Chereads / POWER HOLDER'S / Chapter 24 - KAMAR CALON BAYI

Chapter 24 - KAMAR CALON BAYI

Rupanya benar kata Jack, dekorasi kamar untuk calon anak mereka selesai tepat waktu. Para tukang sudah keluar satu persatu setelah menyelesaikan pekerjaan nya.

Bau cat masih tercium begitu Karina melewati kamar calon anaknya itu. Namun ia langsung memasuki kamarnya untuk membersihkan diri sembari menunggu Jack untuk melihat bersama.

Jack pulang sedikit terlambat karena banyak sekali pekerjaan. Ia langsung menanyakan keberadaan istrinya itu begitu tiba.

Nyonya Emily menjawab bahwa Nona mudanya itu berada di kamar. Jack langsung menuju tempat yang disebutkan Emily.

"Sayang! maaf pulang telat ada pekerjaan dadakan."

Karina membalas Jack dengan senyuman, "Tidak apa-apa, lagipula aku tidak menitipkan apapun."

"Bagaimana hasilnya kamar anak kita?"

"Aku belum melihatnya!" jawab Karina.

"Benarkah? ayo kita liat sekarang!" Jack begitu antusias mengajak istrinya ke kamar sang anak.

Karina dan Jack membuka pintu kamar itu bersamaan, Karina tak menyangka dekorasi nya sangat indah dan rapih. Kamar calon putrinya lebih besar di banding kamarnya di kampung, bahkan bisa satu ukuran rumahnya.

Sebuah televisi besar yang menempel di dinding, dan sebuah gambar Barbie di atas kasur membuat kamar itu sangat terlihat indah.

Lemari berwarna putih, ranjang berwarna pink muda senada dengan seprai nya, ditambah Playground yang lengkap di sudut kamar membuat Karina takjub.

"Bagaimana apa kamu suka?" tanya Jack.

"Tentu saja sayangku, apakah kasur ini tidak terlalu besar untuk kamar bayi kita?"

"Tentu saja tidak, kita bisa menginap disini sampai usianya dua tahun jadi aku rasa muat dan bagus!"

Karina tersenyum mendengar penuturan Jack.

"Sayangku, lemari nya belum di isi?"

"Sepertinya besok akan datang perlengkapan bayi, aku sudah memesan nya agar kamu bisa memilih langsung di rumah, aku takut kamu kelelahan jika berjalan di mall!"

"Di panggil ke rumah?" Karina tamak terkejut, sekaligus dia hampir lupa bahwa suaminya adalah presiden direktur perusahaan raksasa.

Sikap lembut Karina dan gaya nya tetap tidak terbiasa jika harus mengimbangi gaya hidup Jack.

"Sayangku, aku lapar sekarang." Jack mengusap lembut perutnya, ia menahan lapar karena memikirkan pekerjaan nya tadi.

"Jadi apa yang ingin kamu makan?"

"Bisakah kamu buatkan aku buncis dan telur kecap yang kamu masak di rumahmu?"

Karina tersenyum. "Tentu saja sayangku."

Jack pun memegang tangan Karina dan segera turun ke lantai bawah karena panggilan alamnya tidak bisa ia tunda-tunda lagi.

Karina mulai memasak menu spesial pesanan suaminya itu. Menu yang tidak pernah di lihat di rumah itu, bahkan oleh Chef nya. Wangi masakan memenuhi ruangan itu.

Jack bersantai di meja makan menunggu makanan nya siap, sementara dari sudut lain Sarah tamak memperhatikan Jack.

Karina kembali ke meja makan dan segera menyediakan piring dan nasi untuk sang suami, setelah minum satu teguk air Jack langsung menyantap masakan sang istri.

Suapan demi suapan masuk ke dalam mulut Jack dengan baik, lagi dan lagi membuat Karina sangat senang melihatnya.

"Kamu tahu, ini adalah masakan Ter enak dari semua masakan yang pernah aku cicipi!" gumam Jack, karena ia berbicara sembari mengunyah.

Dengan cekatan Karina membersihkan sisa nasi di sudut bibir Jack. "Sayangku, telan dulu baru bicara!"

"Ah, aku tidak kuasa mengucapkan ini karena sangat nikmat Chef Karina!"

