Chereads / My Idol is My Illusion / Chapter 29 - Membuat Rery Menunggu

Chapter 29 - Membuat Rery Menunggu

"Silakan dinikmati," ucap nenek begitu memanggil salah satu dari keduanya untuk mengambil pesanan.

Grizelle yang berdiri dan mengambil segera menjawab kata-kata sang nenek dengan ramah. Ia mengambil satu mangkuk untuk idolanya dan memberikan kepada pria itu kemudian mengambil satu mangkuk lagi untuk dirinya.

Keduanya makan dengan lahap meski itu hanya menu sederhana dengan rasa yang sederhana pula. Jauh jika dibandingkan dengan makanan yang sering Rery makan. Namun, bagi Grizelle, makanan itu sama seperti yang biasa dia makan, sebab wanita itu memang jarang membeli makanan mewah.

Setelah dua mangkuk sama-sama kosong, Grizelle meminta bosnya untuk segera membayar karena ia bilang tidak membawa dompet. Dengan percaya dirinya Rery bangkit dan merogoh saku celananya. Namun, dia tidak mendapati dompet maupun selembar uang.

Rasa panik mulai menyerang Rery, dia menyentuh setiap saku yang ada di celana maupun jaketnya. Tidak ada apapun, pria itu juga tidak membawa uang.

"Ada apa, Bos?" tanya Grizelle yang menyadari gelagat aneh bosnya.

"A-anu ... aku juga tidak membawa uang," jawab Rery. Ia tampak bingung.

"Apa?" Grizelle yang tengah duduk segera bangkit. Dia mengomel, tidak menyangka akan berada di situasi sekarang ini. "Terus bagaimana, Bos?" tanyanya lagi.

"Ya, bagaimana lagi. Harus ada yang kembali dan mengambil uang," ucap Rery santai.

Dari kata-kata bosnya itu, Grizelle sadar bahwa dirinyalah yang harus kembali dan mengambil uangnya, karena jika wanita itu meminta idolanya yang kembali, ia pasti akan mendengar kata-kata. "Apa kamu yakin memerintah Bosmu?"

"Bos, apa Bos yakin menyuruhku untuk kembali ke apartemen mengambil uang dan kembali lagi ke sini?" Grizelle bertanya dengan lembut meski ia menampakkan wajah kesal.

"Yah, aku juga terpaksa. Tidak mungkin kan kita tidak membayar makanan ini?" Tanpa rasa bersalah Rery mengatakan hal itu sembari mengangkat bahunya.

Tanpa menjawab Grizelle segera melangkah pergi. Suara makian wanita itu terdengar cukup keras, membuat Rery menggaruk kepalanya dan memalingkan wajah. Serta membuat beberapa orang yang tengah menikmati hidangan harus menatap kepergian Grizelle.

Wanita yang berjalan dengan langkah cepat, sesekali berlari agar tiba di apartemen dengan cepat. Ia yang tidak pernah berolahraga, terus mengumpat karena tidak mengerti jalan pikiran idolanya.

"Kenapa juga Bo harus pergi sejauh itu? Lagi pula kenapa membeli makanan tapi tidak membawa uang! Kalau begini bukannya aku yang sudah!"

Setelah tiba di apartemen, wanita itu sejenak merebahkan tubuhnya di sofa. Ia berusaha mengatur napas yang masih terengah-engah. Begitu ritme napasnya kembali normal, Grizelle melangkah ke dapur dan mengambil segelas air mineral. Dia berencana berlama-lama agar idolanya menunggu dengan gelisah.

Hampir dua puluh menit Grizelle bersantai di apartemen. Dia akhirnya memutuskan untuk segera menyusul sang idola setelah mengambil dompet miliknya. Wanita itu tidak berani mengambil dompet idolanya, karena berarti dia harus masuk ke kamar pria itu, sedangkan sebelumnya dia sudah dilarang untuk tidak mengijakkan kaki di kamar Rery.

"Wah, jalan santai seperti ini memang sangat enak," ucap Grizelle yang melangkah dengan perlahan sembari menikmati angin malam yang berembus.

Begitu jaraknya dengan tempat tujuan tidak lagi jauh, wanita yang sengaja berlama-lama itu melihat tempat yang semula ramai kini sudah sepi. Hanya ada idolanya, penjual, serta satu pasangan yang masih menikmati hidangan.

karena merasa tidak enak hati, dia segera berlari dan berhenti tepat di hadapan Rery.

