Sepulangnya dari kota, Bu Kanye terus terdiam. Bahkan wanita paruh baya itu seperti menatap kosong.
"Ma, ada apa?" tanya Sarah, namun ibunya itu hanya menggeleng pelan.
Karina yang menatap Bu Kanye terlihat tidak seperti biasanya, ia memberanikan diri bertanya. "Ada apa Ma?" tanya Karina, ia melihat Bu Kanye beberapa kali ingin berbicara dengannya namun tidak jadi.
"Nak, Mama ingin bicara!"
"Katakan Ma, ada apa?"
"Sebenarnya lelaki yang memberikan jaket itu bernama Jack, sebelum nya mama tidak menyadari itu adalah anak bayi itu, namun begitu mendengar namanya, dan Sezna bereaksi tidak seperti biasanya, membuat Mama tahu itu adalah Ayah anak ini!"
Mendengar penuturan Bu Kanye, dada Karina terasa sangat sesak. "Ma, apakah mama bertemu Jack? AA dia mengenali Sezna?"
Bu Kanye menggeleng. "Mama langsung pergi begitu menyadari itu, Sezna menangis saat itu! Begitu Jack menyentuh nya, Sezna langsung tenang."
Lagi-lagi hati Karina nyeri. Sarah mendengar ucapan ibunya dan langsung menghampirinya.
"Kenapa Mama gak ngomong ke kita, gimana kalau sampai Jack sadar itu anaknya?"
"Mama jamin dia tidak tahu itu putrinya!"
"Sudah Sar, tidak apa-apa! lagi pula kita sudah di rumah sekarang." Karina berusaha menenangkan diri.
"Kita harus lebih berhati-hati mulai sekarang, jangan pergi ke kota lagi!" Sarah menegaskan pada Karina, ia juga tak ingin lagi berurusan dengan Jack.
Semenjak Bu Kanye mengatakan kejujuran itu, beberapa kali Sarah memergoki Karina menyentuh lembut jaket milih Sezna! Tampaknya bagaimana pun Karina merindukan Ayah anak itu.
Karina akhirnya berbicara pada keluarga Sarah, ia ingin mengunjungi Ayahnya. Awalnya Sarah takut bahwa Jack menyuruh penjaga di sana untuk mengabarkan keberadaan Karina jika saja ulang ke rumah Ayahnya, namun bagaimanapun itu hak Karina! Ditambah Ayah nya sudah tua dan sendirian membuat Karina terus berpikir beberapa kali.
Esok hari tiba, Karina membereskan bajunya! Sezna duduk di pangkuan pak Kanye dan sesekali pindah ke pangkuan Bu Kanye, Sarah terus menghibur diri walau tangisan nya terus menyeruak keluar dan membasahi pipinya.
"Sarah, aku akan mengunjungi kalian pasti!" Karina menenangkan.
"Aku rasanya tidak bisa berpisah dari Sezna!"
Begitu Sarah mengatakan itu, pak Kanye tampak gusar dan tak bisa menahan air matanya juga!
"Sezna mau pulang? Sezna mau pergi dari rumah Kakek iya?" pak Kanye mengatakan kata-kata yang berat di cerna oleh Karina.
"Ayah, Ma! Karina akan sering main kesini, sebenarnya Karina sungguh sangat nyaman disini, namun pikiran Karina sangat berat ketika terbayang kan Ayah!"
Karina juga menangis karena ia sudah sangat menyayangi keluarga Sarah yang sudah menganggap nya anak sendiri.
"Nak, datanglah kesini sering-sering! Mama akan menunggumu." Bu Kanye membuka suara seraya memeluk Karina.
Mereka tidak pernah berpisah walau sehari, kini keluarga Sarah mengantar kan Karina ke stasiun kereta! Akan lebih aman untuk Sezna dari angin malam agar mereka bisa tiba pagi hari di kampung halamannya.
Karina tak berhenti menangis di dalam kereta, ia terus memikirkan kebaikan keluarga Sarah yang sudah merawat nya sedari melahirkan.
"Sezna mau pulang, ke rumah kakek Selorin!" Karina menghibur diri dengan membawa Sezna bicara.
Bayi kecil itu tampak nyaman di pelukan ibunya, untunglah ia tak merengek sedikitpun.
Perjalanan panjang Karina akhirnya tiba di penghujung. Ia meraih tas berisi pakaiannya dan Sezna, kemudian melangkahkan kaki di stasiun di area kampung halamannya itu.
