Dia memang bukan siapa-siapa, hanya seorang manusia dengan seribu kesederhanaan. Tapi aku seperti bertemu dengan seseorang yang kuimpikan selama ini. Dialah sosok yang membuatku tenang ketika mendengar lantunan ayat sucinya di jam dua pagi, membuatku nyaman dalam pelukannya dikala tidur, membuatku merasa aman dalam penjagaannya serta membuatku percaya cinta itu nyata.
Mungkin sebelumnya aku tidak sadar kalau aku mencintainya, tapi lambat laun hatiku luluh. Seperti kata Habib dulu, dia akan berusaha mencari kunci pintu hatiku untuk bisa masuk ke dalamnya. Dan sekarang dia berhasil, bahkan dia sudah menetap di sana.
Dimulut, aku bisa mengatakan bahwa aku masih mencintai Umar. Tapi perasaan cemburu pada Farida sudah tidak ada yang menandakan bahwa aku sudah tak lagi mencintainya. Usaha Habib tak sia-sia, dia membuatku percaya dengan cinta. Tidak hanya itu, bahkan dia juga membuatku merasakannya.
