"Assalamu'alaikum!" seruku ketika sampai di depan pintu rumah bang Fahri.
Beruntungnya aku karena di Jakarta ini masih bisa hidup berdampingan dengan abang tercinta dan hanya memerlukan waktu dua puluh menit mengendarai taksi untuk sampai kesini. Bunda dan Farida tinggal menetap di Bandung, jadi kami jarang bertemu.
"Assalamu'alaikum," ucapku lagi saat tak kunjung mendengar jawaban dari penghuni rumah.
"Wa'alaikumsalam!"
Akhirnya mbak Anisa keluar dan membukakan pintu untukku. Diajaknya aku masuk dan kami duduk di ruang tengah yang cukup luas. Ada Azka yang sedang bermain bersama mobil mainannya di lantai beralaskan karpet tipis berbulu.
"Bang Fahri kemana, Mbak?" tanyaku.
"Kamu ini, seperti tidak tahu abangmu saja. Dia kan arsitek, tentu saja sekarang sedang mengontrol proyek pembangunannya," jawab mbak Anisa seraya menaruh setoples kue nastar di meja.