"Kau sudah makan?" tanya nenek saat aku membuka pintu kamar. Untuk pertama kalinya nenek menghampiriku dengan sikap yang lembut. Tatapan kedua matanya begitu kosong, aku tahu dia masih sedih dan kecewa pada Black, cucu yang selalu dia sayangi dan utamakan dibandingkan denganku.
"Aku tidak lapar, Nek." Aku memalingkan wajahku dari tatapannya untuk menyembunyikan kedua matanya yang sembab karena menangis barusan.
"Nenek sudah memasak untuk makan malam, sebaiknya kau makan dulu lalu mandi dan segera tidur. Kau sudah bekerja seharian, pasti sangat lelah."
Ah, hatiku memang mudah sekali luluh. Ditambah lagi dengan moodku yang tengah berantakan dan sangat sedih saat ini, dengan sikap ibuku yang tidak pernah peka. Mungkin memang hanya nenek lah satu-satunya orang yang mempedulikanku sejak dulu hingga kini.
Tiba-tiba saja air mataku menetes kembali, mengalir membasahi kedua pipiku tepat di hadapan nenek. Dasar aku memang cengeng, aku mudah menangis akhir-akhir ini.