Satu tahun berlalu, semua orang sangat senang begitu merayakan ulang tahun pertama Sezna, Ayah Sarah memberikan hadiah sebuah jaket tebal untuk anak Karina yang sudah ia anggap seperti cucu sendiri itu.
Pada musim panen anggur, Ayah Sarah mengajak semua keluarga untuk pergi ke kota menyetor semua hasil pertanian mereka.
Karina juga meminta maaf karena terus merepotkan mereka, namun pak Kanye dan istrinya merasa sangat senang dengan keberadaan mereka, rumah terasa lebih ramai dan hangat apalagi dengan kehadiran Sezna.
Karina sebenarnya khawatir jika akan bertemu Jack di kota, namun ia juga tak ingin pak Kanye mengkhawatirkan nya jika tak ikut ke kota.
Mereka semua bersiap, musim dingin hampir tiba dan Sezna memakai jaket pemberian pak Kanyelam mobil Sezna tidak menangis sedikit pun, anak perempuan berusia satu tahun itu sangat anteng bersama ibunya dan sesekali pindah ke pelukan Sarah.
Sepanjang perjalanan pak Kanye mengajak Sezna untuk bermain sehingga membuat bayi kecil itu tertawa, sampai ia tidur dan kembali bangun.
Perjalanan jauh membuat semua orang kelelahan, pak Kanye menyewa sebuah hotel di pinggiran kota dan menyuruh keluarga nya istirahat sementara dia pergi menyetor hasil panen nya untuk di jual.
Salju belum terlalu lebat, namun cuaca dingin sudah menyelinap.
Karina izin pergi untuk membeli keperluan Sezna mumpung ia sedang di kota, ia pun menitipkan putrinya pada Bu Kanye.
Bu Kanye yang selalu senang ketika menginjak kan kakinya ke kota, ia pergi ke sebuah kedai kopi untuk mencicipi kopi asli di kota itu.
Tiba-tiba Sezna menangis, padahal sebelumnya ia baik-baik saja. Lelaki yang ada di samping Bu Kanye kemudian menegur nya. "Bu, berapa usia bayi ini?" tanya nya dengan suara berat yang nyaman di telinga.
"Satu tahun!" jawab Bu Kanye.
"Putri saya juga berusia satu tahun, anak manis!" ucapnya, sembari mengelus kepala Sezna, tiba-tiba anak itu terdiam begitu tangan lelaki itu menyentuhnya.
Bibir Sezna tampak terlihat sangat manis, matanya menatap lelaki itu dengan lekat seperti mengenal satu sama lain.
"Ini ambillah, sebenarnya ini untuk putriku, tapi aku tidak bisa memberikannya." lelaki itu memberikan sebuah paper bag, Bu Kanye merasa tidak enak jika menolak karena lelaki itu tampak bersedih, ia hanya menerima begitu saja.
"Apakah ini tidak apa-apa?" tanya Bu Kanye.
"Tentu saja, siapa nama bayi ini?"
"Sezna!" jawab Bu Kanye.
"Tuan Jack, ini pesanan nya!" suara pelayan mengagetkan lelaki itu.
Mendengar nama itu, Bu Kanye langsung memeluk Sezna dengan lekat. Ia kemudian pamit pulang lebih dulu bahkan sebelum kopinya ia minum.
Bu Kanye pergi terburu-buru. "Bu, kopinya, belum di bayar!" teriak pramusaji.
"Biar saya saja yang bayar! mungkin ibu itu terburu-buru karena bayinya." ucap Jack.
Sang pramusaji itu mengangguk, dan tidak mempermasalahkan itu lagi.
Bu Kanye masuk ke hotel yang suaminya pesan dan segera menidurkan Sezna. Dalam waktu bersamaan, Karina dan Sarah datang.
"Ma, apa ini?" tunjuk Sarah pada sebuah paper bag lucu di atas kasur.
Bu Kanye tampak kaget, ia bahkan tidak sadar membawa pemberian lelaki itu. "Seseorang memberikan nya tadi untuk Sezna, dia bilang anak ini lucu dan ingin memberikan itu padanya."
