Perjuangan memaksa Gerald untuk pulang bersamanya tidak lah mudah, tenaga dalam Gina sudah terkuras habis hanya untuk meminta cowok itu agar mau mengantarnya pulang.
Mulai dari dengan merayu menggunakan Cilok, Pentol, mpek-mpek, Bakso, Nasgor, Mie ayam dan sebagainya namun ditolak. Dan akhirnya Gina berhasil membujuk cowok dingin itu dengan berjanji selama dua hari ke depan tidak akan merecokinya seperti biasa. Ya, meskipun begitu, Gina akan tetap menempeli Gerald. Janjinya hanya janji palsu, ups!
"Akhirnya gue bisa pulang bareng Lo, Ger," Gina menghela nafas lega. Senang sekali rasanya hati ini, batinnya.
"Gak sia-sia gue maksa, Lo," ujarnya lagi.
Gerald hanya diam, cowok itu kemudian memakai helm dan menghidupkan mesin motornya. Takut ditinggal, Gina langsung naik ke atas motor Gerald dan langsung memeluk cowok itu.
"Lepas!" ketus Gerald melihat kedua tangan Gina yang melingkar cantik dipinggangnya.
gadis itu menggeleng, "sekali-kali lah Ger, masa ia sebagai pacar gue, Lo gak mau gue peluk." katanya.
"Lepas atau gue gak jadi antar Lo balik!" ancam Gerald.
Gadis itu mencabik kan bibirnya kesal, dengan berat hati dia melepaskan pelukannya. "Galak amat bang? Pms ya?"
Gerald mengendarai motornya tanpa mengeluarkan satu patah kata pun, sama dengan Gina yang sibuk dengan khayalan di kepalanya. Tanpa sadar Gerald menatap wajah Gina dispion motor nya. Gadis itu tampak seperti menikmati angin yang menerpa wajah dan membelai rambutnya.
'lah kok belok kiri?' batin Gina bertanya saat di persimpangan, Gerald tiba-tiba belok kiri yang tentunya bukan jalan kearah rumahnya.
"KOK BELOK KIRI SIH GER? KAN RUMAH GUE BELOK KANAN!" teriaknya agar Gerald mendengarnya.
Tidak ada sahutan dari cowok itu, bahkan Gerald tetap mengendarai motornya santai.
Gina memilih diam, mungkin Gerald mengajaknya jalan-jalan, kan lumayan. Pikirnya tersenyum senang.
Saat motor Gerlad berhenti didepan gerbang rumah mewah, cowok itu membunyikan klakson motornya agar satpam membuka gerbang tersebut. Ya, Gerald membawa Gina kerumahnya.
Saat Gina turun dari motor, gadis itu menatap rumah mewah yang megah dihadapannya. membuatnya berdecak kagum.
"Lo kenapa bawa gue kerumah Lo Ger? Mau kenalin gue ke orang tua Lo, ya?" tebaknya menerka asal.
"Pede!" sahut cowok itu.
"Benerkan? Secarakan Lo itu pacar gue." Gina terkikik geli.
Gerald menggeleng melihat sikap Gina yang tidak tahu malu, lalu cowok itu masuk rumahnya dengan diikuti oleh Gina dibelakang.
"Lama banget Lo balik, cepet ganti baju Sono! Habis itu jemput papi!" ujar seseorang tiba-tiba datang dari dapur.
"Iya," sahut Gerald.
Saat Gevan menoleh kebelakang Gerald, dia melihat seorang gadis remaja bertubuh mungil dan tentunya berparas cantik. Gadis itu tersenyum canggung seraya melambaikan tangannya menyapa.
"Hallo!" sapa Gevan hangat.
"Hallo," balas Gina.
"Ini siapa Ger? Cewek Lo ya?" tanya Gevan pada adiknya itu.
"Bukan!" jawab Gerald tidak santai.
"Temen?"
"Bukan!"
"Terus siapa?"
"Gak tau," acuh Gerald lalu pergi ke kamarnya diatas.
"Hallo kak, kenalin aku Gina." ucap gadis tersebut memperkenalkan diri.
"Hallo Gina, eh duduk dulu yuk!"
Gina mengangguk, kemudian mengikuti Gevan duduk di sofa ruang tamu.
"Sebentar ya, kakak ambilin minum dulu," saat hendak kedapur Gina menahan tangan Gevan.
"Gak usah repot-repot kak," tolaknya seraya menggeleng kecil.
"Udah santai aja, kamu duduk rileks aja dulu, kakak ambilin minum, nggak bakal kakak kasih racun tikus kok." gurau Gevan kemudian pergi untuk menyiapkan minum untuk gadis remaja itu.
Gina melihat sekelilingnya dengan canggung, gadis itu berkali-kali berdecak kagum dengan ruang interior rumah Gerald yang indah dan serba mewah.
