Clara menatap Pria yang sedang memberikan sebuah kain hangat pada perut nya. Dia sedikit malu karena harus membuka perut nya itu. Kini mereka ada di dalam kelas, itu adalah ruangan perpustakaan yang sangat sepi sekali tidak ada siswa ataupun guru pengawas nya. Rio mengelus perut nya dengan lembut sekali, ini terasa sangat canggung untuk beberapakali dia mengusap nya.
Setelah itu Rio mengobati memar di bagian lengan yang ditutupi oleh jaket tipis dan lusuh itu. Lalu dia mengerutkan kening nya.
"Astaga... Bukankah aku pernah memberikan mu jaket?" Tanya Rio seolah tidak menyangka karena Clara masih menggunakan jaket yang lama.
"Iya, tapi kan yang kamu kasih masih aku simpan. Aku jarang memakai nya, hanya untuk acara acara penting saja. Hehehe..." Ucap Clara dengan menggaruk kepala nya yang terasa gatal itu.
Setelah dia menatap lama pria ini, dia sadar jika ada yang mengawasi mereka. Itu adalah anak buah Johan yang merekam mereka dengan senyum senyum jahil.
"Hey!!" Teriak Clara bahkan membuat dirinya jadi berdiri, astaga, sialan sekali anak anak itu! Bisa bisa nya mereka merekam hal seperti ini!
"Udah, biarin aja. Sini itu masih sakit kan?"
Rio mengobati luka Clara lagi dan lagi hingga tidak tersisa. Semua nya sudah di perban dan di beri obat merah. Ting! Grup kelas mereka ramai sekali di ponsel itu. Bahkan nada dering nya berbunyi di semua hp siswa.
Dan tak lama setelah itu Ferdi datang dengan berlari ngos ngosan, menunjukkan rekaman video mereka saat Rio mengobati luka Clara.
Itu jadi terlihat sangat dekat sekali, hingga mereka semua salah paham.
"Ya! Kamu menjilat perut nya Clara?! Astaga! Brengsek banget kamu!!" Bentak Ferdi dengan memukul kepala Rio dengan kasar.
"Hey! Yang benar saja, aku sedang mengobati luka nya... Lihatlah..."
Ferdi terdiam. Lalu dia menatap video nya kembali, saat di pikir pikir benar juga. Itu bukan menjilati atau pun melakukan hal yang berbau dewasa melainkan itu adalah tindakan untuk mengobati luka.
Dan tak lama setelah itu, saat Clara dan Rio berjalan bersama di lorong kelas. Mereka jadi sorotan seluruh warga sekolah. Apalagi ini adalah sekolahan wanita, yah, ceritanya Rio berniat untuk menjemput Clara agar mereka bisa pergi bersama ke rumah sakit.
Tapi karena hal inilah satu sekolah jadi ribut hingga ujung ujung nya mereka di arahkan ke ruangan BK.
"Fer, kamu bisa pergi ke rumah sakit Randy dulu gih. Kasihan dia, gak ada yang nemenin." Ucap Rio.
"Oke deh. Aku duluan yah! Bye! Hati hati, jangan sampai kena sidang yah!"
Rio mengangguk. Rupanya anak buah Johan itu sengaja menguntit Rio agar bisa membuat masalah di sekolahan ini. Dasar! Sialan sekali anak anak itu, coba saja yang di penjara itu Johan dan anak buah nya! Mungkin saja hidup Rio akan tenang dan damai seperti di perbukitan.
"Silahkan duduk." Kata guru BK itu.
Perawakan nya menakutkan sekali, sama seperti guru BK yang kalian pikiran. Rambutnya keriting, berwarna hitam agak kecoklatan coklatan. Serta menggunakan high heels warna hitam dan rok pendek selutut.
Usia nya mungkin 30 tahun an, dua menggunakan lipstik yang merah merona dan lihatlah... Kulit hitam nya itu dia padukan dengan blush-on warna pink muda.
"Permisi Bu, ada apa yah kita kok di panggil?" Tanya Clara dengan membungkuk sopan setelah bersalaman.
"Sudah jelas bukan?! Ini video nya... Hmmm.. katakan sekarang pada Bu Hes, apa yang kalian lakukan itu?" Tanya Bu Hesti. Guru BK yang lumayan jahat di sekolahan ini.
