Waktu melahirkan Karina sudah dekat, ia semakin tidak bisa tidur dan semacamnya. Sarah entah angin dari mana ia menghampiri Karina yang sedang meminum teh nya di pinggir pacuan kuda. Hari itu Jack berangkat lebih pagi jadi tidak sempat pamit pada Karina saat ia bangun, karena sang istri tampak kelelahan.
"Karin?" panggil Sarah.
"Hei, ayo duduk disini!" ucap Karina.
Sarah pun duduk di sana. Menatap Karina dengan tatapan sayu karena ia masih bingung mau mengatakan apa.
"Ada apa kak?" Karina akhirnya membuka suara karena tampaknya Sarah terlihat aneh.
"Aku ingin membicarakan ini denganmu, sudah lama tapi aku merasa serba salah."
"Apa itu?" Karina memasang wajah serius.
"Ini tentang Jack, dan Dave!"
Mendengar penuturan Sarah, Karina langsung menatap wajah Sarah dan mendengarkan satu demi satu suara yang keluar dari mulutnya.
"Dave sering datang kesini ketika mengantar anggur, kemudian aku jatuh hati padanya lebih dulu. Seharusnya aku sadar itu berbahaya untukku maupun Dave, jika di pikir aku masih status kekasih Jack."
Wajah Karina langsung berubah. "Kemudian?" tanya Karina penasaran kelanjutan nya.
"Jack mengetahui hal itu, aku seharusnya bisa mencegah hal itu terjadi! Namun aku telat menyadari bahwa ancaman Jack ternyata nyata."
Perasaan Karina semakin bergemuruh. "Apa yang terjadi selanjutnya?"
"Jack menarik pelatuk nya dan menembak Dave di kayu itu!" Sarah menunjuk sebuah kayu yang berdiri tegak, mata Karina menatap ke arah sana juga.
"Jack menembak kakak ku?" Karina kaget tak percaya.
"Dia meninggal di pelukan ku, aku tidak pernah bisa melupakan hal itu Karina!"
Seketika otak Karina tak menerima ucapan Sarah, ia berpikir gadis itu hanya cemburu akan kebahagiaan dia dan Jack sekarang. "Hentikan Sarah, jangan seperti ini. Aku dan Jack akan memiliki putri, jangan ganggu hubungan kami lagi."
Sarah hampir kaget melihat reaksi Karina.
"Karina, apakah kamu berpikir aku berbohong?"
"Apa menurutmu orang se berkuasa Jack tidak bisa menemukan Kakak mu dengan cepat, apa kamu tahu Han juga adalah teman Kakak mu sehingga dia tidak bisa bahkan hanya untuk menatap mu dalam waktu lama? aku juga begitu Karina, aku tidak bisa menghadapi mu begitu tahu kamu adalah adik Dave!"
Bayangan Karina kembali bergejolak, ia menemukan kalung Dave di kamar Jack, namun Jack mengatakan ia tidak tahu apapun dan bahkan tidak membahas nya. Sampai sekarang Jack juga tidak mengatakan kemajuan tentang keberadaan Kakak nya.
"Sarah, aku butuh waktu sendirian! Maafkan aku." jawab Karına, kemudian ia masuk kedalam rumah dan segera mengunci pintu kamarnya, ucapan-ucapan Sarah banyak benar nya, namun hatinya berusaha tidak membenarkan itu.
Karina kemudian berlarian, sembari memegang perutnya! Ia mencari keberadaan nyonya Emily dan Han, begitu ia menemukan mereka nafas Karina sudah tersengal-sengal.
"Nyonya, Han! Ada yang ingin aku tanyakan sekarang."
"Apa itu Nona?" tanya nyonya Emily, perasaan nya sudah tidak enak karena reaksi Karina tidak seperti biasanya.
Untunglah hanya ada mereka di sana. "Nyonya, Han. Apa kalian benar satu desa denganku?" tanya Karina.
Keduanya saling menatap begitu saja. "Mengapa anda bertanya?"
"Apakah kalian juga mengenal Dave Selorin , Kakak ku?" tanya Karina lagi.
Han kini mematung begitu pun nyonya Emily begitu mendengar pertanyaan Karina.
