Dengan wajah memelas, Grizelle menjelaskan semua keadaan yang dialaminya. Kali ini dia menganggap Rery seperti idola yang ada di kamarnya. Mulai dari tidak punya pekerjaan hingga tidak punya uang untuk makan, wanita itu menjelaskannya tanpa ada rasa sungkan.
"Ho, apa kamu tidak tahu malu menjelaskan semua ini padaku?" tanya Rery. "Lalu ... apa kamu tinggal sendiri?"
Lagi-lagi Grizelle memotong perkataan Rery. "Ya, aku tinggal sendiri," sahut wanita itu sambil melahap lauk. "Sebenarnya ayahku bukan orang asli sini. Dia dari negara asing, tetapi menikah dengan ibuku. Aku mirip dengan ibuku, jadi wajahku tidak seperti orang asing. Saat mereka dalam perjalanan menuju negara tempat tinggal Ayah, keduanya mengalami kecelakaan dan meninggal," jelas Grizelle. Dia kembali melahap makanannya.
Percakapan mereka berhenti di situ. Meski banyak hal yang ingin Rery ketahui, tetapi pria itu tetap tahu di mana batasannya. Akhirnya, dia pun memilih diam dan melanjutkan makan seperti yang dilakukan Grizelle.
Setelah makanan di piring habis, Grizelle bersandar di kursi sembari mengusap perutnya. Dia merasa bahagia karena tidak lagi kelaparan. Kebahagiaannya berlipat ganda karena makanan yang mengisi perutnya adalah hasil olahan sang idola.
"Baiklah, karena sudah sadar dan perut sudah kenyang, sepertinya aku harus segera pulang," ucap Grizelle setelah bangkit dari duduknya. Rery yang masih diam di tempat duduk hanya menatap wanita itu.
"Sekali lagi terima kasih ya, Tuan Rery." Grizelle segera berbalik. Namun, baru beberapa langkah menjauhi meja makan, suara sang idola terdengar di telinganya.
"Apa kamu sangat tidak tahu malu? Apa kamu akan pergi setelah makan dan tidak membersihkannya?"
Mendengar hal itu Grizelle terpaku. Dia merasa ditampar oleh kenyataan yang ada. Wanita itu pun lekas berbalik dan tersenyum menatap Rery. Dia juga melangkah mendekat dan mengambil peralatan kotor yang ada di meja.
"Akan saya bersihkan, ini juga ...." Grizelle juga mengambil peralatan makan yang ada di hadapan Rery. Pria itu hanya menatapnya tanpa berkomentar apapun.
Dengan cepat meja makan kecil itu sudah bersih dari peralatan makan yang kotor. Kini Grizelle fokus mencuci sembari diperhatikan oleh sang idola.
Rery menatap wanita itu tanpa berkedip. Sedangkan Grizelle merasa tidak nyaman dengan pandangan yang serasa seperti menusuk punggungnya. Meski dia senang ditatap oleh sang idola, tetapi hal itu juga membuatnya tidak bebas bergerak.
"Apa kamu mau bekerja denganku?" tanya Rery tiba-tiba.
"Eh?" Grizelle terkejut dan langsung menoleh. Bahkan tangan kanannya masih memegangi mangkuk dan tangan kirinya memegang spons. "Kerja?" imbuhnya.
"Hemm ... benar. Jika kamu mau." Rery bangkit dari tempat duduknya dan melangkah pergi.
Melihat idolanya pergi, Grizelle segera mencuci tangan dan menyusulnya. Dia bertanya-tanya pekerjaan apa yang akan diberikan oleh Rery.
Pria itu diam sejenak menatap Grizelle yang penuh semangat. Setelah menghela napas, dia meminta wanita itu untuk menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu. Rery berkata akan menunggu Grizelle di ruang tamu. Tanpa menunggu lama, Grizelle bergegas kembali dan melanjutkan mencuci peralatan makan.
Setelah beberapa menit berlalu, wanita itu kembali mendatangi Rery dengan penuh semangat. Dia menanyakan pekerjaan apa yang akan idolanya berikan. Dalam pikirannya banyak khayalan yang masuk, seperti menjadi asisten pribadi, menjadi managernya, bahkan menjadi model. Namun, semua itu hanya angan-angan Grizelle saja. Karena kenyataannya ....
"Menjadi pembantu rumah tangga," ucap Rery diiringi senyuman yang hangat.
