Dan adegan yang sedikit itu mampu menghadirkan tawa di mulut setiap orang yang ada di dalam warung tersebut.
Bang Tohap menyengir, "Yang maafkan sajalah aku ini, Abah. Tidak sengajanya aku." Dan kembali tatapannya tertuju pada Rezqi. "Kami semua tahu kau butuh kerjaan tetap, tapi yaa jangan pulak lah kau itu mengkhayal ketinggian, baah!"
"Laah," Rezqi juga sama tidak percaya sebenarnya. Tapi semua memang kenyataan, mau bagaimana lagi, pikirnya. "Siapa yang mengkhayal, Bang?"
"Kau itulah!" tukas Bang Tohap. "Kau mengkhayal tidak kira-kira, Cok! Mana lah pulak mungkin direktur utama pulak yang telpon kau langsung, kayak yang tidak ada saja anak buahnya?"
"Yee…" Wajah Rezqi mengernyit aneh sebab menahan tawa bersamaan. "Emang gitu, kok!"
"Terserah kau sajalah!" kata Bang Tohap lagi.
"Kalopun iye," ujar Abah Malih. "Ape salahnye? Doakan aje die ade rezekinye di perusahaan entu."
"Iya, iya," sahut Bang Tohap. "Kan sudah aku bilang kek gitu tadi, Bah."