Chereads / My Idol is My Illusion / Chapter 30 - Memaksa Manager

Chapter 30 - Memaksa Manager

Pagi telah hadir dengan sinar hangatnya. Malam yang telah menghanyutkan kedua insan kini sudah bersembunyi di balik cerahnya mentari pagi.

Alarm yang disetting oleh Grizelle juga sudah membuat wanita itu terbangun dari tidurnya. Karena tidak bisa bersantai seperti biasa, kini dia segera melangkah ke kamar mandi untuk membasuh muka.

Wanita yang menggenakan celana pendek itu berniat untuk segera ke dapur. Ia ingin mengambil air minum karena tengorokannya terasa sangat kering.

Begitu Grizelle membuka pintu kamar, ia melihat Rery yang tertidur di sofa. Dengan cepat wanita itu menghampiri dan mengamatinya.

"Bo tidak terlihat seperti baru saja kemari. Apa Bo semalam tidur di sini?"

Grizelle segera memanggil Rery, sayangnya tidak ada reaksi sama sekali. Pria itu benar-benar terlelap dengan nyenyaknya.

"Ya sudahlah, aku mau minum dulu. Haus!" Wanita yang tidak bisa menahan rasa hausnya segera pergi ke dapur. Sebenarnya ia juga merasa lapar, karena semalam baginya makanan itu hanya mengganjal di tenggorokan. Terlebih lagi, makanannya langsung dicerna menjadi tenaga untuk ia kembali ke apartemen hingga kembali lagi ke apartemen.

Setelah meneguk satu gelas penuh air mineral, Grizelle mencari sesuatu untuk dimakan. Namun, dia tidak menemukan makanan instan karena yang ada hanya bahan makanan untuk diolah.

Wanita yang melangkah meninggalkan dapur, kini terhenti di ruang tamu.

"Bangunkan tidak ya?" ucap Grizelle bingung. Beberapa saat ia berpikir, akhirnya wanita itu memutuskan untuk tidak membangunkan sang idola, terlebih lagi masih banyak waktu sebelum mereka berangkat ke perusahaan. "Aku ambil selimut deh, pasti Bo kedinginan," ucapnya sembari melangkah ke kamar.

Setelah kembali dari kamar dengan membawa selimut dan ponsel, Grizelle segera menyelimuti tubuh idolanya dan duduk di sofa samping sembari memainkan ponsel. Wanita itu memesan makanan pesan antar untuk sarapan kali ini.

Sembari menunggu pesanannya tiba, Grizelle memutuskan untuk bersih-bersih meski tidak keseluruhan. Dia hanya menyapu lantai dan mengepelnya agar tidak terlalu kotor. Sebenarnya wanita itu sempat bingung karena Rery memiliki banyak uang, tetapi dia tidak mencari asisten rumah tangga untuk mengurus kehidupannya di apartemen. Meski begitu, Grizelle tetap bersyukur karena dia memiliki kesempatan langka itu dan bisa menghasilkan uang.

Pekerjaannya selesai dengan cepat, wanita yang mengikat rambutnya ke atas segera meraih ponselnya yang ada di meja.

"Kenapa lama sekali, aku ini sudah lapar!" ucapnya saat jari-jarinya baru membuka kunci ponsel. "Eh? Sudah di bawah? Baiklah-baiklah aku segera datang!"

Dengan cepat Grizelle segera keluar dan turun ke lantai dasar tanpa merapikan diri terlebih dahulu. Sebenarnya layanan pesan antar itu bisa mengantar hingga ke depan pintu, tetapi karena larangan dari Rery dan untuk keamanan idolanya, ia akhirnya mengalah untuk mengambil sendiri ke bawah.

"Wah, Nona. Seharusnya saya naik saja tidak apa-apa. Daripada Nona capek-capek begini," ucap pengantar makanan itu.

"Ahaha, tidak apa-apa, lagi pula sekalian saya olahraga."

Setelah melakukan pembayaran digital, pengantar makanan itu segera pergi dan Grizelle kembali naik lift.

Begitu masuk apartemen Rery, ia masih melihat idolanya yang terbaring dengan selimut. Wanita yang merasa lapar itu pun tidak memedulikan keadaan, ia justru segera duduk di sofa samping idolanya dan membuka makanan yang sudah ia pesan.

Aroma lezat segera keluar begitu bungkus makanannya dibuka, Grizelle yang sudah tidak tahan lagi pun segera melahapnya.

