"Key, ya ampun daritadi kau kemana saja? Lama banget sih, angkat teleponku."
Aku mengomel diam-diam di toilet saat menelpon Keysa.
"Aku sedang tidur, semalam aku begadang. Ada apa? Kenapa kau terdengar panik?"
"Besok malam kita diminta hadir ke pesta ulang tahun Monalisa."
"Aku tidak mau!"
Seketika Keysa menolaknya tanpa berpikir panjang.
"Ya ampun, Key. Ini permintaan Tante Sunny langsung padaku, aku sedang di boutique bersamanya hari ini. Aku bertemu dengannya tanpa sengaja, akh... Sial!"
"Kalau begitu kau saja yang hadir, Mel!"
"Eeeh, tunggu! Bukankah ini kesempatan bagi kita mengerjai Yash, membalas sakit hatimu padanya. Ayolah, Key... Kumohon," pintaku memohon pada Keysa. Aku tahu setelah ini dia akan langsung mengiyakan lantaran tidak tega mendengar permohonanku.
"Aaakh, ya ya ya. Baiklah, kalau begitu pagi besok sebelum datang ke pesta kita harus beraksi, kita pergi ke salon, kita beli gaun yang super mewah."
"Hahaha, oke! Setuju!"
Klik!
Panggilan berakhir, satu masalah selesai. Keysa pada akhirnya mau menghadiri pesta kejutan ulang tahun untuk sepupu kami, Monalisa.
Ya, aku tahu. Ini akan sedikit berat untuk Keysa, menghadiri dan bertatap wajah kembali dengan Monalisa dan Yash setelah masalah itu berlalu.
Akan tetapi, aku justru ingin menunjukkan pada Yash dan Monalisa. Bahwa Keysa, akan baik-baik saja meski tanpa Yash di sisinya. Dan aku akan membuat Yash menyesali perbuatannya itu.
"Amelie, sekali lagi terima kasih ya, kamu sudah mau membantu tante hari ini. Tante duluan ya, kamu gapapa kan pulang sendirian?" ujar tante Sunny setelah aku kembali dari toilet.
"Ah ya! Gapapa kok, Tante. Amelie bisa pulang sendiri nanti," jawabku mengiyakan. Setelah ini aku akan bebas dari kanjeng mami ini.
"Hati-hati loh, banyak penculik gadis yang belum menikah apa lagi belum punya pacar sepertimu."
Aaaaarght... Urusi saja putrimu yang sudah merebut kekasih sepupuku, Keysa. Bisa-bisanya dia mengurusiku sedang Monalisa belum tentu baik menjadi seorang wanita selama ini.
Aku hanya menarik napas dalam-dalam, tetap santai, santun, dan mengulas senyuman menanggapi ucapannya yang selalu menusuk hatiku sejak tadi.
Sore pun tiba, merasa bosan dengan berdiam diri saja di rumah, aku berniat pergi ke rumah Keysa. Aku ingin melihat kondisinya setelah selama beberapa hari dia tidak datang ke kampus karena putus cinta dari Yash.
Ting tong...
Kutekan bel di rumah Keysa.
Sesaat kemudian, pintu terbuka. Ibu Keysa menyambutku dengan ramah.
"Eh, Amelie. Masuk! Keysa di kamar," bisik tante Nia, ibu Keysa.
"Aku langsung ke kamarnya saja ya, Tan..." balasku setengah berbisik.
"Iya, pergilah temui dia di kamarnya!"
Aku segera melangkah menaiki tangga untuk menuju kamar Keysa di lantai atas. Rasanya rumah ini sudah seperti rumah keduaku saja, setiap kali datang menemui Keysa, aku selalu seenaknya tanpa canggung dan malu memasuki setiap ruangan disini.
Tok tok tok...
Kuketuk pintu kamar Keysa.
Ceklek!
Pintu pun terbuka setelah berapa detik terlewati.
"Huhft, akhirnya kau datang, Mel! Masuk, aku sudah menunggumu sejak beberapa hari yang lalu mengunjungiku kemari, tapi kau malah tidak datang."