Tak lama Gerald turun dengan baju santai dan celana jeans. Cowok itu bahkan terlihat berkali-kali lipat lebih tampan.
Mata Gina sedikit membulat ketika melihat penampilan pacarnya itu. Gerald sangat tampan, sampai Gina hampir tidak bisa berkedip.
"Gilak! Lo ganteng banget!" pujinya tanpa pikir panjang.
Gerald tidak menanggapi, cowok itu duduk berhadapan dengan Gina dan sibuk dengan ponselnya.
Merasa terabaikan, Gina mengerucutkan bibirnya cemberut. Tak lama Gevan datang dengan mambawa jus jeruk dengan nampan ditangannya.
"Nih, udah kakak kasih sianida," kata Gevan bergurau seraya terkekeh.
Gina terkekeh juga kemudian mengambil jus jeruk tersebut dan meminumnya hingga tandas.
"Eh Ger, Gina siapanya Lo?" tanya Gevan lagi.
Gerald mengangkat kepalanya menatap Gevan datar, "Bukan siapa-siapa."
"Lah? Kalo bukan siapa-siapa, kenapa Lo bawa, anjir?" geram Gevan pada adiknya itu yang super cuek. Masa iya bawa cewek ke rumah tapi nggak punya hubungan apa-apa, kan aneh.
"Temen bang, Si Gerald emang suka sebleng," jawab Gina mewakili.
Gevan ber oh ria.
"Jadi gak nih, ntar bokap nunggu lama di bandara!"
"Jadi!" sahut Gerald.
"Terus Gina?"
"Gue anter balik dulu," kata Gerald lalu memasukan kembali ponselnya ke dalam saku.
"Kalian, ke bandara ngapain?" tanya Gina kepo.
"Jemput bokap Gin, kenapa? kamu mau ikut?" tanya Gevan, Gina langsung menggeleng cepat.
"Nggak kak, yaudah Gina balik dulu," pamitnya.
Sesampainya dirumah Gina, gadis itu turun lalu mengembalikan helm pada Gerald.
"Makasih ya," ucapnya tulus.
"Iya."
"Cuek amat bang? Nahan boker ya?"
Gerald hanya menatap Gina tanpa berniat menjawab pertanyaan konyol gadis itu.
"Gue balik, ingat janji Lo!" pungkas Gerald lalu melajukan motornya pergi dari hadapan Gina.
Gadis mungil itu menatap punggung Gerald yang menjauh kemudian ia tersenyum senang sambil melompat-lompat.
"Demi apa! demi apa! Gerald bawa gue ke rumah dia! Pasti gue orang yang pertama di bawa Gerald! Yey!" pekiknya kemudian memasuki rumahnya dengan perasaan gembira.
Disisi yang lain, dua orang cowok tengah berbincang didalam mobil.
"Gina bukan pacar Lo kan?" tanya Gevan tiba-tiba sambil menyetir.
"Bukan," jawab Gerald.
"Syukur lah, Lo harus ingat prioritas Lo. Jangan mentang-mentang Lo jauh dari dia, Lo lupain, dia." Nasihat Gevan.
Cowok itu hanya mengangguk kecil.
"Gue jadi khawatir Lo suka sama Gina."
"Gak bakal!"
"Kayaknya sih Lo bakal suka sama tuh cewek, secara kalo gue lihat dari penerawangan gue, bakal tumbuh-tumbuh benih cinta antara Lo berdua," ujar Gevan lalu membelok setir mobilnya ke arah persimpangan kiri.
Gerald berdecak menatap abangnya itu tajam. "Gak usah bahas dia!"
Gevan terkekeh kecil, "dari segi Lo ngejawab gue, gue udah tau jawabannya."
Gerald memilih diam, cowok itu menatap jalanan dengan pikiran yang entah sedang memikirkan apa. Yang tahu hanya dia dan Tuhan saja.
Gadis manis dengan senyumnya sedari tadi berguling-guling di atas tempat tidur, ia terus memikirkan seorang cowok tampan di otaknya.
"Bisa gila gue lama-lama," kekeh gadis itu.
"Pelet Gerald kuat banget, dari tadi siang sampe malam ini. Gue kepikiran tuh cowok terus!" ucapnya lagi.
Argh! Gina mengacak-acak rambutnya.
"GERALD TANGGUNG JAWAB LO! GARA-GARA LO GUE JADI GILA! AWAS YA LO BESOK! BAKAL GUE CIUM SAMPE PUAS!" teriak gadis itu sambil menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa putih.
Gina tersenyum sambil membayangkan wajah Gerald, sedetik kemudian terlintas ucapan Gerald yang sedikit menganggu pikirannya dan membuat senyumannya memudar.
"Apa iya Gerald udah punya tunangan?" tanyanya entah pada siapa.
[Sudah direvisi✓]