Clara pulang setengah sembilan malam dia segera masuk ke dalam kamar nya sebelum ayah nya kembali ke rumah ini. Jika ada ayah mu maka itu adalah pertanda buruk baginya. Ayah nya adalah orang yang kasar dan keras bahkan tidak ada kata lembut dalam kamus nya. Semua yang di lakukan oleh ayah nya adalah tindakan kejahatan.
Santi yang tahu jika Clara terlihat ketakutan itu segera memeluk kakaknya dan tidur di pelukan kakaknya. Sayang nya mereka lagi lagi terbangun karena suara amarah dan pecahan gelas dari depan rumah mereka. Itu adalah botol alkohol yang di banting oleh ayah nya Clara.
Ini adalah hal yang paling membuat dirinya takut sebenarnya. Dan ini lah yang membuat dirinya jadi deg deg an setengah mati.
"Kakak tidur saja. Jangan di dengarkan suara itu..." Kata Santi dengan tersenyum menatap Clara.
Clara mengangguk. Terpaksa dia harus melakukan hal ini. Bagiamana juga ayah nya adalah ayah nya dan entah kenapa dia jadi takut khawatir dengan keadaan ayah nya sekarang. Akankah ayah nya baik baik saja? Ayah nya baik baik saja kan?
Dia mengintip sedikit dan menatap tubuh ayah nya yang sudah terbaring di lantai dengan keadaan yang mengenaskan. Tubuh nya penuh dengan luka dan bau badan nya bau alkohol.
"Yah?!! Ya?!!" Teriak Clara namun orang itu tidak mendengarkan nya sekalipun. Terus berbaring tak sadarkan diri.
"Ada apa Clara?!" Tanya Pak RT yang kebetulan baru pulang dari kerja nya juga.
"Sepertinya ayah ku mabuk lagi pak...."
---***---
Clara terbangun dari tidur nya setelah ayah nya marah marah tidak jelas mengeluh kan hidupnya yang gini gini aja, gak ada namanya kebahagiaan yang melekat pada dirinya.
Clara menyuruh Santi untuk pergi dengan teman teman lainnya di rumah kardus.
"Kakak baik baik aja kan disini?" Tanya Santi yang sebenarnya khawatir dengan kakanya itu. Clara mengangguk, meski Santi masih kecil pikiran nya sudah seperti orang dewasa.
"Kakak baik baik aja. Kamu lewat jendela aja yah... Hati hati!"
Santi mengangguk, segera berlari sedangkan Clara menghadap ayah nya yang marah besar itu. Buk! Clara terjatuh setelah perut nya di tendang dengan kasar. Itu tendangan biasa tapi jadi sangat sakit sekali jika yang menendang nya adalah ayah nya sendiri.
"Kau makan enak selama ini?! Kenapa kau tidak membunuh ku?! Astaga! Beban sekali kamu! Ibu mu! Meninggal dan meninggalkan beban anak seperti mu! Sialan..."
Ayah nya mengobrak Abrik isi tas milik Clara dan menemukan amplop hasil kerja Clara. Untung nya uang tang di berikan Rio sudah dia buat untuk bayar hutang dan sisa nya dia tabung di rekening ibu nya.
"Ini! Uang seperti ini kau sembunyikan?! Jangan sembunyi kan jika tidak ingin ku pukul!" Ketus Ayah nya dengan tertawa terbahak bahak, tanpa tau jika anak nya sedang menahan rasa sakit dari tendangan kasar itu.
Clara terdiam dalam keheningan nya dan dia memutuskan untuk segera pergi berangkat ke sekolah. Jam sudah hampir menunjukkan pukul 6 pagi, sedangkan jam sekolah adalah jam 7 pagi.
Dia masuk ke dalam kamar mandi nya, saat dia membuka baju memar warna biru di perut nya benar benar mengerikan sekali. Rasanya seperti baru di tonjok puluhan kali.
