Chereads / My Idol is My Illusion / Chapter 10 - Apa Ini Hukuman?

Chapter 10 - Apa Ini Hukuman?

Dua gelas minuman dingin tersaji di hadapan sang idola dan penggemarnya. Grizelle yang duduk sembari menatap Rery mulai merasa gugup.

"Jadi begini. Kamu tahu kan aku akan pindah satu minggu lagi."

Grizelle mengangguk mendengar perkataan Rery.

"Aku sudah memutuskan bahwa kamu akan menjadi asisten pribadiku. Itu jika kamu mau. Gajinya yang pasti akan lebih tinggi dari pekerjaanmu saat ini," imbuh sang idola.

"Be-benarkah? Aku? Asisten pribadi?" Mata Grizelle mulai berbinar. Ia tidak menyangka bisa memiliki pekerjaan seperti itu. Terlebih lagi menjadi asisten sang idola.

"Benar. Tapi pekerjaannya tentu akan lebih berat dari sekedar bersih-bersih. Apa kamu mau?"

Dengan penuh semangat Grizelle menerima tawaran itu dan mengabaikan hal lain yang Rery sampaikan. Karena berbincang dengan wanita yang sedang diselimuti perasaan bahagia terasa sia-sia bagi Rery. Dia pun meminta Grizelle untuk pulang dan beristirahat.

"Pulanglah dan besok pagi tidak usah ke sini. Aku yang akan ke tempatmu," ucap Rery. Dia bangkit dari duduknya dan disusul Grizelle.

"Eh, kenapa ke tempatku?"

"Sudah pulanglah, besok kamu akan tau sendiri!" Pria itu mendorong Grizelle hingga keluar. Setelah itu Rery yang menyadari wajahnya memerah segera pergi ke kamar mandi dan menguyur tubuhnya dengan air dingin.

Di sisi lain, Grizelle yang tengah kebingungan memilih untuk mengabaikan hal itu dan menikmati kesenangannya.

***

Hari berganti, waktu yang dijanjikan pun sudah tiba. Grizelle yang tengah menunggu Rery hanya mondar-mandir di ruang tamu.

"Kemana sih dia, katanya mau ke sini, tapi telat," ucap Grizelle sembari melihat ke arah pintu. "Apa aku yang ke sana? Tapi ... ah, masa bodo, biar aku aja yang jemput." Grizelle meraih tasnya yang ada di sofa.

Dengan cepat ia melangkah mendekati pintu dan membukanya.

"Selamat siang!" Rery berdiri sembari tersenyum. "Maaf karena terlambat. Ah, tapi omong-omong, apa kamu berniat menjemputku?" imbuh Rery.

"Ma-mana ada! Aku hanya membuka pintu saja. Memastikan apakah engselnya masih berfungsi atau tidak," elak Grizelle. Dia tidak berani menatap Rery karena wanita itu memang sedang berbohong.

"Ah, harus membawa tas juga ya?" Mata Rery tertuju pada sosok Grizelle yang sudah siap pergi. "Sudahlah, kita sudah membuang banyak waktu. Ayo cepat pergi!"

Rery menarik tangan Grizelle setelah wanita itu menutup pintu. Meski merasa senang, tetapi Grizelle lebih fokus pada tujuan merka saat ini.

"Sebenarnya kemana kita akan pergi?" tanya Grizelle begitu masuk ke mobil sang idola.

"Sudah duduk saja diam dan nikmati musik yang ada," jawab Rery sembari menyalakan musik. Lagu yang diputar adalah lagunya sendiri, hingga tanpa sadar membuat Grizelle ikut menyanyi.

'Aku tidak menyangka gadis ini menghafal dengan baik laguku.' Rery tidak menoleh, ia hanya membatin sembari fokus menyetir.

Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh lima menit, mobil Rery akhirnya terparkir di pusat perbelanjaan terbesar di kota Bing.

Grizelle yang merasa bingung hanya terdiam sembari mengekor di belakang Rery. Dia masih tidak tahu apa yang akan dilakukan di tempat itu. Terlebih lagi Rery yang sibuk menatap sekitar membuat wanita itu sungkan untuk bertanya.

Naik, turun, dan naik lagi, mereka sudah berkeliling hampir di setiap sudut pusat perbelanjaan. Bahkan tidak ada lantai yang belum mereka pijak.

"Bos! Sebenarnya kita akan kemana?" Grizelle menghentikan langkah. Ia berusaha mengatur napas yang terengah-engah.

Rery yang melangkah di depannya segera berhenti dan berbalik. "Kamu lelah?" tanyanya singkat.

