Chereads / Jodoh yang Disimpan / Chapter 13 - Menyelamatkanmu

Chapter 13 - Menyelamatkanmu

Perasaan Angga campur aduk. Marah, sedih dan sakit mendominasi relung hati Angga. Marah karena dirinya tidak bisa menjaga Alexa dengan baik hingga hal ini bisa terjadi.

Sedih dan sakit karena sang kekasih hati berada dalam kondisi yang mengenaskan.

Angga berpikir cepat. Dengan cekatan mengambil selimut yang tergolek di atas ranjang untuk menutupi tubuh Alexa yang terbuka. Dia memalingkan wajah saat membungkus tubuh Alexa, meskipun dia adalah seorang laki-laki normal, Angga berusaha menghormati Alexa.

Angga bukan laki-laki brengsek yang mencuri kesempatan dalam ketidakberdayaan seorang gadis. Bukankah, cinta itu untuk melindungi? Bukan untuk merusak?

Setelah tubuh Alexa tertutup rapi, Angga langsung mengangkat tubuh Alexa. Dia membawa Alexa keluar rumah dan membaringkannya di kursi mobil. Kursi mobil sengaja diatur agar posisi Alexa bisa terlentang --meski tidak sepenuhnya terlentang sempurna.

Angga bergegas menyalakan mesin mobil dan melaju meninggalkan rumah terkutuk itu!

Sepanjang perjalanan, Angga merutuki kelalaiannya. Dia telah lalai menjaga Alexa.

Sejak pertama kali mengenal Alexa, Angga sudah mengetahui bahwa kehidupan Alexa menjadi tidak normal setelah kehadiran Ben sebagai ayah tirinya.

Ayah kandung Alexa meninggal akibat kecelakaan di tempat kerja. Angga sempat menduga bahwa kematian ayah Alexa bukanlah murni kecelakaan semata. Ada unsur kesengajaan oleh seseorang yang iri pada ayah Alexa. Tapi baik Alexa maupun ibunya tidak ingin memperpanjang hal itu.

"Alex ... Maafkan aku ... Aku lalai menjagamu," ucapnya getir.

Sesekali Angga menoleh ke arah kirinya. Alexa masih belum sadarkan diri. Angga memaksimalkan kecepatan mobilnya tanpa mengindahkan keselamatan dirinya dan Alexa.

Bersyukur tak lama kemudian, Angga sudah tiba di depan kosan mewah miliknya. Saat dirinya hendak membuka pintu mobil, Angga melihat dari dalam kaca mobil ke arah lantai dua rumahnya. Dia melihat salah satu kamar di lantai atas menyala. Itu adalah kamar teman-temannya yang menumpang tinggal di kosannya.

Bergegas Angga mengambil ponsel dan menghubungi temannya itu. Dia berniat membuat kosan steril dari teman-temannya. Dia harus memberikan kenyamanan untuk Alexa.

Setelah menelpon, dia tidak langsung keluar dari mobil. Angga menunggu pergerakan dari teman-temannya keluar dari kosan. Saat di telepon, Angga meminta teman-temannya untuk sementara waktu untuk tidak tidur di kosannya, dengan alasan akan ada renovasi dadakan dari ayahnya.

Sekitar lima belas menit menunggu, barulah Angga menjalankan kembali mobilnya dan memarkirkan di basement rumahnya.

Dengan cekatan Angga membopong Alexa memasuki rumah. Angga seperti memiliki tenaga yang tiada habisnya, ia membopong Alexa hingga ke kamar di lantai dua. Kamar yang belum sama sekali tersentuh oleh teman-temannya. Kamar yang biasa ia tempati jika sedang menyendiri.

Alasan utamanya adalah, karena hanya kamar itu yang memiliki kamar mandi di dalamnya.

Angga membaringkan Alex dengan hati-hati. Tidak berhenti sampai itu saja, Angga langsung turun kembali ke dapur untuk mengambil air kompresan dan minyak kayu putih.

"Alex ... Bangun," desis Angga sambil mengoleskan minyak kayu putih ke telapak tangan Alexa yang terasa dingin.

Sekujur tubuh Alexa mendadak lembab dan dingin. Jika diingat runtutan kegiatan Alexa selama seharian, jelas dia belum memasukkan makanan ke dalam perutnya. Karena itulah, dia pingsan, kemungkinan terbesarnya adalah ia kehabisan tenaga karena terus meronta dan menangis.

Perlahan tubuh Alexa merespon. Terlebih lagi saat Angga mendekatkan minyak kayu putih ke lubang penciuman Alexa.

Espektasi Angga adalah Alexa sadar dalam keadaan tenang dan lemah. Tapi pada kenyataannya Alexa terbangun seketika dan mulai menjerit histeris.

"Lepaskan aku!!! Aku mohon menjauh dariku!!!"

Sontak Angga merasa terkejut dengan respon cepat Alexa. Dia langsung saja memegang tangan Alexa yang tengah melindungi wajahnya.

