Seperti biasa Jamila hari ini berniat untuk membuat beberapa kue coklat kering kesukaan nya dana kan menyimpan nya di toples, Karena memang Johan tidak akan mengizinkannya untuk keluar rumah maka yang bisa Jamila lakukan untuk membunuh kebosanan adalah membaca buku atau membuat kue.
Beruntung nya Jamila tidak dilarang kedapur walaupun dilarang keras untuk berenang di kolam renang tapi setidaknya ada hobi lain yang Jamila sukai tapi di perbolehkan oleh sang ayah.
Padahal Jamila bukan kan anak-anak lagi saat ini, tapi Johan seakan-akan memperlakukan nya layaknya anak balita yang harus diawasi khusus bahkan 24 jam jadi Johan langsung atau orang kepercayaannya nya seperti Bik Inah ataupun asisten pribadi Ayahnya Novi.
Semua yang berada di dekat dengan Jamila pun pereman dan kalaupun ada laki-laki itu adalah Bodyguard yang bertugas menjaga rumah tapi mereka tidak di bolehkah untuk bersapa dengan Jamila oleh Johan.
Terkadang Jamila pun bingung dengan pola pikir Ayahnya sendiri, Mengapa Jamila selalu di perlakukan dengan begitu berbeda dari teman-teman yang lain. Sebelumnya Jamila memiliki beberapa teman perempuan tentunya dengan izin Johan dan kini Jamila tidak diinginkan lagi untuk berteman Karena mereka membawa dampak buruk untuk Jamila menurut Johan.
"Apa yang kau lakukan hari ini sayang?" tanya Johan.
"Seperti biasa membuat kue kering coklat kesukaan ku Ayah dan membaca buku." ucap Jamila sambil pandangan nya masih fokus kearah buku novel yang telah di belikan oleh Johan beberapa hari yang lalu.
Johan selelu membolehkan Jamila membaca buku apapun yang Jamila suka di rumah ini, asalkan Jamila juga membaca buku pelajarannya dan tentunya semua itu dilakukan di dalam rumah.
Sepertinya biasanya setelah pulang dari kantor di sore hari Johan akan langsung menyapa Jamila dan memberikan beberapa kecupan pada pucuk kepala Jamila. Terkadang Jamila sendiri berfikir dirinya saat ini sudah mirip seorang istri yang menunggu Ayahnya pualng kerja dari pada seorang anak remaja yang masih SMA.
"Baguslah,aku harap kamu tidak membuat ulah hari ini. Teruslah menjadi anak penurut." ucap Johan sambil mengusap pelan pucuk kepala Jamila setelah sebelumnya memberikan beberapa kecupan manis di pipi Jamila.
Sebenarnya Jamila sangat ini protes tapi baru beberapa hari yang lalu Ayahnya itu mengurungnya dalam ruangan sempit dan gelap yang membuat tubuh sedikit kaku dan ketakutan.
Seperti anak normal pada umumnya Jamila sangat tidak menyukai hukuman dan Jamila lebih menghindari sesuatu yang membuatnya akan terkena masalah saat ini. Karena masalah hidupnya sudah terlalu rumit dan tentunya membuat seseorang Jamila kadang bosan untuk hidup.
"Sejak kapan kamu malah jadi asik dengan buku dan mengabaikan ku!" ucap Johan merasa sangat kesal karena Jamila malah asik membaca buku dari pada memperhatikan nya.
"Maaf Ayah ceritanya sedang seru tadi," ucap Jamila yang kemudian bicara setelah memberi batasan pada buku yang telah dibaca.
"Lain kali kamu harus memperhatikan ku, jika tidak buku-buku itu akan ku bakar atau ku buang." ucap Johan dengan tegas.
Sebenarnya Jamila sudah cukup jengah dengan drama hidup nya yang selalu saja harus mengikuti apa yang diinginkannya oleh Ayah nya Johan. Tapi Jamila untuk saat ini juga tidak bisa kabur karena pasti dia juga akan tertangkap dan di hukum dengan hukum yang lebih berat.
Karena merasa sangat kesal dan tertekan Jamila hanya bisa menengis, mengapa hidupnya begitu berbeda impian Jamila sederhana yaitu. bisa hidup dengan normal seperti teman-teman nya pada umumnya.
