Chereads / CINTA YANG BERBEDA / Chapter 20 - BERSATU

Chapter 20 - BERSATU

"Jangan Ruby! Sabarlah menunggu waktu, jangan kamu akhiri hidupku dengan alasan apapun, apalagi hanya untuku"

"Lalu bagaimana? Kamu sayang ga sih sama aku?"

"Iya Ruby aku sayang sama kamu. Tapi mengertilah. Bukan dengan cara seperti ini percalah padaku. Jika sudah tiba waktunya aku akan jemput kamu." katanya lagi.

"Mau sampai kapan? Sampai aku menikahi anak temannya papaku?"

"Percayalah, jika kau bunuh diri, selamanya kita tidak akan pernah bertemu. Karena, Tuhan membenci dan tidak menerima arwah manusia yang sengaja mengakhiri hidupnya."

"Tapi, aku tidak bisa selamanya begini. Mengertilah," ucapku sambil mengusap air mataku.

Lalu tiba-tiba pintu kamarku dibuka dari luar, dan kulihat mama dan papaku sudah berdiri di sana.

Aku terkejut dengan kehadiran mereka berdua, aku yakin mereka membuka pintu karna mendengar percakapanku dengan arwah Rizky.

"Sejak kapan papa dan mama ada di sana.?"

"Ruby. Sampai kapan kau akan seperti ini nak? Relakan dia yang sudah tidak ad."

"Ma, Kami saling mencintai ma. Restuilah kami berdua agar kami bisa bersama. Kenapa mama selalu menentangku?"

"Mama tidak menentang jika saja yang kau cintai itu manusia sayang. Rizky sudah lama tiada Ruby."

"Rizky hidup ma. Lihat! Dia denganku, dia dari tadi ada disini menemaniku, lihat dia sampai sekarang masih tetap di sini apakah kalian tidak melihatnya?"

"Sudahlah Ruby!"

"Sudah sudah sudah! Apanya yang sudah? Rizky masih hidup. asatnya saja yang mati dan di kubur tapi jiwanya masih ada, walau beda alam dia selalu datang menemuiku. Kalian saja yang selalu tidak bisa mengerti kami." Teriaku sambil menangis.

"Apakah kalian tidak ingin aku bahagia? Apakah kalian ingin aku menikah dengan pria lain tapi batinku tertekan?"

"Jika saja Rizky tidak mencintaiku aku tidak akan menunggunya, aku tidak akan pernah menantikan sedetikpun juga karna itu sia-sia, tapi jika dia mengirim surat dan datang padaku apakah penantianku sia-sia pa Ma? Jawab pertanyaan Ruby ma!"

"Tolonglah. Kalaian yang mengerti, Rizky juga sayang sama Ruby, selama ini dia juga menanti dengan sabar, jika dia tidak menantiku, kenapa tidak dari dulu saja arwahnya menemuiku? Tapi tidak kan? Dia menunggu aku lulus, dan tidak pernah memintaku mengakhiri hidup demi bersamanya."

Dengan menangis mamaku menghampiriku dia tak lagi bisa berkata apapun, yang dia bisa hanyalah menangis dan memeluku saja.

Sementara Rizky yang sedari tadi berada di sampingku aku tak tau dia kemana.

Kulihat sepintas di luar ada sekelibat bayangan putih keluar pagar, aku yakin dia Rizky, dia pergi.

Dengan buru-buru aku mengejarnya, kulepaskan pelukan mamaku, kupanggil-panggil namanya.

"Rizky Rizky Kamu mau kemana? Riz jangan pergi Riz!" teriaku sambil keluar yang juga di ikuti oleh kedua orang tuaku.

Kubuka pagar rumah dan aku begitu saja lari menyebrang jalan mengejar Rizky tanpa melihat kondisi jalan yang aku anggap sepi.

Tiba-tiba dari arah depan ada mobil pick up yang memuat barang melaju dengan cepat.

"Aaaaaaa...." teriaku memecah kesunyian malam.

"Ruby Awas!" Teriak Arwah Rizky, papa dan mamaku bersamaan.

Namun dengan kecepatan yang tinggi dan jarak yang sudah dekat, tak mungkin kecelakaan ini dapat dihindari. Pick up itu menabrak tubuhku hingga aku terpental sekitar 5meter dari tempat dimana aku di tabrak.

Sesaat aku tak sadarkan diri, dan ruhku keluar meninggalkan ragaku.

Rizky sudah ada di dekatku, kami menyaksikan jasadku yang sudah tak berdaya, darah bersimbah menganak sungai, kedua orang tuaku menagis sedih meratapi musibah yang telah menimpaku.

Pick up itu berhenti dan berjalan mundur lalu berhenti. langsung sopirnya mengangkat tubuhku untuk dibawa kerumah sakit.

Dengan derai air mata mamaku mengantarkan ragaku yang lemah, doanya tidak pernah terputus meminta agar tuhan menyelamatkanku, dan mengizinkan aku hidup di dunia lagi.

Tapi aku ini sudah tak inginkan ragaku, sukma ini ingin berada di dalam alam ruh saja, karna pasanganku juga sudah berada disini.

"Rizky, sekarang kita sama. Ayo kita menikah!"

"Ruby. Kamu masih ada harapan hidup, lihat lah ! Dengan cepat kau mendapat pertolongan medis. Jangan dulu ya Ruby."

