Letih berjalan membawa diri dan pikiran. Mengembara mencari celah untuk keluar dari keputus asaan. Di kepala tersusun rapi berbagai rencana, tapi belum ada yang kiranya pas dan terlaksana. Hingga mata menatap langsung pada gadis cupu yang masuk ke dalam sebuah mobil putih keluaran terbaru. Hati ini pun semakin berbisik tak menentu.
Gue harus cepat bergerak sebelum terlambat. Sebuah ide cemerlang terlintas dan sepertinya yang satu ini adalah terbaik.
Berjongkok di samping motornya, Arif pun menekan pentil pada ban kuda besi tersebut hingga keluarlah angin secara perlahan dari sana.
"Yah Ver. Bannya bocor," adu Arif.
"Hah! Kok bisa?!" heran Vera.
"Nggak tahu nih. Mana anak-anak sudah pulang duluan tadi. Gimana dong kita?" Mengedarkan pandangan, Arif melangkah ke tengah jalan saat mobil putih milik Pak Galang hampir mendekat.
"Pak!" teriaknya mencegah kereta beroda empat tersebut.
Pak Galang menginjak rem, membuka kaca mobil ia pun menukikkan alis. "Ada apa Rif?" selidiknya.