"Awh... Sakit sekali..." Kata Clara saat dia menyentuh perut nya, alhasil saat dia mandi dengan air dingin, rasanya seperti makin mati rasa. Tapi dia tidak memikirkan nya sekarang, yang penting dia tidak terlambat sekolah hari ini.
---***---
Jam pelajaran telah berakhir dan kini gadis berusia 17 tahun yang duduk di bangku SMA kelas 2 itupun mengangkat tas nya kepundak dan berjalan di pinggir jalan dengan berharap akan ada angkutan umum yang datang.
Kebetulan di sana dia masuk di salah satu angkutan umum yang ada Rio di sana. Clara jadi bingung bukankah teman nya ini sudah punya sepeda motor? Kenapa dia naik angkot?
Rasanya ingin sekali Clara menyapa Rio tapi dia teringat dengan perkataan nya kemarin yang seperti nya membuat Rio sampai sekarang masih marah.
"Maafkan aku." Ucap nya tiba tiba.
"Tak apa. Lagipula aku juga salah." Balas Clara dengan memainkan jemarinya, dia deg deg an setiap kali mengobrol dengan teman nya. Apalagi di saat punya masalah seperti ini.
Tak lama berselang, telepon milik Rio berdering itu adalah panggilan dari Randy yang katanya sudah bisa pulang.
"Oh ya, aku akan pergi ke rumah mu setelah ini." Ucap Rio.
"Aaa... Ajak Clara... Juga." Kata Randy yang tergagap gagap.
Randy mengangguk setuju dan setelah itu dia menatap Clara yang ada di sebelah nya.
"Mmm... Mau pergi ke rumah nya Randy ngga?" Tanya pria itu dengan memandang Clara penuh harap. Dia ingin jika Randy bangun dalam keadaan senang apalagi jika meteka bertiga kembali berkumpul.
"Ya... Tidak apa apa..." Ucap Clara.
Angkutan umum itu berhenti di jalanan rumah rumah elit. Sisanya, Randy dan Clara harus berjalan di jalanan besar ini. Karena angkutan umum tidak ada akses izin untuk bisa menginjakkan ban nya di jalan itu.
"Apa Randy baik baik saja sekarang?" Yanya Clara, dia berusaha untuk mengusir rasa canggung ini.
"Kemungkinan seperti itu. Apalagi Randy tadi menelepon ku tanpa badmood." Balas Rio.
Clara mengangguk, dia tau akan hal itu. Namun entah kenapa dia tetap tidaj nyaman berada di sebelah nya Rio. Menurutnya inj Sedikit aneh sekali. Bruk.
Suara berdentum itu membuat Clara jadi sakit perut setelah bola sepak melesat ke arah perut nya. Rio Langsung Panin dan membuka baju sekolah Clara sedikit.
Dan yang lebih mengejutkan nya adalah dia menatap luka yang di dapatkan oleh Clara di perut nya itu.
"Hei ini kenapa Clara?! Kamu baik baik saja kan? Apa karena bola ini?!" Tanya Randy dengan sangat ketakutan dan cemas sekali dengan Clara.
Clara menggeleng.
"Karena ayah mu?..." Rio bertanya dengan sedikit curiga dan ragu.
Clara mengangguk.
"Dia jahat kah?"
Clara Mengangkat baju nya, entah ia jahat atau tidak, yang penting dia masih menganggap ayah nya sebagai ayah bukan sebagai penjahat.
Jahat itu pasti ada di seluruh sifat di manusia dalam bumi ini, karena itu meski ayah nya marah berkali kali dia akan terus menganggap ayah nya sebagai keluarga nya.
"Itu parah sekali loh. Aku beliin obat merah dan kapas sama air buat rendam kain nya yah.. nanti biar enakan sedikit tubuh mu."
Clara mengangguk setuju saja, dia tidak tau apa apa tentang alat medis meskibdia susah tebilang cukup lama di dalam rumah sakit ini. Itu membosan nya bahkan dengan penyakit dan luka seperti itu.