Clara meneguk air liur nya, dia menyikut lengan Rio. Astaga, tidak enak sekali jadi orang dewasa dekat sedikit saja pikiran orang orang jadi aneh dan blak blakan. Fitnah akan lebih mudah tersebar.
"Jawab!" Kata Bu Hesti dengan marah sekali. Dia berpikir jika Rio dan Clara habis melakukan hal hal yang aneh aneh, seperti hubungan seksual di usia mereka yang baru saja 17 tahun, dan satu lagi, mereka yang masih berstatus menjadi pelajar. Bukan sebagai suami istri.
"Mmm, perkenalkan Dulu Bu. Saya, Rio Ardi Prasetya. Dari sekolahan internasional Generation. Kebetulan kita, Saya dan Clara adalah teman dekat dari SMP."
Rio memperbaiki posisi duduk nya, dia juga deg deg an bicara dengan guru ini. Ini terlalu asing baginya.
"Mmm... Ayah nya Clara, adalah orang yang kasar sekali Bu. Bahkan setiap malam dia mabuk mabuk an, dan melampiaskan kemarahan nya pada Clara. Nah, video itu... Pasti ibu berpikiran, saya sedang melakukan hal dewasa dengan Clara. Tapi itu bukan seperti itu... Saya mengobati luka memar di perut Clara. Kau boleh tunjukkan Clar?"
Clara mengangguk, lalu dia membuka baju nya sedikit, dan membukakan lengan nya. Ini adalah hal yang benar benar membuat Bu Hesti terkejut.
"Astaga! Apa yang terjadi dengan mu nak?! Kamu... Baik baik saja kan?" Bu Hesti terkejut.
Dia memegang perut Clara yang terasa keras sekali karena lebam dan bengkak itu. Lalu dia memberikan salep dari ruangan UKS.
"Rio, seharusnya kau tak usah cerita hal itu..." Bisik Clara.
"Tak apa. Aku akan terus membela mu." Kata pria ini dengan tersenyum manis. Lihatlah, mereka sangat dekat sekarang, bahkan terasa berbeda sekali dari awal awal bertemu.
Bu Hesti masuk dan mengoleskan salep nya.
"Berapa lama Ayah mu melakukan ini?" Tanya Bu Hesti.
"Dari aku SMP Bu. Tapi, aku tidak apa apa---"
"Jangan berbohong! Kau ingin Bu Hesti membantu mu? Aku akan melaporkan pada pihak polisi--"
"Tidak usah Bu. Terimakasih, saya pikir ayah saya bisa berubah. Hanya perlu waktu untuk itu. Terimakasih Bu atas perhatian nya..."
Bu Hesti mengangguk. Lalu membiarkan Clara dan Rio untuk pergi sekarang. Setelah bersalaman lalu Bu Hesti tersenyum lebar.
"Kalian pacaran yah?! Hahaha... Ayolah, kalian terlihat cocok sekali. Yang satu ganteng, yang satu cantik." Kata Bu Hesti.
"Eh Bu, jangan aneh aneh deh. Kita hanya temenan kok. Iya kan?" Clara menyikut lengan nya Rio.
Rio langsung mengangguk kan kepala nya dan jadinya mereka pergi bersama sekarang. Clara malu sekali, sepanjang dia berjalan di Lobby semua orang meneriaki nya sebagai pelacur ataupun cewek tidak benar. Hanya karena video itu. Astaga... Fitnah jadi lebih mudah di percayai sekarang.
"Kata Randy, kamu tidak kuliah. Apa kamu akan menikah?" Tanya Rio.
"Iya. Seseorang telah melamar ku." Kata Clara.
"Oh ya? Seperti apa dia?" Tanya Rio yang terkejut sekali.
Clara tersenyum sendiri.
"Dia tampan, meski sedikit tengil. Dia juga anak tentara... Wajah tampan dan tubuh kekar nya itu, astaga... Dia seperti tokoh novel." Kata Clara dengan tersenyum senyum sendiri.
"Usia nya berapa?" Tanya Rio.
"Dua puluh tahun." Kata Clara dengan tersenyum lebar.