Brak!
Pintu tiba-tiba terbuka, Grizelle yang tengah merapikan ruangan Rery terkejut dan menghentikan pekerjaannya.
"Bos! Apa tidak bisa lebih hati-hati? Apa Bos berniat membuatku terkena serangan jantung?" Grizelle kesal, ia melempar sapu yang ia pegang ke lantai.
"Ho, tenanglah. Lagi pula aku punya kabar yang bagus." Rery segera duduk dan menyilangkan tangannya.
Grizelle yang penasaran hanya menatap idolanya dan menunggu pria itu berbicara.
"Apa kamu tahu? Kakak mengijinkan kita untuk kembali ke apartemenmu!"
Mendengar kabar dari idolanya, rasa senang mendadak muncul. Grizelle berteriak tidak percaya dan merasa lega karena manager mengijinkan mereka. Dia pun tidak sabar untuk menanti akhir pekan yang masih terisa dua hari lagi.
"Harusnya kamu mulai baik-baik denganku, jika bukan karena aku memohon pada Kakak, pasti butuh waktu lama untuk kembali ke tempat itu," ucap Rery.
"Iya, Bos. Aku tahu ... terima kasih banyak Bosku yang baik hati." Grizelle berusaha menyanjung Rery. Pria itu pun menikmati sanjungan untuknya dan bertingkah layaknya seseorang yang besar kepala.
***
Meski awalnya dua hari terasa cukup lama, tetapi Grizelle dan Rery dapat melewatinya dengan baik. Hari yang mereka tunggu-tunggu pun akhirnya tiba.
"Bos! Apa Bos sudah siap?" teriak Grizelle dari ruang tamu.
"Sebentar lagi!"
Setelah menunggu sekitar lima menit, Rery akhirnya keluar dengan pakaian santai dan jaket di tangannya. Melihat tampilan idolanya itu, Grizelle bertanya, "Apa Bos begitu saja?"
"Begitu saja bagaimana? Memangnya mau bagaimana lagi? Justru kamu yang terlihat heboh, untuk apa membawa tas besar? Lagi pula kita ini menginap hanya satu malam. Dan lagi, bukankah di tempat tinggalmu juga ada pakaian? Kenapa tidak memakai yang di sana saja agar kamu tidak perlu membawa bayak barang." Rery berkata panjang kali lebar tanpa jeda.
Karena sadar apa yang dikatakan idolanya benar, wanita itu pun segera berlari ke kamar dan mengembalikan tas besar yang ia bawa. Kini Grizelle hanya membawa tas serempang kecil dan jaket yang akan ia kenakan.
"Nah, begitu kan praktis. Lagi pula kita tidak pindahan," ucap Rery. Pria itu segera melangkah menuju pintu.
Begitu tiba di basement dan naik ke mobil, Grizelle bertanya, "Apa Bos yakin tidak apa-apa jika kita pergi berdua saja?"
Rery mengangguk. Ia meminta Grizelle untuk tenang. Lagi pula dirinya juga ingat jalan untuk ke apartemen kecil itu.
Di bawah langit sore, setelah kurang lebih tiga jam perjalanan, mereka akhirnya tiba di tempat tujuan. Begitu memarkirkan mobil, dengan penuh semangat Grizelle segera menaiki tangga hingga berakhir di depan pintunya.
Rery yang menyusul wanita itu tampak terengah-engah karena kecepatan Grizelle yang tidak tertandingi.
Wanita yang sudah membuka pintu apartemennya dan hedak masuk, sejenak terdiam karena melihat idolanya masih berdiri di depan pintu tempat ia tinggal.
"Kenapa Bos masih di sini? Lebih baik Bos segera masuk dan istirahat. Pasti lelah sejak tadi menyupir perjalanan jauh," ucap Grizelle.
Rery menghela napas. "Maunya begitu, tapi aku lupa ...."
"Lupa apa, Bos?" Grizelle mentap bingung.
"Aku lupa bahwa aku hanya menempati apartemen ini selama satu bulan. Kakak sudah mengembalikannya kepemiliknya. Aku baru ingat saat tiba di sini," ucap Rery, ia memasang wajah memelas sebab tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
"A-apa? Bagaimana hal itu bisa terjadi. Apa Bos tidak mengeceknya sebelum kemari?"