"Me-menjadi apa? Pembantu rumah tangga?" teriak Grizelle. "Aku tidak salah dengar 'kan?" imbuhnya. Dia masih terkejut dengan apa yang Rery katakan.
"Ya, kamu tidak salah dengar. Aku melihatmu mencuci dan itu memberiku sebuah ide. Terlebih lagi aku di sini bukan untuk bersih-bersih. Jadi aku tidak ingin membersihkan seluruh tempat ini sendiri," jelas Rery. Dia menatap sekeliling sembari mengangguk-angguk pelan. "Bagaimana? Lagi pula kamu tidak ada pekerjaan dan aku memberimu pekerjaan serta gaji," imbuhnya.
Meski apa yang dikatakan Rery benar, tetapi Grizelle masih berpikir mengenai tawaran itu. Tidak pernah terbesit dalam benaknya bahwa ia harus bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
"Tidak usah buru-buru. Kita ini kan tetangga ... jika masih ragu kamu bisa memikirkannya dulu dan saat sudah yakin datang saja kemari dan beri jawabanmu," ujar Rery saat melihat wajah bingung Grizelle.
Sejenak suasana hening. Tidak ada respon dari Grizelle, maupun kata-kata lain dari Rery. Keduanya sama-sama bungkam dengan pikiran masing-masing.
"Umm ... berapa kamu akan membayarku?" Wajah Grizelle tampak ragu menanyakan hal itu, tetapi dia ingin tahu mengenai bayarannya untuk mempertimbangkan apakah dia akan setuju atau tidak.
"Wah, kamu memang tidak bisa basa-basi ya," sahut Rery. Dia menatap Grizelle sembari menggeleng. Sedangkan wanita itu hanya tersenyum profesional.
"Dua kali gaji di minimarket. Setuju?" imbuh Rery dengan yakin.
Tanpa menunggu lama, Grizelle pun langsung menyetujuinya. Bahkan dia sudah memanggil Rery dengan sebutan 'Bos'. Setelah itu, ia bergegas keluar sembari melambaikan tangan dan berterima kasih kepada Rery. Melihat tingkah Grizelle yang dipenuhi rasa bahagia, Rery tersenyum sembari menggeleng.
"Gadis aneh," gumam Rery. Dia segera bangkit dari tempat duduk dan bergegas ke kamar.
***
Di apartemennya, Grizelle segera melompat kegirangan setelah masuk dan menutup pintu. Dia sempat mengira bahwa idolanya jahat, tetapi setelah mendapat bantuan dari sang idola Grizelle merasa yakin bahwa Rery memang orang yang baik.
Wanita itu bergegas ke kamar dan melempar tubuhnya ke tempat tidur. Seperti kebiasaannya, dia segera berbincang dengan bantal idola dan poster yang ada di atasnya.
Pujian terus mengalir untuk sang idola. Raut gembira Grizelle benar-benar tidak bisa ia sembunyikan meski sedang menutup wajah dengan bantal. Setelah sejenak ia tersenyum sembari membayangkan pekerjaannya besok, wanita itu segera bangkit dan pergi mandi.
Di bawah guyuran shower, Grizelle terus bergumam. Mengalahkan suara gemercik air yang mengalir.
"Apa aku akan menatap Bo seharian? Apa Bo akan memasak untukku lagi?" Grizelle kegirangan dengan pikirannya. "Ah, jangan-jangan Bo juga akan memintaku tinggal di sana? Kyaaa!" teriak Grizelle.
Teriakan wanita itu sampai ke telinga Rery, karena kamar mandi di apartemen Grizelle dekat dengan kamar sang idola. Dinding tipis yang menjadi penghalang tidak dapat menahan suara Grizelle yang melengking.
"Apa yang gadis itu lakukan malam-malam?" gumam Rery setelah mendengar teriakan Grizelle. "Dasar aneh!" imbuhnya.
Pria itu segera menarik selimut dan berbaring menghadap jendela kamar. Dia tidak langsung terlelap, tetapi menatap gorden tertutup sembari merenungkan apa yang akan ia lakukan besok. Rery takut hari-harinya di apartemen kecil itu akan membosankan. Terlebih lagi dia tidak boleh terlalu sering keluar agar tidak ada orang yang mengenalinya.
Di saat Rery mulai terlelap dalam tidurnya, Grizelle yang berlama-lama di kamar mandi akhirnya keluar. Wanita itu segera merebahkan tubuhnya dan meraih ponsel yang ada di nakas samping tempat tidur.