Chereads / Hight And Zero / Chapter 11 - Memilih yang bermanfaat

Chapter 11 - Memilih yang bermanfaat

" Permisi ? Mas, Sudah baikan ? " Tanya Reihan kepada Algo yang sedang bersantai.

" Iya, Sini duduk dulu ! " Perintah Algo dengan ramah.

Reihan pun segera duduk. Sebenarnya ketika itu Algo yang sedang bersantai, diam-diam telah mengamati Reihan. Namun Reihan tidak menyadari apa pun. Sedangkan Algo mengamati Reihan sampai ke dalam jiwanya. Karena dia telah penasaran dengan orang baik yang membantu dirinya dan juga adiknya.

Hingga, Algo menemukan sesuatu yang janggal dalam diri Reihan. Di mana kasus Reihan sama seperti adiknya. Kasus di mana seseorang pernah masuk ke dunia jiwanya. Algo berpikir

' Em, mungkin kajadian seperti ini banyak di alami seseorang, tetapi untuk bocah ini sudah masuk beberapa lapisan jiwanya, sedangkan dia seperti tidak tahu apa-apa mengenai hal ini ! jadi, kesimpulan yang bisa aku tangkap adalah dia pernah belajar sepiritual, entah dia tahu atau tidak dengan apa yang dia lakukan. '

Setelah Algo mengobsevasi Reihan hingga dalam, hingga dia mengerti apa kekurangan, kelebihan dan bahkan potensi yang tersembunyi dari Reihan. Dia berkata.

" Kau Reihan ya ? "

" Iya Mas ! Pasti Aldan sudah cerita soal aku ya ? "

" Iya, begitulah ! Terima kasih atas semua bantuanmu ! "

" Tidak usah dipikirkan ! Senang bisa membantu ! "

" Ngomong-ngomong, Aldan di mana Mas ? "

" Dia sedang kusuruh keluar untuk menggantikan pekerjaanku ! "

Ketika Reihan mengerti jika Aldan sedang tidak dirumah, dia pun memutuskan untuk pamit. Karena dia masih merasa asing dengan Algo.

" Emm, kalau begitu aku pamit dulu Mas ! "

" kenapa terburu-buru ? tunggu dulu ! "

" Ada apa Mas ? "

" Sebenarnya aku tidak mau mengatakan informasi ini kepada orang lain, tetapi karena kau sepertinya orang baik hingga mau berteman dan menolong adikku, aku akan membantumu sedikit ! "

Reihan tidak paham dengan apa yang Algo katakan, bagaimana pun dia sangat awam.

" Maksudmu apa ? aku sungguh tidak mengerti ? " Tanya Reihan

Algo pun tidak mau menjelaskan lebih detail, karena dia pikir percumah. Bagaimanapun hal-hal tentang kultivasi sungguh rumit dan banyak misteri. Kemudian Algo memutuskan untuk langsung kepada permasalahan yang Reihan alami.

" Apa kau tidak terganggu di dalam batinmu oleh sesuatu ? " Tanya Algo.

Saat Algo mengatakan hal itu, Reihan terkejut karenanya. Dia merasa bahwa dia telah menemukan orang yang selama ini dia cari. Untuk mengetahui apa yang terjadi padanya, yang mana adalah bisikan-bisikan gaib yang mengganggu dirinya. Hingga membuatnya sangat kesusahan untuk berkonsentrasi dalam hal apapun.

Akibatnya, Reihan selalu lebih lama dalam mempelajari sesuatu. Sebenarnya dia orang yang bisa dibilang cerdas, sebelum dia mengalami gangguan dalam jiwanya.

" Bagaimana kamu bisa tahu ? " Tanya Reihan

Sebelum Algo menjawab pertanyaannya, dia sempat menghisap rokoknya terlebih dahulu sebelum menyuruhnya untuk duduk kembali.

" Duduklah ! Mau apa kamu buru-buru ? " Perintah Algo

Setelah Reihan duduk kembali, Algo lanjut berbicara.

" Aku tahu apa yang kau alami ! Itu tidak berbeda jauh dengan apa yang di alami adikku ! Dia bahkan hampir gila ! " Jelas Algo.

" Terus, bagaimana caranya agar aku bisa membuang jauh-jauh hal selama ini menggangguku ? "

Namun, lagi-lagi Algo menghisap rokoknya dengan santai, seakan-akan mengabaikan pertanyaan Reihan. Sementara Reihan yang melihatnya berpikir.