"Ya ampun, aku baru saja datang kau sudah mengomeliku. Aku sedang sibuk, kau tau bagaimana aku di rumah." aku menerangkannya pada Keysa apa yang terjadi satu hari ini, begitu sial dan menyebalkan.
"Hahaha, sungguh! Sepertinya hari ini memang hari sialmu, Mel!" ujar Keysa sambil tertawa setelah mendengar ceritaku.
"Puas??? Hah?" balasku dengan wajah cemberut.
"Lagipula menurutku Ryan hanya cocok kau jadikan pelampiasan, iya bukan? Jadi, kau tidak perlu merasa patah hati sepertiku pada Yash. Andai sejak awal Yash tidak memberiku janji manis untuk masa depan kami, aku mungkin tidak akan sesakit ini."
Aku terdiam sejenak, menatap wajah Keysa yang terlihat memang sangat sedih.
"Ya ampun, Key. Jadi, kau benar-benar serius menjalin hubungan dengan Yash?" tandasku padanya.
"Saat ini tidak lagi, Mel. Aku menyesali telah di bodohi olehnya," ujar Keysa dengan lirih.
Lantas kami melanjutkan dengan obrolan yang mengasyikkan lainnya, tentang Keysa yang saat ini tengah dekat dengan seorang lelaki yang tidak lama ini di kenalnya.
~
Sureprise party ulang tahun Monalisa tiba. Aku dan Keysa sengaja mempercantik penampilan kami seraya mengenakan gaun mewah yang tak kalah seksi dari gaun yang kupilihkan untuk Monalisa kemarin.
Meski gaun kami tidak mahal, tapi tidak murahan. Kami memang jago soal ini, harga murah tapi style berani beradu dengan barang mahal lainnya.
"Kalian, kemari!" panggil ibu Mona setelah melihat kedatangan kami, tampak ibu Mona melangkah dengan kaki berjinjit dan suaranya setengah berbisik.
Dia pun menjelaskan tentang apa yang akan kami lakukan nanti untuk memberikan kejutan ulang tahun untuk Monalisa, sementara Monalisa masih belum pulang dari tempatnya bekerja paruh waktu.
Aku dan Keysa sengaja sembunyi di ruangan yang sudah di atur oleh ibu Mona. Kami menurut saja, meski Keysa menggerutu dengan kasar sejak tadi. Tapi itu justru membuatku selalu tergelak tawa.
Hari tampaknya sudah mulai petang, ibu Mona sengaja mematikan seluruh lampu di ruang tengah yang sudah di hiasi oleh kedua kakak Mona sebelumnya.
Tampaknya sebentar lagi Mona akan sampai di rumah, menurut sebuah kode yang di berikan oleh ibu Mona. Kami tidak sempat saling banyak bicara basa-basi tadi, begitu kami datang langsung saja di berikan sebuah arahan dari ibu Mona yang harus kita lakukan begitu Mona memasuki ruangan.
Dan benar saja, sesaat kemudian pintu terbuka tanpa menekan bel dahulu sebelumnya. Dia benar Monalisa, yang baru saja pulang dari bekerja.
"Ma, kenapa gelap sekali disini? Mama di rumah? Mama... Pa, kak Tini, kak Dewi..." panggil Mona tampak kebingungan dan meraba-raba.
Aku dan Keysa yang sedang bersembunyi di balik sofa, mulai bersiap-siap mengejutkannya dengan meniup sebuah terompet kecil dan peralatan ulang tahun lainnya.
Tapi, sejak tadi aku dan Keysa saling bertanya dimana Yash? Bukankah dialah pacar Mona saat ini? Dia tidak mungkin datang, ini hari special Mona.
"Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat hari ulang tahun, Mona. Semoga panjang umur..."
Aku dan Keysa tersentak ketika mendengar suara merdu dan seksi seorang lelaki yang menyanyikan lagu ulang tahun untuk Mona.
Kami bahkan sampai terlambat meniup terompet itu, ketika lampu sudah menyala. Kami pun berdiri bersamaan lalu meniupkan terompet sebagai kejutan untuk Mona.
Betapa terkejutnya aku, begitu pula Keysa. Saat melihat di ruangan itu telah berdiri dua kakak Monalisa, ibu Monalisa, dan seorang lelaki yang ternyata bukanlah Yash.