Aku dan Keysa masih tertegun melihat sosok lelaki yang kini berdiri di depan Monalisa, setelah lampu di ruangan ini kembali menyala, laki-laki itu berdiri di depan Mona dengan sebuah kue tart berbentuk hati dan hiasan lilin di atasnya.
"Selamat ulang tahun, Cinta! Semoga semua yang terbaik untukmu dan kau makin sayang padaku," ujar laki-laki itu pada Mona sembari mengecup kening Mona dengan mesra.
Seketika perlengkapan ulang tahun yang sejak tadi aku dan Keysa genggam, berjatuhan lantaran kami benar-benar terkejut melihat lelaki itu berani mencium kening Monalisa di depan kami semua.
"Mel, kedua mataku mendadak buram. Apa kau rasakan hal yang sama?" lirih Keysa padaku.
"Tidak, Key! Sepertinya setelah ini kedua mataku akan katarak," jawabku dengan berbisik.
"Sial! Aku menyesal datang kesini," balas Keysa kembali.
Menit berikutnya aku mendengar suara sorak riang gembira di sertai tepukan tangan yang meriah dari ibu dan kedua kakak Monalisa. Aku terkesiap, bisa-bisanya mereka bertepuk tangan melihat pemandangan itu?
"Mama, kak Tiny, kak Dewi, makasih... Kejutannya Mona sangat suka," ujar Mona kemudian sambil merangkul mereka satu per satu.
"Hem, jangan berterima kasih sama kita aja dong! Ini semua rencana Cristian, dan dua sepupumu juga ikut andil disini," sahut kak Dewa sambil unjuk dagu mengarah padaku dan Keysa.
Mona seketika menoleh ke arah kami, dia tercengang sesaat. "Ka-kalian, disini?" tanya Mona gagap.
"Ya, mama yang mengundang mereka, Nak. Mereka itu kan para sepupu terdekatmu, jadi kita harus berbagi kebahagiaan bersama di hari ulang tahunmu ini. Iya kan?" jawab tante Sunny menerangkan sebelum aku menjawab lebih dulu.
"I-iya, Tante mengundangku kemarin. Kami tidak sengaja bertemu di boutique," sambungku mengiyakan.
Mona masih tampak kikuk di depanku dan Keysa. Sementara Keysa hanya diam, menyeringai, menatap sengit pada Monalisa.
"Mama punya sesuatu untukmu, sebaiknya kau kenakan malam ini. Ayo," ajak tante Sunny kembali sambil merangkul kedua bahu Monalisa untuk menuju ruangan berbeda.
Tampaknya tante Sunny baru akan memberikan gaun yang kemarin aku pilih untuk Monalisa. Kini di ruang tengah hanya ada aku, Keysa, dan laki-laki yang bernama Cristian itu. Sedang kedua kakak Mona ikut serta menyusul langkah ibunya.
"Key, kau bisa menebak apa yang akan di lakukan mereka ada Mona setelah ini?" ujarku berbisik pada Keysa.
"Kita satu pemikiran. Setelah ini, kita akan menonton parade busana dengan make up jaman dulu yang menghiasi wajah Mona, hihihi..." Keysa cekikikan menjawab pertanyaanku barusan.
"Hei, kalian. Emh, terima kasih ya! Sudah mau ikut andil dalam rencana ini, aku Cristian."
Tiba-tiba laki-laki itu menghampiri kami, mengulurkan tangannya, memperkenalkan diri.
"Oh, hai. Aku Amelie, sepupu Mona. Hem, iya. Tidak perlu berterima kasih, lagi pula ini hari ulang tahun sepupu kami."
Cristian tersenyum lembut padaku, lalu pandangannya mengarah ke wajah Keysa yang bersikap acuh mengabaikannya.
"Hai," sapa Cristian kembali pada Keysa.
Keysa menaikkan satu alisnya, lantas dengan terpaksa dia menerima uluran tangan Cristian. "Aku Keysa, sepupu Amelie."
Dasar kau, Key! Kau bisa saja menyebutkan dirimu sebagai sepupu Monalisa.
"Aku Cristian, terima kasih," balas Cristian sambil melepas kembali jabatan tangannya dari Keysa.
"Kami belum pernah tau kalau Monalisa punya kekasih baru, kalian berpacaran berapa lama?" tanya Keysa tiba-tiba.
Sontak aku menoleh ke arah Keysa, apa maksud pertanyaan Keysa kali ini?
