Keesokan harinya.
Udara pagi sudah cerah, beberapa burung kecil yang berpasangan bertengger di atas dahan pohon di depan gedung apartemen saling memadu kasih, suara ciutannya membuat suasana pagi terasa begitu menyegarkan.
Verss masih tidur dengan sangat nyaman di atas ranjangnya walau waktu sudah menjelang agak siang, hari ini acara baru akan dimulai setelah tengah hari jadi ia bisa beristirahat dengan tenang, tapi, suara agak ribut mengejutkannya hingga membuat ia terbangun cepat.
"Prang!!"
Apa yang terjadi?
Tanpa pikir panjang Verss menyibak selimutnya dan bangun, ia baru akan menuju ke pintu saat pintu kamarnya dibuka dari luar, Gale sudah berdiri di depannya dengan mengenakan celemeknya untuk masak pagi itu, tapi, bagian bawahnya basah karena kuah sayur atau sejenisnya.
Versa diam, ia tidak tahu harus bicara apa, Gale pun hanya berdiri diam menunjukkan dirinya karena sadar telah berbuat keributan dan tak ingin Verss cemas, ia takut dengan suara keras.
"Eh itu.."
Tangan kanan Gale terluka, ia berusaha bersikap keren tapi karena sangat sakit mungkin tidak bisa memegang panci dengan benar hingga semua isinya tumpah saat dipindahkan, Verss mencoba untuk menahan tawa.
..............
Tut Tut Tut!
Ninoot!
Suara kunci pintu apartemen yang terbuka.
Derek mengendap masuk, ia mendapatkan nomor kode kunci apartemen Verss dan bisa masuk kapan saja, tapi suasana sangat sepi pagi menjelang siang itu, ia barusan ditelepon Verss agar membelikan sarapan untuknya, tapi suasana apartemen kenapa sangat tenang sekali, seperti tidak ada kehidupan, mendekat semakin ke dalam, mata Derek membuka lebar, ada asap agak tebal dari arah dapur, apa telah terjadi kebakaran?
"Oh no Versa!!" Setelah melirik kanan kiri Derek menemukan pemadam api di dekat kaki sofa, ia bergegas berlari ke dapur dan siap menyemprotkannya, tapi...
Ia menghentikan gerakannya melihat Versa dan Gale yang sudah duduk di meja bulat, menatapnya aneh.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Verss.
Derek nyengir, diturunkan tangannya.
"He kirain kebakaran, eh lagi masak yah"
Pemuda itu melirik Verss yang memakai celemek berwarna pink dengan motif kartun sapi yang lucu, dengan pipinya yang terkena sedikit noda hitam karena makanan hangus, penggorengan dan panci berantakan di wastafel, asap yang berasal dari toaster roti di dekat kompor listrik, beruntung hanya asap kecil kalau tidak mungkin akan memicu penyemprot air yang ada di atas langit-langit.
Derek melirik apa yang sudah ada di atas meja di dalam piring kecil di depan Gale, beberapa potong roti, yang, mungkin agak hitam sedikit, telur mata sapi, yang juga agak hitam, mungkin saat masak suhunya terlalu tinggi, bentuknya lumayan sih.
#namanya orang suka walau masak sampai jadi arang juga akan dibilang lumayan.
Gale tersenyum-senyum dengan wajah konyol melihat roti dengan telur untuk sarapannya, khusus disiapkan oleh Verss, Derek sampai menelan ludahnya bulat, ia juga mau, ia sangat menginginkan roti hangus yang terlihat berkilauan dan penuh dengan cinta di sekitarnya itu, roti itu memanggil namanya. Verss menegakkan duduknya melihat wajah Derek.
"Kenapa ke sini?"
Derek terkejut, padahal tadi jelas-jelas Verss sendiri yang mengirimnya pesan minta dibelikan sarapan, tapi Verss malah melihatnya aneh.
"Itu ta tadi, pesan, duh, sarapan" tidak fokus bicara.
Bodoh amat, pikir Derek, ia maju dengan cepat ke arah meja dan hendak mengambil roti dengan telur di atas meja, buatan Verss, tapi tangannya kalah cepat Gale keburu mengangkat piring itu dan memelototi Derek.
"Cari mati yah!"
Derek tak mau tahu, ia juga mau sarapan yang dibuat Versa oleh tangannya sendiri, walau harus melawan tubuh raksasa Gale.
"Bagi donk, aku juga mau!"
Gale hanya berdiri dan mengangkat piring itu di atas kepalanya dan walau Derek berusaha meloncat untuk mengambilnya ia tetap tidak bisa menggapainya.
"Berikan padaku!"
Sementara Verss mendekati kantong kertas yang dibawa Derek dan diletakkan di atas meja, melirik isinya.
"Gale bagi donk!"
Suara Derek dan Gale bagai anak TK yang berebut mainan.
"Ini punyaku, tuan muda khusus membuatkannya untukku, buat lagi sendiri sana"
"Yah beda donk kalau buat sendiri, pelit sekali sih"
Verss duduk dengan santai di atas sofa di depan televisinya, menikmati burger ikan yang dibawa Derek, siaran berita pagi mengalahkan suara ribut di dapur.
"Gale!" Seru Derek.
........................
Lokasi syuting dalam gedung yang sudah disetting sedemikian rupa.
Serial drama petualangan waktu "Blossom Maple" berlanjut, pagi itu Verss harus memakai pakaian jaman dulu dengan hanfu dan rambut yang panjang, proses makeup berjalan lama, cukup lancar walau Gale tak beranjak lebih dari setengah meter di belakang Verss.
Ada auman harimau entah dari mana terdengar saat Gale dengan matanya yang tajam melihat para makeup artis yang mengantri memberikan riasan wajah dan rambut untuk Verss.
"Ih seram" bisik para perias yang berkumpul di sudut ruangan.
Verss menjelma menjadi seorang pemuda pengelana dengan pakaian hanfu berwarna merah dan rambut panjang hitam yang menjuntai hingga ke pinggangnya, wajahnya sangat cantik sekali, Gale sampai tak bisa menahan diri untuk tidak melihat, gerakan tangannya lembut, membuat angan-angan Gale melayang jauh.
"Klop klop klop!"
Suara tapak kuda, seorang pendekar muda yakni Gale duduk di atas kudanya yang tinggi kekar dengan mendekap Verss yang duduk bersamanya, rambut panjang dan harum milik Verss membelai hingga mengenai wajah Gale sang pendekar dengan wajah bengis seakan ia seorang pendekar yang tak terkalahkan dan berhasil membawa pulang tropi yakni seorang pangeran muda yang kini ada di dekapannya.
Tapi lagi-lagi khayalan Gale pupus, Mimin menepuk pundaknya.
#Gale memang suka mengkhayal yang tidak-tidak soal Verss.
Mimin tersenyum melihat wajah konyol Gale.
"Ngapain berdiri di sini? Capek yah?"
Gale tersadar saat Verss ternyata sudah tidak ada di depannya, ia bergegas menyusulnya keluar ruangan.
"Tuan muda!"
Syuting berjalan lancar.
Hari ini pengambilan adegan perkelahian di atas perahu hingga Verss harus banyak melakukan gerakan memegang pedang hingga digantung dengan tali, sungguh mencemaskan, pikir Gale yang geregatan melihatnya.
"Duh tuan muda ini"
Suara keras sutradara kerap terdengar di balik toanya,
"Cut!"
Dari matahari pagi hingga menjelang tengah hari.
"Cut!!"
####################