"Ma seharusnya mama tidak menerima hadiah dari sembarangan orang!" Sarah tampak marah.
"Tidak apa-apa Sarah, mungkin Mama juga bingung karena tidak enak jika menolak, lagipula kita kan tidak meminta." sela Karina.
Sarah memilih menghiraukan ucapan Karina, ia malah membuka paper bag yang ternyata berisi sebuah jaket bulu yang terlihat mewah. "Karina, bukankah ini merek mahal? satu jaket ini bisa membeli sebuah sepeda motor dengan harga cash!" ucap Sarah, kaget melihat bandrol yang tercetak di sana.
"Benarkah? mungkin orang yang memberikan nya sangat kaya!" jawab Karina polos.
Di sisi lain Bu Kanye terus terpikir sesuatu ia takut Jack mengenali putrinya itu.
Pak Kanye pulang ke hotel setelah bertransaksi, ia bilang transaksi nya lancar.
Kemudian ia langsung membersihkan diri dan bermain bersama Sezna.
Mereka berencana pulang besok pagi ke kampung, karena malam ini terlalu lelah untuk mereka apalagi Sezna.
Karina murung di sudut hotel. "Karin, kamu kenapa?" tanya Sarah.
"Keluarga mu sangat baik, aku merindukan Ayahku juga Sar!"
"Aku mengerti, temuilah ayahmu jika kamu merindukan nya sekarang!"
"Apa yang akan aku katakan padanya, aku sungguh tidak bisa jika hanya memberikan kesedihan padanya! Bagaimana menjelaskan tentang Dave pada Ayah?"
"Itu bukan salahmu, kamu juga tidak tahu Jack melakukan itu pada Dave, tapi percayalah seorang Ayah akan selalu merindukan anak perempuan nya."
Karina mennagis dan mengusap air matanya beberapa kali.
"Terimakasih sudah merawat dan menjaga aku maupun Sezna selama ini Sar!"
"Tentu saja, jangan anggap kami orang lain, kami keluargamu Karina." Karina mengangguk memahami ketulusan Sarah.
Karina berpikir berulang kali untuk pulang, namun ia belum siap menghadapi Ayahnya kelak.
Namun kedua orang tua Sarah juga tidak mengatur kehidupan Karina, mereka membebaskan anak perempuan itu.
Hari berganti, saatnya mereka pulang kembali ke kampung halamannya.
Karena semalam Sezna mengompol dan membasahi jaketnya, akhirnya semua orang sepakat, untuk memakai jaket pemberian dari lelaki yang di temui Bu Kanye.
Jaket dengan bulu tebal itu sangat cantik di tubuh bayi itu, sangat cantik dan lucu. Karina terus memuji lucunya gadis kecil yang terus membuat nya jatuh cinta itu.
Hari ini suasana kota tempat mereka menginap sangat ramai karena ada acara festival anggur tahunan. Karina mengangkat tinggi-tinggi Sezna agar tidak tertabrak orang-orang.
Jack rupanya menginap di hotel paling tinggi di pusat kota agar bisa menikmati pemandangan pameran anggur besar itu, guna melihat kualitas anggur yang bagus. Kemudian, ia melihat seorang bayi yang di angkat tinggi sehingga mencuri perhatiannya, ia melihat jaket yang di kenakan bayi itu, jaket yang ia berikan kemarin pada seseorang.
Jack tersenyum melihat bayi itu memakai nya. Begitu bayi itu akan memasuki mobil, tatapan Jack tidak terlepas dari sana, dan ia melihat wanita yang menggendong bayi itu, wajah yang sudah lama ia rindukan, Karina, itu benar Karina, ia mengira hanya halusinasi tetapi itu memang Karina, istri yang ia rindukan.
Jack langsung berlari mencari keberadaan bayi yang di lihatnya begitu pun Karina, namun ia kehilangan keberadaan mereka.
Jack meremas kepalanya karena kalap tak bisa menemukan orang yang selama ini ia cari, jalanan semakin sesak karena banyaknya orang yang datang ke festival itu.
Jack tampak sangat frustasi, se berusaha apapun dia menemukan Karina, ia tidak bisa melihatnya lagi di antara banyak kerumunan manusia.