Jika biasanya Jamila sudah tidak kaget dengan sifat Johan yang sangat dingin, tegas dan kaku padanya, kali ini Jamila lebih bingung melihat senyum manis di wajah pria yang di panggilnya Ayah itu dengan begitu ramah memanggulnya dan menyalanya.
Selama ini walaupun Jamila memang bukan anak kandung dari Johan tentunya Jamila telah mengetahui hal itu karena tidak sengaja menemukan berkas-berkas teteng dirinya yang ternyata hanya seorang anak adopsi.
Jamila tidak berani bertanya pada Johan tentang siapa sebenarnya dirinya, bukannya Jamila takut Johan akan marah, hanya saja Jamila tidak akan kuat menghadapi kenyataan pahit yang mungkin menjadi penyebab orang tuanya membuangnya.
Jamila malah seharusnya beruntung ada Johan yang menyelamatkannya dan mengadopsinya sebegai anak walaupun sikap dari Johan pada nya sangat tidak biasa seperti orang normal pada umumnya.
Johan sangat keras dalam menjaga, mendidik dan memberikan sebuah perhatian dalam bentuk hukum. Walaupun Jamila sangat bertekad untuk pergi dari rumah tapi sesaat juga Jamila pernah berfikir dengan kehidupannya apakah Johan akan mencarinya jika Jamila pergi karena selama ini Johan terlihat sangat dingin dan datar padanya.
Johan lebih sering menghukum Jamiladari pada mengajak Jamila untuk berbicara dan bertanya apa yang Jamila inginkan, walaupun begitu Jamila sedikit bersyukur setidaknya saat ini memicu seseorang yang bisa menghidupinya.
Jamila memiliki rencana untuk keluar dari ruang ini dan pergi, bekerja dan membayar banyak sekali hutang-hutang pada Johan tapi tentunya hal itu tidak mudah bagi Jamila.
Jamilah tentunya sangat yakin bawa mungkin Johan akan menghukumnya lagi, membuat Jamila kembali ketakutan, kehilangan arah dan bahkan trauma.
"Kamu sudah bangun Sayang?" tanya Johan kembali karena Jamila terlihat tidak merespon ucapan Johan mungkin Jamila belum sadar sepenuhnya.
"Maafkan aku ayah," ucap Jamila yang menunduk ketakutan berusaha untuk memberikan sedikit jarak antara mereka berdua karena Jamila takut mungkin saja Johan akan menghukum nya kembali karena telah lancang tiduran di atas ranjang milik Johan dengan jarak yang sangat dekat dengan Johan.
"Tidak, Aku yang bersalah dan minta maaf, jangan menjauh aku hanya ingin memberimu sebuah peluakan." ucap Johan yang kembali memeluk erat tubuh mungil Jamila kedalam pelukannya.
Walaupun Jamila tampak bingung dengan apa yang dilakukan oleh Johan, tapi Jamila merasa sedikit lega karena kali ini Johan tidak menghukumnya lagi.
Terjadi keheningan antara mereka berdua saat sedang berpelukan atau lebih tepatnya Johan lah yang memeluk erat Jamila. Sedangkan Jamila hanya mematung dan sibuk terbang dalam pemirsanya yang menduga-duga apa yang akan dilakukan oleh Johan pada nya selanjutnya.
Jamila hanya tidak ingin Johan berpura-pura baik pandanya, lalu kemudian membakar semua harapan yang telah Jamila fokuskan pada Johan. Jamila sangat yakin pasti Johan bersikap berbeda kali ini karena ada sesuatu alasan yang kuat yang tidak Jamila ketahui.
"Sepertinya kamu sangat lapar?" tanya Johan yang sepertinya terpaksa melepaskan pelukannya pada Jamila dan menatap wajah Jamila yang terlihat memerah karena malu.
Tentu saja sangat memalukan saat Jamila sudah merasakan nyaman berada dipelukan Johan namun perutnya tiba-tiba berbunyi yang menandakan Jamila sangat lapar saat ini.
"Iya...," ucap Jamila dengan sedikit menganggukan kepalanya dan menunduk karena merasa malu.
Seharusnya Jamila tidak perlu merasa malu karena Johan adalah ayahnya, tapi memang selama ini walaupun mereka tinggal serumah yang sering merawat Jamila dari adalah Bu Ijah, dan Jamila hanya hanya di berikan kebutuhan hidup seperti makanan dan materi yang cukup oleh Johan, sedang kasihan sayang tidak ada karena memang Johan lebih memilih untuk sibuk berkerja dari pada memperhatikan Jamila.
