untuk pamit. Karena bagaimanapun dia masih harus bekerja untuk mendapatkan uang, bagaimanapun.
" Eh, Oke deh Mas ! Aku pulang dulu ! Nanti malam lanjut lagi ! "
" Mau kemana ? "
" Ya tentu mencari nafkah ! "
" Oh, baiklah ! "
" Kamu sendiri tidak keluar Mas ? "
" Aku sih santai, Karena pekerjaanku tidak terikat dalam aturan orang ! "
" Oh, begitu ! "
Selanjutnya Reihan segera bergegas pulang dan bersiap untuk pergi ke tempat di mana dia bekerja. Dan ketika saat itu juga dia mulai memikirkan ' Benar juga ya, kenapa aku tidak mencoba membuka usaha sendiri agar tidak terikat aturan orang ? jadi, bisa sedikit santai. '
Kedepannya, Reihan tetap bekerja sebagai buruh sambil memikirkan hal-hal yang suatu saat bisa dia gunakan untuk membuka usaha. Sambil mengumpulkan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang dia dapat ketika bekerja sebagai buruh tidak menjadi sia-sia untuk bekal dirinya di masa depan.
***
Sementara itu, kembali ke Nagara Iblis
" Bagaimana ? Apakah sudah mendapat berita dari bawahanmu mengenai penyebab kematian Awar ? " Kata Dazim kepada Jagan
" Belum, tetapi seharusnya sudah ada kabar ! Karena budak yang jendralku cukup dekat dengan tempat tinggal Jarot ! "
Ketika mereka membicarakan hal itu. Berita yang tidak mereka harapkan segera terdengar.
" Raja ! " Kata Jenderal Iblis yang mana adalah bawahan Jagan
Sedangkan Jagan yang mengamati ekspresi bawahannya yang gugup segera memintanya untuk bicara.
" Katakanlah ! " Perintah Jagan
" Raja ! Manusia yang aku kirim untuk misi anda telah musnah tanpa jejak ! Dan tanda budak tubuhku untuk manusia itu menghilang, yang berarti dia mati ! "
Jagan dibuat terkejut dengan berita yang baru saja dia dengar. Namun dia tidak terlalu memikirkannya, dan sebagai gantinya dia meminta Jenderalnya untuk menambahkan jumlah kandidatnya untuk menjalankan misi yang dia berikan.
" Tambahkan orang kita untuk menjalankan misi itu ! dan tambahkan juga prajurit berpangkat lebih tinggi untuk membantu mereka jika ada kejadian yang tidak bisa mereka tangani ! " Perintah Jagan kepada Jendralnya
Tidak lama kemudian sang Jenderal yang sebagai bawahan Raja Iblis Jagan segera mengumpulkan anggotanya untuk menjalankan misi.
Sementara Jagan dan Dazim yang sedikit kecewa dengan berita ini. Memiliki sedikit kesimpulan.
" Kurasa ras manusia mulai menjadi kuat ! " Kata Dazim
" Hem, meskipun begitu ! kita perlu memastikan dulu ! Lagian yang kemarin kukirim hanya budak rendahan ! " Jawab Jagan
" iya ! Kecuali dia terbunuh oleh penjaga pulau di sana, Itu jelas wajar ! Bagaimanapun penjaga pulau hanyalah lawan yang bisa dihadapi oleh Jenderal-Jenderal kita ! "
Jagan dan Dazim tidak perlu mengkhawatirkan hal ini karena bagaimanapun mereka merasa bahwa yang sedang mereka hadapi saat ini hanyalah semut dan tidak lebih. Mereka hanya menganggap hal ini seperti permainan catur, cukup menggunakan bawahannya untuk bertindak.