Grizelle yang merasa pria itu tidak bisa mengerti keadaan akhirnya memilih untuk bangkit dan berteriak, "Tidak! Saya tidak lelah, Bos!" Wanita itu melangah melewati sang idola sembari menahan kakinya yang terasa seperti akan patah.

Pria yang tengah mengenakan topi menghela napas panjang. Ia pun segera menyusul wanita yang tampak kesal.

"Sudahlah, ayo cari makan dulu," ucap Rery sembari menarik tangan Grizelle. Namun, wanita itu menghentikan langkahnya dan membuat sang idola juga melakukan hal yang sama.

"Ada apa? Kamu tidak lapar?" Rery bingung. Ini pertama kalinya dia pergi bersama wanita dan dia tidak tahu apa maksud dari tingkah Grizelle yang sebenarnya.

"Bos, lebih baik segera selesaikan tujuan kita sekarang. Makan bisa ditunda," ucap Grizelle dengan tegas. Dia memperlihatkan wajahnya yang serius.

"Begitu ya ...." Rery mengalihkan pandangannya dan mengangguk. "Baiklah, ayo ke lantai tiga. Aku melihatnya di sana!" Lagi-lagi pria itu menarik tangan Grizelle.

Setelah tiba di lantai tiga, mereka memasuki toko yang cukup ramai dan berkelas. Terlihat jelas bahwa barang-barang yang dijual di sana berharga tinggi.

Grizelle yang belum pernah masuk ke toko mewah hanya melihat sekeliling dengan pandangan kagum. Dia tidak menyangka bahwa ada tempat yang menjual pakaian, tas, serta sepatu yang sangat indah.

Saat Rery tengah berbincang dengan salah satu pelayan, Grizelle melangkah menjauh dan melihat-lihat pakaian yang ada. Dia menyentuh tag harga dan dibuat terkejut dengan angka yang tertulis di sana.

"Wah, apa ini tidak salah? Ini sih senilai gajiku selama empat bulan." Grizelle menggeleng, dia melihat tag lain dan harga yang tertulis hanya selisih sedikit dengan tag pertama yang ia lihat. "Apa rata-rata harganya sama? Nominalnya lebih tinggi dan lebih kecil tapi selisihnya sedikit. Gilak!"

"Ada apa? Kamu menyukainya?" tanya Rery yang tiba-tiba berada di belakang Grizelle. Kehadirannya itu membuat wanita yang tengah menganga karena terkejut dengan harga menjadi semakin terkejut.

"Ah, ti-tidak. Aku hanya melihat-lihat saja," jawab Grizelle. Ia pun segera melepaskan pakaian yang ia sentuh.

"Baguslah, itu tidak cocok denganmu!"

Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut sang idola membuat Grizelle merasa kesal. Ia merasa bahwa Rery bermaksud mengatakan pakaian mahal tidak cocok untuknya.

Setelah diminta mengikuti Rery, Grizelle dengan kesal melangkah di belakangnya. Mereka menghampiri pelayan toko yang di tangannya terdapat tumpukan pakaian. Pelayan itu mengangguk setelah berada di hadapan Rery, tetapi mereka sama-sama tidak mengatakan apapun.

"Cobalah ini. Mereka akan cocok untukmu," ucap Rery. Pelayan yang berada di sampingnya pun memberikan beberapa pakaian kepada Grizelle.

"Tu-tunggu. Kenapa aku—."

"Sudahlah coba saja, aku tidak ingin asistenku terlihat kampungan!" Rery memotong perkataan Grizelle. "Tolong antarkan dia untuk mencoba semuanya," imbuh Rery sembari menatap pelayan toko di samping calon asistennya.

Grizelle yang terus menolak akhirnya mengikuti permintaan Rery yang mulai mengabaikan perkataannya.

Ada sepuluh pakaian yang harus dicoba wanita itu.

"Wah, apa dia gila! Di pikir aku ini boneka manekin?" gumam Grizelle. Dia pun segera mencoba satu persatu pakaian itu dan memperlihatkannya kepada Rery.

Saat pakaian yang dicobanya hampir habis, hati wanita itu merasa senang. Ia merasa lelah karena harus berganti pakaian dan berlenggok di hadapan sang idola. Baginya, ia lebih memilih untuk membersihkan bangunan besar daripada melakukan hal konyol seperti itu.

Sayangnya, semakin lama pakaian yang menumpuk semakin banyak dan membuat Grizelle tidak sanggup menahan amarahnya. Dia memaki di hadapan Rery dan membuat pria itu mengembuskan napas panjang.

"Ya sudah, coba ini. Ini yang terakhir, aku janji," ucap Rery sembari menyodorkan dress berwarna biru tua.