"Kami menjalin hubungan hampir satu tahun. Yah, aku memang jarang datang berkunjung kemari. Karena kita selalu bertemu di luar, dan... Di rumahku," jawabnya yang kemudian berbisik sambil mengerlingkan kedua matanya.
Tampaknya dia laki-laki yang tidak baik. Sangat cocok jika menjalim hubungan dengan Monalisa yang selalu liar pada laki-laki. Dia memang tampan, sepertinya juga orang berada. Tapi, bagaimana dengan Yash?
"Hampir satu tahun?" tanya Keysa mendelikkan kedua matanya.
"Key," panggilku menyela.
"Hahaha, ada apa? Kenapa kalian terkejut begitu?" tanya Cristian terkejut.
Aku dan Keysa saling berpandangan. Benar-benar si Monalisa, jadi si Yash dia jadikan alat sebagai permainan hatinya.
"Crish!" panggil Mona yang terdengar tegas dari arah berbeda.
Aku dan Keysa mengatupkan bibir kami seketika bersamaan. Cristian menoleh cepat, dia tampak tercengang melihat penampilan Monalisa yang benar-benar terlihat berlebihan di mataku dan Keysa.
"Mona, kau sangat cantik!" ucap Cristian memujinya.
Lagi dan lagi, aku membuang napas panjang bersamaan dengan Keysa. Lantas kami sengaja mengalihkan pandangan pada tante Sunny yang saat ini menyusul keluar.
"Tante, kami pamit pulang dulu." aku mengeluarkan kata pamit spontan padanya.
"Eh, kenapa buru-buru? Kalian belum mencicipi makanan dan kue yang kami hidangkan, ayo... Makan dulu, kemari!" ajak tante Sunny seraya mengedip-ngedipkan kedua matanya pada kami.
Aku dan Keysa berusaha mengerti akan isyarat yang tante Sunny berikan pada kami, kami pun melangkah mengikuti arahannya menuju sebuah ruangan yang berbeda.
"Kalian makanlah disini, duduk santai dan nikmati semua hidangan ini. Biarkan Monalisa bersama Cristian berdua saja, kalian jangan mengganggu atau berniat mengintip mereka, ya! Hihihi..."
"Tante!" panggil Keysa dengan sedikit lantang. Lagi dan lagi aku terkejut akan sikap Keysa yang mendadak meninggi.
"Ah ya ampun, Keysa. Kenapa kau berteriak pada tante?"
"Aku hanya heran pada tante, kami diminta datang kemari untuk memberikan kejutan ulang tahun pada Monalisa, tapi terkesan kami diminta datang ialah untuk menjadi obyek pajangan, memperhatikan mereka yang pamer kemesraan tidak tau malu di depan umum, begitu?"
Tante Sunny tercengang akan ucapan Keysa yang secara terang-terangan menyatakan isi hati dan pikiranku yang sejak tadi aku tahan.
"Hikst... Hikst... Key, tante sungguh terpukul mendengarmu berkata begitu pada tante dan Monalisa. Kenapa kau begitu marah, apa kau iri melihat Monalisa punya kekasih yang romantis seperti Cristian?"
Jleb!
Sudah kuduga, tujuan tante Sunny mengundang kami hanya untuk pamer dan sengaja menusuk hati kami dengan ucapannya itu.
Belum sempat aku memberikan ujaranku untuk membantahnya, kak Dewi dan kak Tiny keluar dari ruang dapur sembari membawa minuman.
"Eng, Mama. Ada apa? Kenapa mama menangis?" kak Tiny bertanya dengan panik, sementara kak Dewi menatap ke arahku dan Keysa dengan tatapan yang berbeda. Diantara keluarga Monalisa, hanya kak Dewi yang sedikit penyabar. Mungkin karena dia adalah kakak tertua disini.
"Tidak, mama tidak apa-apa, Tiny. Mama hanya sedih, bila ada yang menilai buruk keluarga kita."
Oh my God. Apa yang tante Sunny katakan kali ini?
"Tante, tante salah paham. Maafkan ucapan Keysa barusan. Dia tidak berniat menjelekkan tante sekeluarga, tapi jujur kami..."
"Ada apa, ini?" tanya suami ke tiga tante Sunny yang baru enam bulan lalu dia nikahi.
"Suamiku..." panggil tante Sunny yang kemudian memeluk merangkul suaminya itu.