"Dan lihatlah mereka! Semua berdoa untuk dirimu, mereka ingin kamu sembuh dan kembali berada di tengah-tengah mereka"

"Kenapa? Apakah kamu tidak sayang padaku Lagi Riz? Biarkah kita menikah dulu nanti jika andai aku akan hidup lagi, yang penting aku sudah jadi milik kamu."

"Lagian aku tidak yakin bisa hidup lagi Riz, lihat saja kondisi ragaku!"

"Tidak Ruby. Kita jalani saja hidup kita ini dulu. Aku akan menikah jika kedua orangtuamu sudah merelakanmu dan merestui kita"

"Kita tidak tau akan hidup matinnya seseorang, dan kita tidak berhak menentukan pula"

"Baiklah Riz. Ayo kita jalan-jalan saja!"

"Iya Ruby. Alam gaib itu indah, kita bisa berjalan kemanapun kita mau dengan mudah dan cepat seperti angin"

"Ayo Riz aku sudah tidak sabar!"

Rizky menggandeng tanganku dan mengajaku terbang kesana kemari, aku bahagia dengan kehidupanku di alam baruku, jika di dunia aku tidak bebas, di sini aku bebas dan tak ada seorang pun yang menentang kebersamaan kami.

Entah berapa lama aku mengalami koma dalam duniaku, tapi aku merasa kebebasanku berdua dengan Rizky masih begiu singkat.

Tiba-tiba saja tubuku bereaksi, rasanya aneh, aku seperi akan menghilang saja.

"Rizky! Ada apa denganku Riz? Kenapa badanku jadi kaya gini?"

"Itu tandanya jiwa kamu akan kembali pada raga kamu Ruby."

"Tolong aku Riz! Aku tidak mau. Aku mau sama kamu saja. Rizky Aaaa....." teriaku. Tiba-tiba saja sukmaku sepeti tertarik masuk ke dalam ragaku.

Sesaat ragaku bereaksi, jari-jariku mulai bergerak, sakit di sekujur tubuh kurasakan di mana-mana. Jika tadi aku merasa ringan bebas kesana kemari kini tubuku terasa berat dan kepalaku sangat pusing.

Perlahan-lahan kubuka mata ini, terlihat olehku kedua orang tuaku dan kakaku. Bahkan di sana ada Arif dan kedua orang tua Rizky pula.

Mulutku bersuara, entah apa yang aku katakan aku tak ingat aku hanya mengikuti naluriku saja.

Dengan senang semua melihat ke arahku, terutama mamaku dia meneteskan air mata bahagia.

"Ya allah Ruby. Akhirnta kamu sadar juga setelah 2bulan lebih kamu koma."

Akupun kaget selama itukah aku koma?

"Mama. Ruby mau menikah sekarang."

"Iya sayang. Mama dan papa akan menikahkan kamu, katakan kamu mau menikah dengan siapa?"

"Dengan Rizky saja. Tadi aku bersamanya terus. LDia bilang ga akan menikahi Ruby jika Ruby masih belum mendapatkan restu dari mama dan papa." kataku dan di iringi oleh tangisan dari kedua orang tuaku, kakaku Liana dan semua yang ada di dalam ruangan ini.

"Ma, Ruby dah ga kuat, Ruby tidak akan bertahan lama. Restui kami ya ma Pa. Agar kami bahagia, dan kami akan menanti kalian semua di keabadian agar kita kelak bisa berkumpul bersama."

"Iya Ruby Papa ikhlas. Papa restui hubunganmu." kata papaku sambil menangis.

"Mama juga merestui hubungan kalian nak, Bahagialah! Dan Rizky Jika kamu di sini atau dimana saja, tante harap kamu mendengarnya. Bahagiakan puri kami, jangan kecewakan dia sekalipun. Kami titipkan dia padamu Rizky." ucap mamaku sambil terus menangis.

"Selamat jalan Ruby jika memang kamu mau berpulang silahkan. Kami tidak akan memberatkan langkahmu, doa kami semua akan selalu menyapamu dan Rizky dek..." kata kakaku tarbata-bata karna tangisnya.

Aku tersenyum dan pandanganku ku edarkan pada semua yang menjenguku. Lalu ku pejamkan mataku untuk selama-lamanya. Nafaskupun juga mulai terhenti.

Seketika itu dengan mudah jiwa ini keluar dari ragaku, aku langsung di sambut oleh Rizky, dia menggandeng tanganku mengajaku pergi dengan pakaian putih panjang dan lebar.

Aku pergi dengan restu kedua orang tuaku. Dan Rizky menjemputku sebagai pengantinnya.

Akhirnya cinta kami bersatu bersama dalam keabadian, kami tak akan lagi terpisahkan oleh ruang dan waktu. Dengan gaun ini aku akhirnya menikah dengan rizky di alam barzah.

Dan keesokannya aku bersama suamiku kembali untuk melihat jasadku dikebumikan.

Kulihat iringan para pelayat yang memikul jenazahku di dalam kerenda di iringi oleh tahlil melangkah menuju liang lahat.

Disertai oleh para pelayat yang membawakan banyak rangkaian bunga mengikuti di belakangku.

Pemandangan ini bagaikan mengantar seorang pengantin. Namun tidak dengan wajah suka tapi semuanya berwajah duka.

Dengan dikuburnya jasadku, aku telah masuk kedalam alam barzah melaui pintu kematian, dan hanya itulah satu-satunya jalan yang bisa dilewati.

Dengan melewati pintu itu akhirnya aku bisa bersatu juga dengan Rizky setekah merintangi banyak ujian dan halangan.

Dan kematian pula lah pembatas antara alam manusia dan alam barzah.