Setahun sudah kak Rizky mengirim surat padaku, tapi sejauh ini dia tidak menceritakan dia meneruskan kuliah atau tidak, dan apa kegiatannya juga tidak.
Setiap surat yang dia kirimkan hanyalah memotifasiku untuk semngat belajar dan tegar untuk apapun yang aku hadapi.
Seminggu lagi aku akan menjalankan ujian nasional, surat yang dia kirimkan juga masih sama, dia memintaku untuk menerima apapun kejutan di masa mendatang yang di takdirkan untuk hidupku.
Entah apa maksutnya, tapi aku berfikir kalau itu untuk persiapan andai aku tidak lulus tahun ini, aku harus ikhlas. Ya prediksiku sendiri sih...
Ujian nasionalpun sudah kulewati, pengumuman juga sudah keluar. Dan aku lulus dengan nilai paling tinggi di sekolahku.
Tapi bukan itu yang menyenangkan bagiku, iya aku senang... mendapat nilai tertinggi kok, tapi berita paling baik yang ku terima hari ini bukan itu, menurutku sih...
Jadi aku dapat berita dari papaku, kalau beliau akan kembali bertugas di Solo lagi, tinggal di rumah lamaku kembali.
Dan sudah pasti aku akan ikut pindah bersama orang tuaku, aku kuliah di sana dan ketemu kak Rizky, walau selama ini hanya surat kaleng yang dia kirimkan tapi tidak masalah, biar jadi surprise aja ketika dia melihatku kembali ke Solo nanti.
Ini adalah hari Sabtu, seperti biasa aku menunggu surat darinya datang, aku sengaja pulang lebih awal tak mengikuti acara coret-coret dengan yang lain karna itu tak berarti bagiku. Terpenting bagiku ya surat dari kak Rizky saja.
Sesampai dirumah kulihat kakaku Liana duduk di ayunan sebelah rumah. Aku berlari memeluknya dan ku sampakan berita baik ini.
"Kakak....." teriaku "Aku lulus kak... Nilaiku paling tinggi di sekolahan..." Kataku lagi senang.
"hah iyakah? Wah selamat ya Ruby..." ucap kakaku sambil memeluku.
"Mama dimana kak?"
"Mama lagi kerumah temannya, nanti kalau mama dan papa tau kalau kamu lulus dengan nilai tertinggi"
"Iya kak..."
"Pos....pos...." terdengan teriakan khas petugas pos yang mengantarkan suratnya.
"Itu pasti dari pujaan hatimu....!" ujar kakaku.
Dengan sangat antusias aku berlari menghampiri petugas pos itu.
setelah memberi tandatangan sebagai tanda terima dengan kecewa aku kembali ke rumah.
"Loh kenapa murung gitu kamu dek?" tanya kakaku.
"Bukan dari kak Rizky... Ini surat untuk papa..." kataku sambil menaruh begitu saja di atas meja teras.
Lalu aku masuk kedalam, di ikuti oleh kakaku sambil membawa surat itu dan menaruh di meja ruang tamu.
Aku masuk kekamarku, ku rebahkan badanku ke atas kasur sambil ku pegangi leontin kalungku yang berbentuk setengah hati.
Aku terpejam penuh penghayatan dan merasakan kehadirannya begitu dekat.
"Kak Rizky..." teriaku tiba-tiba bangun, namun tidak kujumpai dirinya melainkan kakaku yang ada.
"Dia tidak ada di sini Ruby... Kakak yang dari tadi duduk disini" sahut kakaku.
Sedangkan aku masih memakai gaya linglung bin bingung karna aku merasa dia tadi ada di sini.
Ah mungkin aku terlaku rindu setelah 3 tahun tidak bertemu, tidak bisa membalas suratnya melainkan hanya menerimanya saja setiap minggu.
"Lho dek...? Kalungmu baru?"
"Tidak...."
"Lalu itu....?"
Duh gimana menjelaskannya ya... Kalau aku cerita sebenernya, pasti dia tidak akan percaya. Tapi ya sudahlah.
"Begini kak... Ini kalung milik Bella"
"Bukannya dulu crystal putih leontinnya?"
"Iya... Ketika kita mau ke Bandung aku bermimpi kak Rizky datang ngasih kalung ini dan dia juga pakai dan kalau di satukan akan membentuk hati yang utuh..."
"Dan ketika kamu bangun yernyata kalung itu berubah begitu iya...?"
Dan aku mengangguk.
Aneh memang ya... Tapi mau gimana lagi memang ini kenyataanya.
"Pos....pos..." aku dan kakaku saling pandang dan tersenyum.