Chereads / Ayla : My Lovely Wife / Chapter 20 - BULAN MADU

Chapter 20 - BULAN MADU

Pagi ini Ayla berhasil bangun lebih awal dari Abian. Ia masak dan membersihkan rumah seperti yang Abian lakukan. Meski hanya bangun lebih awal, tapi kerjaannya belum selesai saat Abian bangun. Alhasil, Abian tetap turun tangan untuk membersihkan rumah.

Beruntungnya Ayla memiliki suami seperti Abian yang tidak pernah protes soal rasa masakannya. Terbukti pagi ini Ayla masak mie goreng dan telor ceplok. Yang membuat dahi Abian mengerut adalah, mie gorengnya keasinan, dan telor ceplok nya gosong. Meski pun begitu, ia tetap mau memakannya.

Selesai sarapan, Abian bersiap menuju kantor. Ini adalah hari ketiganya bekerja di sana. Ia ingin menjadi karyawan yang dikenal disiplin.

"Ay, lihat celanaku gak?" tanya Abian sedikit teriak dari dalam kamar kepada Ayla yang sedang mencuci piring di dapur.

"Celana yang mana?" tanya Ayla pula.

"Celana jeans, hitam." info Abian.

"Kayaknya masih di keranjang pakaian, deh. Belum di setrika," jawab Ayla.

Abian bergegas memeriksa keranjang cucian di sudut kamar, bersebelahan dengan papan tempat menyetrika. Apa yang ia cari tak kunjung ketemu, ia pun mendatangi Ayla yang masih sibuk mencuci piring.

"Nggak ada, Ay," kata Abian begitu sampai di depan pintu dapur.

Ayla berbalik untuk melihat tampang suaminya.

"Di keran—" Ayla melongo sesaat setelah berbalik dan melihat yang terpampang di depan mata. Ayla mengamati Abian dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Abian yang di perhatikan se-detail itu hanya diam. Baju kemeja, dasi, kaos kaki, bahkan sepatu. Semuanya normal. Yang membuat ganjal di mata boxer nya itu, lho. Masa iya gambar Shinchan?

"Bh—bhahaha.!" Ayla meledakkan tawanya, membuat Abian semakin bingung.

Bayangin aja, seorang Abian Adnan Husein, anak tamatan pesantren Khusnul Khotimah di daerah Kuningan Jawa Barat, yang sekarang sudah menyandang status sebagai suami seorang Ayla Kiandra Bova, masih memakai boxer motif kartun. Ayla pikir, Abian dewasa, tapi nyatanya masih ada jiwa anak-anaknya juga.

"Apaan, sih?" kata Abian bingung.

"Boxer, boxer kamu! Hahaha.!" Ayla masih tertawa.

Abian langsung sadar dong. Begitu tau kalau dia berhadapan dengan Ayla hanya dengan boxer saja, ia langsung mengapit kedua pahanya seperti orang menahan pipis. Malu? Jelas!

"Ayo, aku bantu cari celana mu," kata Ayla sambil mengajak Abian ke kamar.

"Ini apa, Bian?" kata Ayla sambil menunjukkan celana jeans hitam milik Abian.

Pantas saja tidak ketemu, tertindih pakaian dalam Ayla. Jauh di dasar keranjang.

Abian cuma senyum konyol. Ya Allah, senyum konyol itu lagi. Bukan apa-apa, sebenarnya dia takut menyingkirkan pakaian dalam Ayla. Bukan takut, tapi lebih tepatnya gak berani. Mau tau bagaimana reaksi Abian saat melihat pakaian dalam Ayla di tumpukan paling atas? Dia nahan napas dan hampir pingsan. Konyol? Emang.

"Jangan bilang kamu gak berani nyingkirin pakaian dalam aku, makanya kamu bilang gak ada," celetuk Ayla yang memang benar adanya.

"Eum, kok tau?" tanya Abian polos.

Ayla tepok jidat. "Abian, sini deh," Ayla melambaikan tangan, meminta Abian mendekat.

Dengan langkah gemetar karena menahan malu dengan keadaannya yang masih memakai boxer shinchan, Abian mendekat. Terlihat jelas perbedaan tinggi di antara keduanya. Abian itu tinggi, mungkin sekitar 175 sampai 180 cm. Kalau Ayla itu rada pendek, yah kalau di sejajarkan mungkin hanya sebatas bahu Abian saja.

