Karina terbangun pagi berikut nya, suara perutnya tampaknya membuat nya harus di isi. Untunglah Sarah memperhatikan apa saja yang di tugaskan petugas medis sebelum Karina bisa makan.
Sarah menawarkan sup rumput laut, dan membantu nya makan. Anak Karina tak lepas dari gendongan ibu Sarah, Karina menatapnya karena pintu kamar itu terbuka.
"Dimana kita?" tanya Karina.
"Kampung halaman ku!" jawab Sarah.
"Apakah itu ibumu?" tanya Karına.
Sarah mengangguk. "Aku sudah 5 tahun tidak bertemu dengannya, Jack tidak mengizinkan aku pulang! Tapi tenang saja, dia tidak tahu kampung halaman ku."
Mendengar penuturan Sarah, Karina menjadi tenang.
"Terimakasih karena sudah membawa ku kemari!"
"Maafkan aku Karina, karena baru memberi tahu anda sekarang!"
"Sudahlah, itu menyakiti hatiku, aku tidak ingin membahasnya lagi." lirih Karina, ia menyantap makanannya walau air mata berlinang.
Jack pulang ke rumahnya dengan wajah lusuh, ia menunggu seharian di rumah sakit namun tidak ada satu pun informasi yang mendukung.
Ia berharap ketika pulang istrinya ada di sana , namun ternyata hanya fatamorgana dan khayalan nya saja.
"Tuan Jack" lirih nyonya Emily, ia mengetahui cerita u dari Han.
"Nyonya, dia tidak ikut pulang, dia pergi!" lirih Han.
Nyonya Emily juga terpukul melihat Tuan muda nya itu menangis. "Nona Sarah juga tidak ada pulang!" ucap Emily.
Jack langsung terdiam, ia langsung berpikir bahwa Sarah memang pergi bersama Karina, ia hanya memikirkan itu saja tanpa berpirasat sedikit pun pada Han.
"Dimana rumah Sarah?" tanya Jack.
Namun nyonya Emily dan semua orang di rumah itu menggelengkan kepalanya tidak tahu.
Jack teringat ia bahkan tidak pernah menanyakan dimana rumah Sarah.
Hati Jack semakin terombang ambing karena memikirkan keadaan Karina dan bayinya. Ia kemudian masuk ke kamar bayi yang sudah di siapkan, semua peralatan lengkap untuk sang putri sudah tertata rapih siap pakai.
Jack menutup pintu kamar anaknya dan ia berjalan menyusuri setiap sudut yang penuh cinta itu, ia sudah membayangkan bagaimana akan bermain dengan bayinya sepanjang hari.
"Nak, maafkan Daddy! Seharusnya kalian tidak menjalani takdir seperti ini, seharusnya Daddy tidak menjadi Ayahmu, maafkan Daddy nak!"Suara Jack kian serak, ia menangis menelungkup kan wajahnya di atas kasur yang di sediakan untuk putrinya.
Hari-hari berganti. Ayah Sarah bernama Kanye, pak Kanye mendekat ke arah Karına yang kini sedang duduk memangku sang anak. "Nak Karina!" panggil pak Kanye.
"Iya pak!" jawab Karina sopan.
Pak Kanye yang mendekati Karina, membuat Bu Kanye dan Sarah juga ikut menimbrung, karena sang Ayah yang jarang berbicara itu.
"Ini sudah hampir lima hari, kamu harus segera memberi nama putrimu!" ucap pak Kanye.
Karina teringat bahwa ia belum memberikan putrinya nama, kemudian ia memandang jauh. Karina tidak ingin nama Jack maupun Selorin ada di dalam nama putrinya. "Sezna, aku akan memberikan nama putrimu Sezna!" ucap Karina.
"Apa artinya Karına?" tanya Sarah.
"Artinya wanita tangguh yang cerdas, aku ingin putriku tumbuh seperti arti namanya, aku tidak ingin mencantumkan namaku ataupun Jack di dalamnya, aku akan menghargai keputusan Putri ku kelak."
Sarah mengangguk mengerti dan paham pada keputusan Karina.
"Nama yang cantik Nak, sama seperti wajahnya!" timpal ibu Sarah pada putri Karina.
