Kini Grizelle masuk dan menutup pintu dengan rapat. Seperti ritme kemarin, ia membersihkan dulu barang-barang yang ada dengan kemoceng, kemudian menyapu lantainya dan mulai mengepel.
Wanita yang rambutnya digerai mulai merasa gerah, tetapi ia tidak membawa pengikat rambut dan tidak bisa kembali karena pintu apartemen Rery terkunci.
Setelah menatap sekitar, mata cantik wanita bertubuh tinggi melihat topi yang ada di sofa. Tanpa pikir panjang ia pun mengenakan topi itu dan memasukkan rambut ke dalamnya.
"Nah begini lebih baik. Setidaknya bisa menahan rambutku agar tidak turun," ujar Grizelle merasa bangga. Saat itu dia tidak peduli topi siapa yang dipakainya, yang terpenting rambut panjangnya tidak mengganggu dan dia bisa kembali bersih-bersih dengan leluasa.
Setelah membersihkan kamar mandi dan dapur, Grizelle ingin masuk ke kamar idolanya. Kemarin memang Rery melarang, tetapi pikir Grizelle itu dikarenakan sang idola sedang tidur.
"Dia tidak mungkin membersihkan kamarnya sendiri kan? Aku harus masuk dan membersihkannya kan?" Grizelle masih menatap pintu di hadapannya. Ia ragu untuk masuk karena baginya kamar adalah tempat yang menyimpan banyak rahasia.
"Tapi, Bo baru saja pindah, tidak mungkin kan kamarnya sudah berisi rahasia? Pasti masih barang-barang bekas pindahan." Dengan pemikiran seperti itu, Grizelle akhirnya membuka pintu kamar Rery.
Kemoceng dan sapu jatuh begitu saja dari genggaman Grizelle. Ia yang merasa kagum dengan kamar idola mulai memandang sekeliling. Wanita itu tidak percaya bahwa kamar idolanya akan lebih rapi dari miliknya.
Tempat tidur yang ada di sudut, membuat sisa ruangan terasa lebih luas. Furniture dan hiasan yang ada juga tertata dengan rapi di tempatnya.
"Eh? Apa itu?" Grizelle melangkah mendekati laptop yang menyala di meja. "Apa Bo lupa mematikannya?"
Saat melihat laptop itu Grizelle menyadari bahwa yang tertera di layarnya adalah rekaman suara, karena di sana tertulis "My Audio New" dan ada headset yang terpasang.
Rasa penasaran menyelimuti wanita yang masih mengenakan topi. Tanpa sadar ia pun mengambil headset dan mengenakannya.
"Dengarkan sedikit saja tidak akan jadi masalah kan ya?" ujar Grizelle sembari menekan tombol play. "Eh? Suara Bo? Apa ini lagu terbarunya?"
Meski berniat mendengarkan sedikit dan terkejut dengan lagu yang baru ia dengar, tetapi Grizelle yang larut dalam suasana justru melanjutkan tindakannya itu. Dia bahkan memejamkan mata dan menghayati melodi yang masuk ke telinganya.
....
Kau adalah rasa
Menghampiriku di saat hati terpuruk
Apakah ini kehendak Tuhan atau memang ketidaksengajaan
Yang kutahu aku ingin selalu bersamamu
Namun malam yang penuh bintang seketika sirna
Terbawa arus angin yang membekukan jiwa
Membuat hatiku beku bersama hatimu yang lenyap
....
"Apa yang kamu lakukan!" Headset yang tiba-tiba terlepas membuat Grizelle terkejut. Ia juga menoleh mengiringi kata-kata yang terdengar.
Rery terkejut. "Kamu menangis?"
"Ah, ma-maaf. Aku tidak bermaksud lancang. Maaf ...." Grizelle segera bangkit dari tempat duduknya, ia juga membungkuk dan meminta maaf dengan tulus.
Belum sampai Rery membalas permintaan maafnya, wanita itu bergegas pergi. Namun, baru satu langkah kakinya beranjak, sang idola menahannya dengan menggenggam pergelangan tangan Grizelle.
Tindakan Rery membuat Grizelle menoleh. Mata yang masih berkaca-kaca serta berair, beradu tatap dengan mata tajam yang menjadi lawannya.
"Jawab pertanyaanku! Kenapa kamu menangis?" tanya Rery dengan tegas.
"Ma-maaf ...."