' Sungguh orang yang aneh ! Apa dia mendengarkanku ? '

Hingga kemudian Reihan mendapat jawabannya, dan menyadari ternyata orang ini mendengarkannya.

" Kau perlu memperkuat jiwamu! Dan menghajar sendiri apa itu yang ada dalam dirimu ! "

Jelas Algo sebelum melanjutkan berkata.

" Aku tidak tahu siapa yang mengajarimu sebelumnya, yang jelas, orang yang mengajarimu tidak bertanggung jawab ! "

Algo merasa kasihan ketika melihat orang-orang yang menjadi korban gagal belajar kultivasi. Hidup mereka menjadi terombang-ambing dan tak berarah. Sedangakan Algo sendiri pernah mengalami kegagalan seperti itu berulang kali, dia berhasil selamat karena tekad dan keyankinannya.

Sementara Reihan yang masih tidak tahu apa yang dia alami, memutuskan untuk bertanya.

" Sebenarnya apa itu ? suara-suara bisikan yang menggangguku ? "

" Itu sebagian adalah dirimu sendiri ! dan sebagian dari gaib ! "

Sebenarnya pembicaraan seperti ini sungguh tidak masuk akal bagi yang tidak mengalami. Tetapi sebenarnya hal seperti ini banyak di alami oleh orang yang memiliki depresi juga.

Sedangkan Reihan yang saat ini mulai merasa melihat jalan keluar. Terlihat bersemangat dan menangajukan permintaan.

" Mas, bisakah kau mengajariku untuk menjadikan jiwaku kuat ? "

Algo yang mendengar dan mengamati tekad Reihan pun menyanggupi permintaannya. Namun dia memberi dua pilihan.

" Aku bisa saja mengajarimu, tetapi sebelum itu, aku ingin bertanya kepadamu dua hal ! " Tanya Algo

" Apa itu ? " Jawab Reihan

" Karena bagaimanapun, kau akan terjun ke dunia kultivasi karena apa yang kau alami ! " jelas Algo sebelum melanjutkan

" Kau ingin menjadi orang yang bermanfaat atau menjadi sakti ? "

" Eh ? "

" Kau paham tidak dengan apa yang aku katakan ? "

Sebenarnya dua pilihan yang Algo katakan hanya untuk mengetes keteguhan hati Reihan, Yang mana 'sakti' adalah jebakan. Meskipun tidak masalah, tetapi selama pengalaman Algo bertahun-tahun, dia menyimpulkan bahwa hal itu tidak berguna,

" Aku ingin hal yang manfaat ! " Jawab Reihan

Algo yang mendengarnya terlihat biasa saja, tapi sebebarnya dia puas dengan pilihan Reihan.

Selanjutnya Algo mengatakan kepada Reihan untuk datang kerumahnya setiap malam tanpa menjelaskan apa yang akan dilakukan nantinya. Namun, Reihan memutuskan untuk tidak menanyakannya dan memilih untuk memastikannya sendiri nantinya.

Dia berpikir ' Entah apa yang akan kita lakukan setiap malam, jika aku merasa sesat atau tidak beres, aku tidak akan lanjut.'

Setelah itu Reihan pamit dan pulang ke rumahnya.

Pov. Reihan

Aku merasa beruntung bertemu orang yang bisa mengetahui apa masalahku yang tidak bisa diketahui orang awam ini. Sebenarnya aku sudah punya kenalan beberapa kultivator. Namun tidak ada yang pernah mengatakan jika aku punya gangguan didalam diriku. Hingga suatu hari aku berdoa agar dipertemukan dengan seorang yang bisa mengerti diriku, hingga aku bisa terselamatkan dari gangguanku ini.

Sementara itu ketika aku memejamkan mataku. Bisikan itu muncul lagi.

[ Kau akan menjadi gila ]

[ lebih baik membuat langkah kedepan ]

[ coba saja, paling kau kehilangan kesadaranmu lagi ]

[ aku harap yang terbaik ]

] … ]

] … ]

[… ]

" Berisik! "kataku pelan

Bagaimanapun aku harus bisa membuang gangguan ini. Setelah beberapa saat, aku mendengar handphoneku berdering.

" Beep..beep.."