"Kalian mengenalnya bukan? tolong jawab aku?" suara Karina sedikit meninggi.
Nyonya Emily baru kali pertama melihat Karina seperti itu. "Nona tolong tenang, ada apa ini?"
"Apakah benar Jack menembak Kakak ku?" tanya Karina lagi, kini air matanya keluar sangat deras.
Nyonya Emily dan Han terdiam, Karina menyentuh perutnya sekarang. "Apakah ini benar, mengapa kalian merahasiakan nya selama ini dari ku?"
Nyonya Emily ikut menangis sekarang. "Maafkan saya Nona, saya bingung harus mengatakan apa. Maaf kan saya." Emily larut dalam penyesalan nya.
"Bagaimana bisa aku menikah dengan seorang penjahat yang membunuh Kakak ku, aku tidak bisa seperti ini Nyonya!" Karina berteriak sejadinya, ia melempar semua barang yang ada di rumah itu.
Di kantor Jack menumpahkan secangkir kopi ke celananya. "Ah apa ini, mungkin aku harus pulang dan bertemu istriku." pikir Jack, ia segera pulang untuk berganti pakaian padahal ini masih di jam siang, bahkan belum sampai waktu istirahat.
Setengah jam sudah, Karina terkapar di ruang tamu terduduk di lantai dan enggan pindah dari sana. Jack baru saja tiba dan langsung mendapati istrinya yang sedang menangis, ia berlari dan langsung berlutut di samping Karina. "Sayang ada apa ini? kenapa?" Jack histeris.
Karina menatap mata Jack dengan seksama. "Apakah ini balasan mu, atau salah satu caramu menyakiti keluarga ku? apa salahku?" lirih Karina, suaranya berat namun pasti, penuh kemarahan di dalamnya.
"Ada apa sayang, kenapa?"
"Kembalikan Kakak ku pembunuh!" teriak Karina sekuat tenaga.
Jack kaget bukan kepalang, Karina tahu rahasia itu! Dia langsung terdiam, dunia nya terasa terbalik saat itu juga. "Sayang, aku bisa jelaskan ini." Jack terbata-bata karena melihat air mata Karina terus mengalir.
"Jelaskan, ini perlu kamu jelaskan? mengapa sekarang, mengapa?" Karina tidak tahan lagi mendengar ucapan demi ucapan dari mulut Jack.
"Ku mohon maafkan aku, aku mohon sayangku!"
Ucapan Jack tidak ada yang di dengar Karina sedikit pun, gadis itu memandang kosong ke arah lain. Ia menghapus air matanya dan berjalan ke kamarnya kemudian mengunci pintu, Jack mendengar sedikit teriakan Karina dari sela-sela pintu, menandakan istrinya itu mengamuk sangat keras karena ruangan itu kedap suara.
Hati Jack lebih sakit dari apapun, ia kini kehilangan akal ingin berbicara dengan istrinya. Di sisi lain ia takut terjadi apa-apa pada Karina dan bayinya, berhari-hari Karina tidak keluar dari kamar, ia bahkan tidak membukakan pintu bagi siapapun, bahkan nyonya Emily.
Karina merasa di Bohongi oleh semua orang di rumah megah itu, ia merasa tidak memiliki siapapun yang bisa di percaya, bagaimana sekarang cara menjelaskan nya pada pak Selorin, bahwa putranya yang ia tunggu selama 4 tahun ternyata tidak akan pulang selamanya, hati Karina berkecamuk dan nyeri secara bersamaan.
Jack tidak berangkat ke kantor, ia bahkan tidak terurus sama sekali. Ia juga tidur di depan kamar Karina hanya untuk memastikan istrinya itu baik-baik saja.
Han, nyonya Emily dan Sarah khawatir akan kondisi keduanya. Baik Jack maupun Karina, mereka tidak makan sama sekali.
Suasana rumah menjadi sunyi, tidak ada tertawa maupun suara, semua pegawai merasa bersalah pada Nyonya muda mereka.
Karina merasakan nyeri beberapa kali dan lebih sering ketika ia merubah posisi duduknya maupun ketika tidur. Rasa nyeri itu semakin sering datang begitu ia terbangun sedari tadi pagi, ia berusaha menahannya karena enggan membuka pintu kamarnya.