"Alex ... ini aku. Tenanglah. Kamu aman di sini."

Pendengaran Alexa seperti tertutup, dia tidak mendengar suara Angga. Dia terus saja histeris menjerit dan melontarkan kata-kata yang menyayat hati Angga.

"Alex, tenang! Lihat ke sini! Lihat, ini aku! Kamu aman di sini."

Angga terpaksa meraih wajah Alexa agar gadis itu bisa melihat sosoknya dan menghentikan ketakutannya.

Sedetik kemudian barulah Alexa tersadar. Dia spontan memeluk Angga. Menangis pilu dalam pelukan Angga.

"Ssshh ... Kamu gak usah takut. Kamu aman bersamaku," desis Angga sambil mengusap punggung Alexa konstan.

Setelah tangisan pilu Alexa mereda, Angga melepas pelukannya.

"Em ... Aku ke kamar bawah sebentar, ya. Aku mau ambil baju untukmu," ujar Angga kikuk sambil membuang pandangannya ke samping.

Bagaimana tidak! Saat Alexa memeluk dirinya, selimut yang membungkus tubuh bagian atas Alexa merosot.

Alexa sontak melirik ke arah tubuhnya. Diapun malu dan langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Oh iya, mungkin aku akan kembali agak lama. Aku mau membuatkan makanan untukmu," ujar Angga sambil menegakkan tubuhnya.

Alexa ingin protes tapi tidak keburu karena Angga sudah bergegas keluar kamar.

Alexa memijit pelipisnya. Rasa pening yang tadi tidak terasa kini mulai berkumpul kembali. Pusing karena terlalu banyak menangis.

Tak sampai tiga puluh menit, Angga sudah kembali dengan membawa satu kaos miliknya dan sebuah nampan dengan di atasnya tersaji semangkuk bubur panas.

Angga bukan seorang yang pandai memasak, tapi memasak bubur kemasan instan bukanlah hal sulit bagi Angga. Hanya cukup menuangkan air panas, maka buburpun siap disajikan.

"Ini kaos milikku. Maaf. Aku gak sempat membawa baju-baju milikmu. Gak apa-apa kan?" tanya Angga sambil menyodorkan kaos berwarna hitam miliknya.

Alexa meraih kaos itu. "Terima kasih."

"A-aku akan keluar. Kamu, lebih baik berganti baju sekarang," ujar Angga, lagi-lagi kikuk.

Dia lantas beranjak keluar kamar. Memberikan ruang privasi untuk Alexa berganti baju.

Setelah dirasa cukup waktunya berganti baju, Angga kembali ke kamar Alexa lagi.

"Alex ... Kamu sudah ganti baju? Boleh aku masuk sekarang?"

Angga mengetuk pintu Alex terlebih dahulu, memberitahukan bahwa dia ada di depan pintu kamar Alexa.

"Masuklah ... "

Angga menarik tuas pintu dan membukanya. Dia melihat Alexa sudah berganti baju mengenakan kaos miliknya. Perbedaan tubuh seorang wanita dengan laki-laki terasa sekali saat mereka mengenakan pakaian yang bukan seharusnya. Begitupun Alexa. Kaos itu nampak kebesaran di tubuh Alexa. Tapi entah kenapa, dimata Angga, Alexa sangat cantik memakai pakaian yang melebihi ukuran tubuhnya.

"Em ... Kamu makan dulu, ya. Aku udah buatin bubur untukmu. Yeah ... Meski gak seenak bubur buatan alami, tapi aku rasa bisa mengisi perutmu yang kosong."

Alexa tersenyum hambar. Dia bergeming. Badannya sangat lemas sampai-sampai tidak punya nafsu makan sama sekali.

Angga langsung mengerti. Dia lalu menyendokkan suapan pertamanya pada Alexa.

"Aku suapi kamu, ya. Kamu harus makan."

Dengan rasa malas, Alexa terpaksa membuka mulutnya dan menerima suapan dari Angga. Hanya tiga suapan yang mampu Alexa terima. Dia dengan keras kepala menolak suapan selanjutnya.

Anggapun akhirnya menyerah. Dia meletakkan kembali mangkuk bubur buatannya.

"Kamu istirahat, ya. Aku akan keluar."

"Jangan!" sela Alexa tiba-tiba.

"Kamu jangan keluar. Tetap di sini, temani aku," pinta Alexa.

Angga lantas mengerti.

"Baiklah ... Aku gak akan keluar. Aku akan tidur di sofa itu. Kamu bisa tidur dengan nyenyak malam ini," ujar Angga sambil menunjuk sofa yang menempel tembok -- hanya berjarak satu meter dari ranjang.

Alexa mengangguk setuju. Kemudian dengan sedikit bantuan dari Angga, Alexa berbaring nyaman di ranjang empuk itu. Angga menyelimuti seluruh tubuh Alexa.

"Selamat malam, Alex ... " ucapnya lalu merebahkan diri di atas sofa.