Udara di sana memang sangat berbeda, Karina selalu menghirup dan mengeluarkan nya dengan perasaan beberapa kali.
"Sayang, kita akan tiba di rumah Kakek Selorin!" Karina menyentuh kepala sang anak yang tidur terlelap.
Karina menaiki sebuah taksi untuk sampai di rumahnya, begitu mobil berwarna kuning itu berhenti! Lelaki paruh baya menengok ke arahnya, ia sedang duduk sembari menyentuh lututnya.
Karina keluar dari taksi setelah membayar argo. "Ayah!" panggilnya.
Pak Selorin terasa sedang bermimpi, ia langsung berlari ke arah Karina dan memeluknya. "Putriku!"
Tangisan dari kedua anak itu tampak sangat haru, Karina tak kuasa menahan kesedihannya karena melihat Ayahnya lusuh, tak seperti biasanya.
"Ayo masuk Nak!" Pak Selorin mengangkat barang bawaan Karina.
Mereka duduk, di ruang tamu.
"Ayah, maafkan Karina karena meninggalkan Ayah begitu lama!"
"Nak, Ayah selalu menunggu kepulangan mu, walau sesekali Jack datang kemari Ayah' tidak pernah membuka kan pintu untuknya!''
"Ayah, Karina butuh waktu, dan Karina malu pada Ayah."
"Itu bukan salahmu, manusia itu menipu gadis lugu seperti mu."
"Ayah, aku akan disini mulai sekarang untuk merawat mu! Aku juga ingin membesarkan Sezna disini."
"Sezna?" tatapan pak Selorin langsung pada bayi yang di pangkuan Karina.
"Namanya Sezna, aku membawanya pergi begitu melahirkan!" Karina menceritakan bagaimana ia pergi dan hidup setelah melahirkan, ia juga menceritakan semua kebaikan keluarga Kanye padanya.
"Untunglah Nak, ada yang menyayangi kamu dimana pun kamu berada."
Pak Selorin mengelus pipi cucunya yang sedang tertidur pulas. "Cepat baringkan dia di kamar, kasian seperti nya dia kelelahan."
Karina mengangguk paham dan membawa Sezna ke kamarnya.
"Mukai sekarang kita akan tinggal disini, bersama kakek Selorin!" lirih Karina di telinga sang putri.
Hari berlanjut, Karina sangat senang melihat kebersamaan Pak Selorin dan anaknya. Kini Sezna sudah mulai merangkak dan belajar berjalan.
Ia juga sudah memakan makanan cukup berat, karena anak pertama Karina takut ketika memberikan putrinya itu makanan lembut seperti bubur Tim.
Pak Selorin tidak pernah jauh dari anak dan cucunya, ia selalu berjaga-jaga takut saja Jack datang.
Pada suatu hari Karina izin pada Ayahnya untuk membeli keperluan ke pasar, keluarga Sarah menelpon mereka akan datang berkunjung karena merindukan Karina dan Sezna.
Pak Selorin mengizinkan Karina dan ia menjaga melihat Sezna baru saja di tidurkan oleh Karina.
Pintu kamar sengaja ia buka agar terdengar jika saja cucunya itu bangun dan menangis.
Suara mobil berhenti di depan rumah, pak Selorin beranjak dari kursi untuk melihat siapa yang datang.
Ia sangat terkejut itu adalah Jack, pak Selorin berjalan ke depan rumah dan melarang Jack menginjakkan kakinya di rumahnya. "Pergi, jangan pernah datang kesini lagi!"
"Ayah, bagaimana kabarmu?"
"Bagaimana bisa kamu mengatakan Ayah, pada seorang Ayah yang anaknya kamu bunuh?"
Jack benar-benar sudah hapal, pak Selorin akan mengatakan itu untuk membuat nya sadar diri.
Suara teriakan pak Selorin membuat Sezna terbangun, bayi itu merangkak keluar! Karena tempat tidur nya di lantai, Sezna bisa dengan mudah turun dari sana.
Bayi itu merangkak ke ambang pintu rumahnya, melihat dua laki-laki sedang berdebat membuat bayi yang sedang merangkak itu menatap nya heran dan tidak tau apa-apa.
"Appa-appa!" suara Sezna terdengar oleh telinga pak Selorin dan juga Jack, membuat kedua pria itu menatap ke arah bayi yang sedang duduk di ambang pintu menatap mereka juga.