"Kamu gak pemasaran sama isi yang di tutupin pakaian dalam itu?" Pertanyaan skak dari Ayla sukses membuat wajah datar Abian perlahan berubah semu.

Abian nyengir lagi sambil tangannya merayap mengambil celana jeans di tangan Ayla. "Anu ... Aku ... Berangkat dulu ya," kilah Abian dan langsung lari keluar kamar sambil menggeret celana. Sementara Ayla malah tertawa sambil memegangi perut.

"Eh, Bian pakai dulu celananya!" teriak Ayla.

Gedebuk!

Abian terpeleset. Tentu saja di terpeleset, lantai baru saja di pel. Dia sendiri yang pel tadi. Pastinya masih basah dan licin. Suruh siapa lari? Ayla makin tak bisa menahan tawanya, sedangkan Abian cuma meringis menahan malu. Disinilah, harga diri suami jadi turun.

***

Suasana kantor terasa jadi sangat ramai saat jam makan siang. Abian dan beberapa temannya tampak sedang makan siang di salah satu warung makan di depan kantor.

Kantornya memang bukan kantor elit seperti di kota-kota yang ada kantinnya. Kantor percetakan tempat Abian bekerja saat ini hanya memiliki dua lantai dengan satu ruangan manager. Jadi, kalau mau makan siang ya harus pergi ke warteg atau warung makan lainnya.

"Bro, aku dengar kamu udah nikah, ya?" tanya Doni, teman kerja Abian yang berasal dari Bandung.

Abian hampir tersedak mendengar pertanyaan dari temannya itu. Entah dari mana dia tau kabar soal pernikahannya, karena memang Abian masih menjadi karyawan baru dan tentu saja belum pernah cerita soal kehidupan pribadinya kepada siapapun.

"Gosip dari mana?" tanya teman Abian yang lain.

"Gak penting aku tau dari mana, yang penting sekarang jawaban dari Abian, bener gak?" jawab Doni.

Abian berusaha tenang dengan wajahnya yang di buat se-datar mungkin guna menghindari curiga dari teman-temannya. Ketika ponselnya berbunyi dan menampilkan nama Angga—si papa mertua, ia segera berdiri dan menjauh dari teman-temannya untuk menerima panggilan itu.

"Halo, assalamu'alaikum, Pa?"

"Abian, besok pagi kamu siap-siap ya, besok kamu bakal berangkat bulan madu ke lombok selama tiga hari," ucap Angga langsung to the point tanpa basa-basi hingga membuat Abian kaget dan menatap layar ponselnya dengan mata yang membulat sempurna.

"Tapi, Pa. Pekerjaan—"

Belum sempat Abian melanjutkan ucapannya, Angga sudah memotong.

"Kami tenang aja, Papa udah minta cuti sama bos kamu dan dia setuju," jelas Angga.

Abian semakin bingung sekarang. Karena tidak mungkin bosnya mau memberinya cuti, sementara dia masih berstatus karyawan baru. Secara umum, mana mungkin bos mau memberi ijin cuti pada karyawan baru. Itu sangat tidak masuk akal. Bahkan Abian baru masuk selama tiga hari.

Biasanya, bos akan memantau karyawan baru di kantornya. Mulai dari hasil kerja, kedisiplinan, sampai kerapihan. Tapi kenapa bosnya ini memberi ijin? Bahkan tanpa sepengetahuan Abian. Itu sangat membingungkan Abian.

Dan tanpa sepengetahuan Abian, Angga telah memberikan tambahan modal di kantor percetakan tempat Abian bekerja, dengan syarat Abian di beri ijin cuti selama tiga hari. Yang namanya manusia, mana mau menolak uang. Alhasil, bosnya pun mau memberi cuti.

Akhirnya Abian hanya bisa mengatakan setuju atas permintaan Angga walaupun ia merasa ragu dengan keputusan ini apakah baik atau buruk hasilnya. Tapi Abian tidak mau mengecewakan. Terlebih lagi, ia dan Ayla memang tidak memiliki hubungan baik seperti suami istri pada umumnya. Mereka sama-sama menciptakan jarak antara saat sama lain.

"Bismillah, semoga ini keputusan yang terbaik," gumam Abian sambil melangkah menuju meja makannya untuk kembali bergabung dengan temannya.