"Aku tidak butuh permintaan maaf! Kenapa kamu menangis?" Suara Rery meninggi. Hal itu membuat Grizelle terkejut.
Saat Rery ingin meminta maaf karena berteriak, Grizelle mulai menjawab pertanyaan sang idola. "La-lagu itu sangat indah. Karena hatiku merasa sesak saat mendengarnya ... tanpa sadar aku menangis." Grizelle menunduk dan saat itu juga terdengar Rery menghela napasnya.
"Sudahlah, tenangkan dirimu dan kembali bekerja. Mulai saat ini tanpa disuruh jangan masuk kamar ini. Mengerti?" Berbeda dengan sebelumnya, kini suara Rery terdengar lembut.
Grizelle yang hanya mengangguk mulai melangkah pergi, tetapi sebelum keluar sang idola kembali memanggilnya dan membuat wanita itu menghentikan langkah.
"Terima kasih ... terima kasih karena mengatakan laguku indah."
Begitu kalimat sang idola terhenti, Grizelle yang tidak berbalik segera keluar dari kamar itu dan menutup pintu. Dia melangkah ke ruang tamu dan duduk di sofa yang sudah ia bersihkan sebelumnya.
"Aduh gimana nih, masa iya aku nangis di depan Bo. Wah malu banget!" Grizelle yang tengah duduk menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Saat ini perasaannya sedang campur aduk, antara malu karena menangis di hadapan sang idola dan merasa terharu dengan lagu yang belum selesai ia dengarkan. Bahkan rasa bangga juga terbesit di pikirannya karena ia menjadi orang pertama yang mendengarkan lagu baru sang idola.
"Ayo Grizelle, kembali waras dan segera bekerja!" Wanita itu menepuk kedua pipinya dengan perlahan. Dia pun segera bangkit dan mencuci wajahnya.
Karena hampir semua sudut tidak lagi kotor, Grizelle kembali mengecek dapur dan melihat apa yang bisa ia kerjakan. Namun, kali ini dia tidak berniat untuk memasak, karena hal itu akan berakhir dengan membuang-buang bahan makanan.
Di saat matanya sedang mengamati ruangan yang dipenuhi dengan bahan makanan, Grizelle menyadari bahwa ada plastik sampah yang belum dibuang. Karena tidak ada yang bisa dilakukan, ia pun memutuskan untuk membuang sampah-sampah itu.
"Apa yang kamu lakukan?"
Suara idolanya tiba-tiba terdengar. Sebenarnya Grizelle sempat membatin, bagaimana sang idola sering muncul tiba-tiba dan mengejutkannya.
"Ma-mau membuang sampah," sahut Grizelle. Ia mengangkat sedikit plastik sampah yang ada di tangannya.
"Ya, aku bisa melihatnya." Saat itu juga Rery memberi tahu password rumahnya kepada Grizelle. Ia enggan jika ada sesuatu sepele seperti membuang sampah mengharuskannya untuk jalan dan membuka pintu.
Langkah Grizelle mulai menjauh, tetapi suara sang idola kembali terdengar di telinga wanita itu. "Apa itu topimu?"
Grizelle yang berbalik segera menjawab, "Maaf, nanti akan kukembalikan."
"Aku tidak mau nanti, sekarang," ucap Rery sembari melangkah mendekati Grizelle. Ia juga segera mengambil topi yang masih dikenakan oleh wanita di hadapannya hingga membuat rambut panjang yang disembunyikan kembali tergerai.
"Ah rambutku!" Kepala Grizelle menggeleng. Ia mencoba menyibakkan rambut yang mengganggu di wajahnya.
Kini wanita itu menatap lekat sang idola yang terdiam di hadapannya. Setelah beberapa detik, tanpa mengatakan apapun ia pun segera berbalik dan melangkah pergi.
"Dasar pelit! Lagi pula hanya topi. Memang kenapa jika dipinjam sebentar?" gumam Grizelle. Dia melangkah sembari menghentakkan kakinya dengan cukup keras. Terlihat jelas bahwa wanita itu sedang merasa kesal.
"Hei! Aku dapat mendengar suaramu itu!"
Grizelle mengabaikan sang idola dan bergegas pergi membuang sampah. Saat hendak kembali, ia bertemu dengan sang idola di luar apartemen. Namun, kali ini idolanya berpakaian seperti awal mereka bertemu, bahkan masker juga tidak lupa Rery kenakan untuk menutup wajahnya.