Yang mana si pemanggil adalah manajer klub beladiri Taekwondo, dan dia adalah seorang wanita.

" Halo ? "

" Rei, kau lupa tidak latihan ? Datanglah ! kita kekurangan Ace ! " Ujar Astin

" Ha ? Bukankah sudah biasa aku bolos ? "

" Dasar bandel ! Pokoknya kali ini kau harus datang ! "

" Iya iya ! Menyebalkan ! "

Selanjutnya aku bergegas setelah menyiapkan seragam Taekwondo. Selagi bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi hingga manajer meneleponku, karena biasanya dia hanya meneleponku ketika aku terlambat datang jika ada kompetisi.

Tidak lama kemudian ketika aku sampai di sarana latihan. Aku melihat beberapa wajah asing. Aku tebak mereka dari klub beladiri lain selain Taekwondo. Dan di jaket mereka tertulis BOX, yang mana mengartikan jika mereka bagian dari klub beladiri Tarung Drajat.

' Tubuh mereka rata-rata bagus, mungkin rumor yang kudengar memang benar, jika pelatihan klub Tarung Drajat hampir seperti pelatihan para tentara. '

Sementara aku mengamati mereka, suara yang familiar memanggil namaku.

" Rei ! Akhirnya kau datang juga ! " sambut Astin

" Ada apa sebenarnya ? Dan ada apa dengan kedatangan mereka ? "

" Oh, itulah kenapa aku memanggilmu ! "

Jawab Astin sebelum lanjut berkata.

" Mereka mengajukan permintaan kepada klub kita untuk latih tanding ! "

Demikian penjelasan Astin, yang membuatku menjadi bersemangat. Sejujurnya aku penasaran dengan mereka juga.

" Sungguh ? kalau begitu baiklah ! "

Manajer pun segera menyetujui permintaan klub Tarung drajat setelah kedatanganku. Dan tidak lama kemudian pertandingan pun dimulai setelah melakukan perkenalan masing-masing klub.

Para anggota yang berlatih beladiri selalu diajarkan untuk bersikap ramah, meskipun pelatihan mereka keras. Dan di ajarkan untuk tidak semena-mena mempraktikan kemampuan beladiri mereka untuk membully yang lemah atau hal yang menyimpang lainnya. Jika mereka melanggar ketahuan melanggar aturan, mereka akan dikeluarkan dari klub.

" Semuanya ! Tenangkan diri kalian dan bersiaplah ! "

Perintah Astin, sebelum lanjut menjelaskan

" Akan ada lima orang yang akan maju untuk bertanding, tolong unjuk jari untuk siapa yang mau mengajukan diri ! "

Namun setelah penjelasan Astin, hanya tiga orang yang mengcungkan jari untuk ikut serta, belum termasuk aku. Jadi, masih kurang satu orang lagi agar pas lima orang.

" Apa hanya kalian empat yang akan maju ? " Tanya Astin, sambil melihat anggotanya yang lain.

" Apa kalian takut ? " lanjut Tanya Astin, ketika mengamati anggotanya yang enggan ikut serta. Karena sekian dari dua puluh orang, hanya empat orang yang mengajukan diri.

Dan pada saat itu, suara serentak klub lawan yang begitu keras dan bersemangat. Memperlemah lemah mental mereka yang tidak ingin ikut bertanding hingga Terlihat dari wajah mereka yang menyedihkan.

Aku yang ikut mengamatinya pun terpaksa untuk memilih secara paksa.

" Kau ! Ikut saja ! "

kataku kepada anggota klubku yang terlihat sedikit bagus menurutku.

" Eh ? kenapa aku ? " Jawab orang yang kutunjuk bernama Johan.

" Kulihat fisikmu bagus ! Ini akan berguna sebagai pengalamanmu ! " kataku agar memberinya keberanian untuk memutuskan.

" Tapi, baiklah ! "

" Tenang saja ! Aku juga dulu takut waktu pertama ! "

kataku sambil menepuk bahunya, walaupun aku berbohong jika bilang aku pernah takut pada pertandingan pertamaku waktu dulu. Namun aku pernah merasakan mentalku turun ketika aku melawan seorang Muai Thai. Di mana ketika aku tidak berkutik menyerang balik lawanku, dan hanya menjadi samsak hingga aku mengaku kalah. Itu pun ketika aku masih pemula yang mencoba menantang senior untuk mengukur kemampuan.