Bayi itu tersenyum dan membuat kebahagiaan pada semua orang. Hari terus berganti, semua orang menyayangi Sezna begitu dalam, bahkan saat ia sedikit panas saja semua orang tidak tidur dan menunggu di samping bayi itu. Karina benar-benar merasa berada di sebuah keluarga, setelah sekian lama tidak merasakan kasih sayang dari ibunya, walau tak dapat di pungkiri ia juga merindukan ibunya begitu pun Ayahnya sekarang.
Jack setiap hari tidur dan bangun di kamar anaknya, ia bahkan menerka-nerka apakah Karina sudah memberikan putrinya nama atau belum.
Jack kembali seperti dulu, ia bahkan tidak berbicara pada siapapun bahkan pada Han dan nyonya Emily.
Setiap hari Jack berusaha mencari keberadaan Karina, dan ia memutuskan untuk pergi ke rumah Ayah istrinya itu untuk memastikan bahwa lelaki paruh baya itu baik-baik saja.
Ia berencana jujur pada pak Selorin, ia tidak ingin mengulang kesalahan dan menutupi rahasia ini lagi, Jack pun sudah siap menerima apapun yang akan di katakan pak Selorin.
Satu bulan berlalu, kali ini lah Jack baru siap mengumpulkan tenaga nya untuk pergi ke kampung halaman Karina.
Satu hari ia lewati untuk menempuh perjalanan itu.
Mobil mewah itu terparkir rapi di depan rumah yang di rindukan oleh Jack.
Pak Selorin juga menunggu kedatangan anak dan menantunya itu. Jack keluar dari mobil dan langsung di sambut oleh pak Selorin.
"Jack, ke mana Karina?" tanya pak Selorin, begitu melihat menantunya itu keluar sendirian dari mobil.
"Ayah aku ingin membicarakan sesuatu!" lanjut Jack.
Tanpa pikir panjang pak Selorin mengajak Jack duduk di depan rumahnya.
"Apa Karina sudah melahirkan?" tanya pak Selorin.
Jack mengangguk. "Anaknya selamat?" tanya nya lagi.
Jack kembali mengangguk. Ia melihat menantunya itu mengiyakan semua pertanyaan, namun ia terlihat masih murung.
"Jack, ada apa sebenarnya?"
Jack menarik nafas panjang! Ia langsung berlutut di depan pak Selorin. "Ayah maafkan aku, ini semua salahku. Karina pergi tanpa memberitahu dia akan pergi kemana,"
Mendengar ucapan Jack, pak Selorin tak mengerti.
"Apa maksudmu?"
"Karina tidak ada di rumah setelah melahirkan sampai sekarang!"
"Kemana dia, ada apa dengan kalian? dia tidak mungkin seperti itu tanpa alasan?"
"Sebenarnya, aku menembak Dave! Maafkan aku Ayah!"
"Dave? putraku?"
Jack mengangguk, "Aku ingin sekali jujur pada kalian, tapi aku takut tidak akan bisa bertemu kalian lagi, aku begitu mencintai Karina! Namun dia benar-benar tidak menerima dan pergi meninggalkan ku."
"Kamu membunuh putraku? dan menikahi putriku? dan sekarang kamu membuatnya menderita dan pergi entah kemana?"
Pak Selorin berteriak seraya menampar Jack beberapa kali, emosi orang tua itu meledak seketika.
"Maafkan aku Ayah, aku benar-benar menyesal!" Jack berkata sembari menangis.
"Pergi dari sini pergi dari rumahku! Janan pernah kamu injakan lagi kaki mu disini." Pak Selorin menunjuk ke arah mobil Jack, agar ia segera pulang.
Lelaki paruh baya itu masuk ke rumahnya dan membanting pintu seketika, Jack sudah jujur pada pak Selorin, namun siapa yang bisa menerima hal seperti ini.
Jack pulang dengan sejuta penyesalan atas apa yang ia lakukan, ia juga tak berhenti mengutuk diri karena begitu merindukan anak dan istrinya itu.
"Kalian dimana, apa yang kalian lakukan sekarang! Jika aku bisa mengganti kan kalian aku akan menggantikan dengan seluruh hartaku asalkan bisa bertemu kalian." Jack berteriak di antara derasnya air hujan sembari mengemudikan mobilnya.