Rery tetap diam. Meski merasa janggal Grizelle hanya bisa meminta idolanya untuk masuk ke tempat tinggalnya. Dia tidak ingin Rery yang terus berdiri di lorong membuat orang lain salah paham.
Begitu keduanya masuk, Rery segera terbatuk-batuk karena debu yang sudah setebal roti lapis. Grizelle sendiri pun merasa heran karena ia belum lama meninggalkan tempat tinggalnya, tetapi kini sudah sangat kotor bak sarang tikus.
Wanita yang sebenarnya merasa lelah itu, meminta Rery untuk menunggu di luar terlebih dahulu. Ia membersihkan debu-debu yang ada dengan singkat, kemudian menyapu dan juga mengepel. Meski tidak terlalu bersih, tetapi ia merasa keadaan saat ini sudah lebih baik dibandingkan awal ia masuk.
Ceklek! Daun pintu terbuka.
"Masuklah, Bos! Ini sudah lumayan bersih," ucap Grizelle.
Rery yang sudah masuk pun mengangguk. Ia memuji kecekatan Grizelle yang dapat membersihkan ruangan kotor menjadi layak huni.
Grizelle sebagai tuan rumah segera mempersilakan idolanya untuk duduk. Ia sebenarnya merasa aneh, karena selama ini Rery-lah tuan rumahnya. Namun, kali ini berbalik.
Rery yang merasa lelah dengan perjalanan yang cukup memakan waktu itu, tanpa sungkan meminta segelas air kepada Grizelle. Saat wanita itu hendak melangkah ke dapur, ia ingat bahwa tidak ada apapun yang bisa ia berikan.
"Anu, Bos tunggu di sini sebentar ya. Aku akan membeli minuman di mini market depan," ucap Grizelle. Dia segera pergi sebelum mendapat jawaban dari Rery.
"Huh, gadis itu. Aku bahkan belum menjawabnya," ucap Rery yang tengah duduk santai di sofa.
Pria yang menunggu cukup lama mulai bosan. Ia segera bangkit dan melihat sekeliling rumah Grizelle.
"Wah, rumah ini benar-benar kosong ya," gumamnya saat melihat di areal dapur tidak ada apapun.
Kini Rery melangkah ke arah kamar Grizelle. Dia sudah berdiri tepat di depan pintu kamar yang bertuliskan nama pemiliknya. Rery yang melihat itu mulai tertawa. Dia tidak menyangka masih ada orang yang menulis namanya di depan pintu kamar.
"Apa aku boleh masuk? Aku benar-benar ingin melihat kamarnya," ucap Rery. "Tapi ... apa nanti aku akan dituduh sebagai orang mesum? Ah, tidak. Lagi pula aku hanya akan membukanya saja dan melihat sekias, kemudian kututup lagi," imbuhnya.
Pintu kamar perlahan terbuka. Senyuman yang merekah kini mulai memudar. Wajah yang awalnya ceria kini tampak pucat dan telihat jelas pria itu sedang syok dengan apa yang dia lihat.
"A-apa-apaan ini?" Rery melangkah masuk, pintu kamar terbuka lebar.
Mata Rery membulat, menatap seluruh sudut kamar Grizelle. Ia terkejut mendapati semua barang dengan potret dirinya.
"A-apa dia fansku? Lalu untuk apa dia di sampingku? Apa dia melakukan hal-hal buruk saat aku sedang tidur?" Pikirannya yang sedang kalut, membuat pria itu cukup ketakutan. Dia tidak menyangka bahwa Grizelle akan menyamar seperti itu untuk mendekatinya. Kini dia merasa yakin bahwa alasan Grizelle tetap bertahan di sampingnya bukan karena membutuhkan pekerjaan, tetapi karena dia fans Rery yang entah akan melakukan apa padanya.
Pria yang terkejut itu segera keluar dari kamar yang membuatnya sesak. Ia pun melangkah ke arah pintu. Saat tangannya hendak membuka, pintu itu tiba-tiba terbuka.
"Eh, Bos? Ada apa?" tanya Grizelle yang baru datang dengan dua kantong besar di tangan kanan dan kirinya.