"Terus?" tanya Pak Ben lagi.
Amia tersenyum menggeleng kecil. "Sepertinya percuma saya merahasiakan segalanya dari mata Pak Ben."
"Saya tidak memaksa," kata Pak Ben pula. "Tapi, perlu Anda pertimbangkan jika memang ada hal yang—yaah… setidaknya bisa membuat Anda merasakan sedikit kebahagiaan. Hanya itu."
Senyum di wajah Amia semakin lebar. "Tapi sebelumnya, tolong jangan diberitahukan kepada siapa pun hal ini, tidak juga pada Jodi, bisa?"
"Hemm, saya tidak bisa janji."
"Pak Ben…" ujar Amia layaknya pada abang kandung sendiri. "Ayolah, please?"
"Tergantung," kata Pak Ben pula seraya tertawa pelan. "Andai yang akan Anda katakan kepada saya adalah sesuatu yang—setidaknya, bisa merugikan anak keturunan Pak Jonathan, demi Tuhan, Anda tahu pasti apa yang akan saya perbuat."
"Iya, iya, saya tahu," ucap Amia. "Enggak, kok. Enggak sampai kayak gitu juga."
"Well… baiklah," Pak Ben mengangguk-angguk. "Mulut saya akan terkunci rapat jika memang begitu."
"Terima kasih."
"Jadi?"
"Hemm…"