Jamila pernah bertanya pada Bu Ijah tentang mengapa ayahnya selalu sibuk kerja dan tidak pernah mengajaknya bermain, dan Ijah selalu mengatakan bahwa Ayah sibuk bekerja.
Bu Ijah juga mengatakan bahwa Ayahnya sangat menyayangi Jamila terbukti disaat pulang kerja Jamila telah tertidur pulas. Jamila memang pernah berpura-pura tidur dan melihat Ayah yang masuk kedalam kamar hanya untuk memberikan sebuah ciuman di bibirnya tanpa mengatakan apapun kemudian pergi.
"Ini makananya untuk Tuan dan Nona." ucap dari Bu Ijah.
"Terimakasih Bu..." ucap Jamila yang merasa sangat senang wanita 50 Tahunan itu telah membuat sup ayam kesukaannya.
"Sama-sama non cepet sembuh." ucap dari Bu Ijah yang kemudian permisi ke dapur setelah melihat tatapan Johan yang menyuruhnya pergi.
Jamilah hanya bisa tersenyum dan mengangukan kepalanya. Tapi senyum dari kami tersebuat tidak bertahan lama karena melihat Bu Ijah yang pergi dari kamar ini Jamila pun berniat untuk pergi juga.
"Makalah dan beristirahat lah disini AC kamar mu sedang di perbaiki." ucap Johan dengan tegas.
"Maaf Ayah, tapi aku bisa makan di dapur dan biasa tidur tanpa AC." ucap Jamila dengan polosnya.
Johan tentu saja tidak mengetahui jika selama ini AC dikamar Jamila sudah lama rusak, karena semenjak Jamila remaja sikap dingin dan tidak perduli Johan sangat semangkin terlihat.
Kali ini kebetulan karena sebelum Jamila melanggar aturan sangat menginap di rumah temannya, membuat Johan kembali bersiap aneh padanya seakan tidak ingin Jamila pergi dari rumah ini.
"Kamu tetap harus berada dikamar ini sampai kamu benar-benar sembuh." ucap Johan dengan tegas menatap kedua mata coklat Jamila yang terlihat sayu dan sedih.
Jamila menyangka mungkin sebentar lagi Ayahnya akan mengizinkan nya untuk pergi, hanya saja kali ini Johan sedang ingin membuat Jamila kembali makan dengan benar.
"Aku akan menyuapi mu." ucap Johan dengan tegas.
Walaupun cara bicara Johan yang kaku tapi dapat Jamila simpulkan bahwa saat ini Johan hanya sedang berusaha untuk perduli pandanya.
Tentunya Jamila tidak bisa membantah karena Johan sedang memberikan perintah mutlak padanya bukan untuk meminta izin pandanya.
Sebenarnya Johan ingin bersikap normal dan lebih dekat dengan Jamila agar Jamila cepet sembuh dan tidak sakit lagi. Tapi Johan tidak mengetahui caranya mungkin dengan menantu Jamila makanan adalah salah satu cara terbaik untuk membuat hubungan mereka lebih dekat.
Setelah menyuapi Jamila makanan sup, Johan juga membantu Jamila untuk minum obat, Tentunya sebelum Johan telan meminta orang kepercayaannya untuk membawakan obat sesuai resep dokter bersamaan tadi saat bu Ijah memasuki kamarnya untuk mengantarkan makanan.
"Ayah.... itu adalah sendok bekas aku makan tadi...," ucap Jamila mengingat kan.
Tentunya Jamila sangat kaget saat Ayahnya yang diketahui oleh Jamila selama sepertianya sengaja menghindari Jamila walau Jamila anaknya. Tapi kali ini Johan makan dari sendok yang tadi digunakan oleh Jamila untuk makanan.
"Iya...., memang nya kenapa?" tanya Johan.
"Apakah Ayah tidak merasa jijik mengunakan sendok makan yang pernah aku gunakan?" tanya Jamila.
Johan tidak memberikan jawaban lagi dan melanjutkan makannya sambil mengawasi gerak-gerik Jamila yang menurut Johan semangkin mirip dengan wanita yang pernah tinggal dihati Johan.