"Apa kamu mengambil uangnya di perusahaan? Kenapa lama sekali?" Rery terlihat kesal. Namun, Grizelle bisa memakluminya karena memang dia cukup lama meninggalkan idolanya.

Saat Grizelle mengeluarkan dompet, Rery segera merebutnya dan mengambil seluruh uang yang ada di dalam untuk di berikan kepada nenek penjual.

"Bo-bos itu!" Grizelle mencoba mencegah Rery, tetapi pria itu mengabaikannya.

"Nak, ini terlalu banyak," ucap sang nenek gugup.

"Tidak apa-apa, Nek. Itu tambahan dari saya karena Nenek mau menunggu teman saya yang lama ini," kata Rery sembari melirik ke arah Grizelle.

Sang nenek pun akhirnya menerima uang yang dua kali lipat lebih banyak dari harga aslinya. Setelah ucapan terima kasih saling terlontar, Rery segera melangkah menuju apartemen. Grizelle yang berada di sampingnya terus mengomel. Dia tidak tahu bagaimana idolanya bisa menggunakan semua uang yang ada di dompetnya.

"Sekali-sekali kita itu harus bersedekah. Sudah nanti aku tukar—." Rery memberikan dompet yang ia pegang kepada Grizelle.

"Semuanya, Bos?" tanya wanita yang berada di samping sang idola.

"Biaya makannya," jawab Rery santai.

Wajah yang sempat bersinar kini kembari suram. Meski kesal ia mencoba tenang karena mengingat sudah banyak hal yang idolanya berikan.

'Bo, sungguh aku ingin memukulmu di dunia nyata.' Grizelle memegang kalung yang ia pakai.

***

Setibanya di apartemen, Grizelle segera masuk ke kamar dengan membanting pintunya. Rery yang melihat hal itu hanya menggeleng sembari berkata, "Kenapa gadis itu galak sekali."

Tubuh yang semula berdiri, kini bersadar di sofa. Pria yang tengah menatap pintu kamar Grizelle mulai berbicara sendiri. Ia berkata, "Sepertinya aku benar-benar menyukai gadis itu. aku suka saat dia di sampingku. Aku senang menikmati waktu bersama. Saat dia marah, aku ingin menggodanya, tetapi aku juga tidak tega jika ia kelelahan seperti tadi."

"Tapi, jika aku bertingkah baik, bagaimana jika dia tahu perasaanku? Dia pasti akan menjadikannya beban karena aku seorang bintang. Terlebih lagi, jika Kakak tahu, kita pasti akan segera di pisahkan. Hah! Kenapa hidup ini terlalu berat!" Rery menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Berbeda dengan Rery yang menikmati waktu di ruang tamu, Grizelle yang tengah terbaring masih merasa kesal karena sebagian uangnya melayang.

Wanita yang tengah menatap foto sang idola yang ada di kalungnya berkata, "Bo, meskipun bagiku kamu penting. Tapi uang lebih penting untuk saat ini."

Grizelle berkata bahwa uang tidak akan begitu penting lagi jika sang idola sudah menjadi miliknya. Karena ia merasa kebahagiaan akan terus mengalir dan idolanya tidak akan membiarkannya kelaparan ataupun melakukan hal menyebalkan seperti tadi.

"Aku tidak berharap tentang uang sih. Sebenarnya aku benar-benar menyukaimu. Aku suka semua tentangmu. Kerja kerasmu, keramahanmu, meski terkadang kamu menyebalkan, Bo! Tapi ... kamu sudah sangat baik kepadaku."

Grizelle yang sedang dalam posisi miring segera berbalik dan kini ia menatap ke arah langit-langit kamar. "Jika kamu bukan lelaki kaya pun tidak masalah. Aku akan tetap bekerja keras, yang terpenting ada orang baik di sekitarku dan bisa menyemangatiku."

"Meski yang lebih penting lagi, aku tidak dipecat. Huh, jika sampai aku dipecat juga tidak ada gunanya bekerja keras. Lagi pula kenapa semua orang menolak kecantikanku?" Grizelle mulai memukul-mukul tempat tidurnya karena merasa kesal atas ingatan yang tiba-tiba kembali.