"Itu bukan enak, tapi memang sesuatu yang baru kamu cicipi karena sebelumnya kamu tidak pernah makan, atau sebenarnya karena kamu sedang lapar saja!"

Jack memutar matanya, istrinya itu memang tidak suka di puji dan selalu merendah.

Karina dan Jack kemudian kembali ke kamar mereka. Dengan romantis Jack mempersilahkan istrinya untuk tidur di lengannya, sembari menatap ke langit-langit tangan Jack tak berhenti mengelus kepala Karina. "Sayang aku tidak sabar ingin segera memeluk dan mencium anak kita!" lirih Jack.

"Aku juga, nanti ketika kita tidur akan ada sekat di tengahnya!"

"Kata siapa, aku akan tidur di samping mu," gumam Jack.

"Sayang, besok aku ingin belanja baju anak kita langsung ke toko nya, tak perlu mereka yang datang kesini!"

"Mengapa? apa kamu tak suka usul ku?"

"Tidak, tapi bukan hanya aku yang hamil disini! Bukan hanya kita juga yang memerlukan peralatan bayi, jika kamu menutup toko hanya demi aku itu akan berdampak lain untuk usaha mereka ke depannya."

"Apakah kamu ingin pergi ke mall besok?"

"Iya!" jawab Karina antusias.

"Baiklah, apa kita perlu membawa pegawai?"

"Tidak perlu, aku ingin kita sebagai orangtua membeli baju anak kita dengan memilih nya langsung sendiri!"

"Baiklah kalau begitu, aku akan menuruti perintah istriku!"

Jack mencium kening Karina, yang memejamkan matanya karena mungkin sudah kelelahan.

Saat malam tiba, Sarah terus bolak balik di depan pintu kamarnya. Sudah beberapa malam dia terus memimpikan Dave, lelaki yang di cintai nya itu seperti meminta tolong untuk menjauhkan Karina dari Jack.

Sarah sampai tak berkesempatan untuk tidur nyenyak.

Ia kemudian pergi ke luar untuk mencari udara segar. Han juga sedang ada di sana.

"Han, kenapa tidak tidur?" tanya Sarah menyadari hari sudah malam.

"Ini baru jam 10!" jawab Han.

Sarah mengangguk. "Kamu sendiri mengapa tidak tidur?" tanya Han balik.

"Aku tidak bisa tidur, pikiranku terus terganggu."

Han tidak ingin bertanya lebih jauh, ia tahu betul mengapa Sarah tak bisa tidur.

"Apa kamu ingin tidur sekarang?" tanya Sarah.

"Tidak, aku juga belum masuk kerja besok."

"Ah benar!" Sarah teringat bahwa Jack menyuruh Han istirahat karena sudah bekerja keras selama Jack ada di desa Karina.

"Sarah, apakah kamu ingat ketika Dave datang ke rumah ini?" tanya Han.

Bayangan Sarah pergi jauh ke waktu itu, saat Dave datang untuk memberikan anggur yang baru saja matang untuk di cicipi Jack, kemudian laki-laki itu nyasar di dalam rumah itu karena terlalu besar.

Sarah tiba-tiba tertawa seketika, ia mengingat hal lucu itu. Han melihat Sarah tertawa untuk pertama kalinya di rumah itu, tertawa ketika membahas seorang lelaki yang sudah tewas di rumah itu juga.

"Aku tidak bisa melupakannya Han, sungguh tidak bisa."

Suara mereka tidak terdengar seketika, setelah Sarah mengucapkan itu. Mereka terdiam, kemudian suara tangis mulai terdengar, dan air mata Sarah mulai mengalir.

"Sarah, jangan ingat itu lagi! Dave sudah bahagia di sana."

"Apakah dia akan bahagia jika tahu adiknya tinggal dengan lelaki yang membunuh nya? bagaimana bisa aku melakukan ini!"

Ucapan Sarah juga langsung membuat Han terdiam.

Mereka berada dalam fase serba salah untuk mengambil keputusan, apalagi ketika Karina sedang hamil besar seperti ini. Mereka tidak ingin melihat gadis lugu itu menangis karena kebohongan yang selama ini mereka sembunyikan.