Sedangkan Johan yang melihat Jamila tidak menanggapi ucapannya dan malah menangis memilih untuk berjongkok dan mensejajarkan tinggi badannya dan Jamila.
"Jangan cengeng seharusnya kamu bersyukur bisa mendapatkan yang kau inginkan hanya dengan menjadi seseorang yang penurut." ucap James sambil membantu menghaluskan air mata Jamila yang turun tanpa sebab.
Menurut Johan, Jamila menangis tapi sebab yang jelas, berbeda dengan Jamila yang tentunya mempunyai alasan yang kuat yang tentunya hal itu lah yang menyebabkannya menangis.
"Jangan menyentuh ku." ucap Jamila yang menepis tangan Johan.
Tentunya hal itu membuat Johan merasa kesal karena menurutnya Jamila berlalu tidak sopan padanya, sedangkan Jamila tidak memperdulikan lagi apa yang ingin Johan lakukan padanya. Jamila telah bertekad jika suatu saat dia bisa kabur dan bebas satu hari saja dari Johan hidupnya akan sangat bahagia dan tenang mungkin.
"Aku tidak pernah mengajari mu bersikap kurang ajar." ucap Johan sambil memegang erat bahu mungil Jamila dan mengguncang nya berapa kali mungkin dengan begitu anak perempuan yang ada dihadapannya itu akan sadar dengan perilaku tidak sopan nya itu.
Jamila dapat merasakan bahunya sangat sakit karena Johan mengguncangnya terlalu kuat, tidak cukup sudah luka batin yang membuat Jamila membenci Ayahnya itu, ditambah saat ini dengan luka fisik yang kemudian akan membuat Jamila mengingat semua kejadian ini.
"Apakah sudah puas Ayah, jika belum bunuh saja aku..... saat ini aku sudah bosan untuk hidup." ucap Jamila dengan tatapan kosong.
"Apa maksudmu..... kamu harus tetap hidup....., aku tidak pernah mendidik mu untuk menjadi seseorang yang lemah." ucap Johan dengan tegas.
Karena merasa bahwa Jamila hanya bersandiwara untuk mengindari hukuman dari Nya, Johan berniat untuk memberikan sedikit pelajaran pada Jamila.
Kali ini Johan tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak menghukum Jamila yang menurut nya telah melewati batas. Johan memutuskan untuk memborgol tangan dan kaki Jamila pada sisi ranjang kau yang berukuran kecil, lebih tepatnya Jamila di borgol tangan dan kakinya mengikuti pojok sudut ranjang persegi panjang itu.
Melihat wajah Jamilah yang mulai tumbuh dewasa, Johan semangkin hapal dengan sikap tidak penurut Jamila dan wajah Jamila yang sangat mirip dengan wajah ibu kandung Jamila yang merupakan mantan kekasih Johan, yang menikah dengan sahabatnya sendiri lalu pergi memberikan sebuah luka pada Johan. Johan harus melihat wanita yang sangat dicintainya itu telah menikah dan memiliki seorang putri cantik yaitu Jamila.
Kamelia dan Wandi meninggal karena kecelakaan tunggal sekitar 12 tahun yang lalu saat umur Jamila masih 5 tahun. Dan yang selamat dari kecelakaan tunggal itu adalah Jamila saja sehingga membuat Johan yang merasa kasihan membantu untuk membesarkan Jamila kecil dengan caranya.
"Aw.... dingin...." ucap Jamila setelah tersadar tangan dan kakinya telah di borgol di keempat sisi ranjang, bahkan Jamila di borgol dengan posisi tubuh yang terkungkung membuatnya sedikit susah untuk bernapas. Selain itu bagian bawah ranjang tentunya sangat gelap dan Jamila merasa dia akan mati sebentar lagi.
"Selamat tinggal Ayah Johan, jangan mencari ku lagi di surga nanti. Karena mungkin surga kita berbeda." ucap Jamila yang kehilangan kesadaran.
Johan mendengar jelas apa yang dikatakan Jamila, karena Johan berasa diaras ranjang, ditempat yang sama yang dimana saat ini Jamila sedang mendapat hukum. Perbedaan Jamila berada di bawah ranjang yang sangat dingin karena bagian tubuhnya bersentuhan dengan lantai yang dingin, serangan Johan berada di atas ranjang yang sama yang tentunya lebih nyaman yang hangat.