Adzan maghrib sudah berkumandang sejak tadi, tapi aku masih duduk di ruang tengah rumah bang Fahri. Aku tidak berpikir untuk pulang, karena rencananya aku ingin menginap di rumah bang Fahri malam ini.
Setelah sholat, aku kembali duduk sendirian sambil menatap lurus ke tv yang menyala. Mataku memang melihat tv, tapi pikiranku melang-lang buana ke masalah perceraian yang sebentar lagi menghampiriku dan Habib.
Berkali-kali lelaki itu menelponku, tapi tak kugubris sama sekali.
"Kamu tidak pulang, El? Habib pasti mencemaskanmu dirumah. Kasihan dia kalau harus menyiapkan makan malam sendiri," kata mbak Anisa ikut duduk di sebelahku sambil menggendong Azka di pangkuannya.
"Aku tidak ingin pulang, Mbak. Boleh 'kan jika aku menginap disini?"
"Memangnya kamu sudah dapat ijin dari Habib? Tanya dulu padanya, kalau dia mengijinkan baru kamu boleh menginap," sahut bang Fahri lalu duduk di sebelah mbak Anisa.