"Wah, makan apa kamu? Apa ada untukku juga?" Suara Rery yang tiba-tiba bangun mengejutkan Grizelle.

"Apa aku membangunkanmu, Bos?" tanya Grizelle saat makanan masih ada di mulutnya.

"Tidak, aku mencium aroma lezat jadi bangun," jawab Rery. "Ah, semalam aku tidur di sini ya? Tapi bagaimana kamu bisa makan sedangkan aku masih tidur?" tanyanya lagi.

"Ayolah, Bos. Aku ini orang yang baik, tidak akan tega membangunkanmu yang tidur dengan pulas seperti itu," ucap Grizelle. "Sudahlah, ini makanan untukmu Bos. Bagaimana? Baik kan aku? Sudah semalam uangku Bos rampas, sekarang aku membelikan Bos makanan lagi," imbuhnya. Dia kembali melahap makanannya saat mulutnya sudah kosong.

Rery bangkit dari sofa tanpa menjawab kata-kata Grizelle. Pria itu pergi ke kamar mandi dan membasuh mukanya. Kemudian dia kedapur dan mengambil dua minuman karena sebelumnya ia tidak melihat ada minuman di meja.

"Nah, terima kasih sudah membelikanku sarapan," ucap Rery sembari meletakkan dua gelas di meja.

Baru saja gelas itu mendarat, Grizelle segera mengambilnya dan meneguk air itu hingga tinggal setengah gelas saja. Wanita itu memang cukup haus, tetapi ia terlalu malas untuk bangkit dan mengambil minum untuk dirinya sendiri.

Setelah Grizelle dan Rery menghabiskan makanan dan pergi ke kamar masing-masing, tepat pukul delapan keduanya kembali bertemu di ruang tamu setelah bersiap dengan rapi.

Pagi itu Rery mengajak pergi ke perusahaan lebih awal. Ia ingin kembali tidur karena menurutnya semalam dia tidak tidur dengan cukup.

"Apa Bos tidak tidur di sini saja dulu. Baru nanti kita berangkat ke perusahaan?"

"Ya, sebenarnya begitu lebih baik. Tapi ada yang harus aku bicarakan dengan Kakak," jawab Rery. Pria itu segera keluar, membuat Grizelle tidak dapat berkata apapun lagi.

***

Setibanya di perusahaan, Rery bertemu dengan managernya di ruang meeting. Sedangkan Grizelle menunggu pria itu di ruangannya sembari bersantai.

"Ada apa?" tanya manager yang menyadari bahwa Rery menginginkan sesuatu.

"Hahaha, memangnya ada apa, Kak?" Rery tertawa sembari memukul bahu sang manager.

"Sudahlah, aku benar-benar mengenalmu. Apa yang kamu inginkan?" Manager menatap Rery dengan pandangan curiga.

"Jangan menatapku begitu, Kak. Aku tidak menginginkan sesuatu yang sulit," ucap pria yang masih mengenakan topi. "A-anu, Kak. Apa akhir pekan aku bisa libur? Dua hari saja, eh satu juga tidak apa-apa," imbuhnya.

"Memangnya mau kemana? Biasanya kamu libur juga tidak pernah minta ijin kan?"

Rery akhirnya menjelaskan dengan rinci keinginannya. Manager tidak menyetujuinya, karena menurut pria itu, keinginan Rery cukup merepotkan. Selain letak apartemen Grizelle yang cukup jauh, manager juga tidak bisa menemaninya dan memastikan mereka aman.

"Bukankah dulu kamu menolak dikirim ke sana? Kenapa sekarang ingin kembali ke sana?" tanya manager. Ia menghela napas karena tidak habis pikir dengan apa yang diminta Rery.

"Ayolah, Kak. Ya, ya! Kali ini saja, lagi pula sebentar lagi aku akan mengadakan konser. Biar aku mencari ketenangan, ya? Aku janji tidak akan menimbulkan masalah," ucapnya. Rery menunjukkan wajahnya yang penuh harap.

"Hah, ya sudahlah. Lagi pula tidak ada gunanya melarangmu, pasti kamu juga akan melarikan diri ke sana," ucap manager. Pria yang kini tengah membuka sebuah dokumen kembali berkata, "Ajak Grizelle juga, aku yakin dia bisa melindungimu. Lagi pula apartemennya juga di sana."

"Yap! Terima kasih, Kak!" Rery mendekap manager, membuat pria yang tengah dalam pelukannya itu meronta.