Piemento, Italy
"Kau yakin dengan pilihanmu itu, son?" tanya Alger pada putra sulungnya.
"Yes, Dad! Aku sudah lama memikirkannya." Ujar Drystan. Setelah mengantar kepergian Hazel, Drystan mendatangi sang Ayah untuk mengutarakan keinginannya.
"Jika kau memang sudah memikirkannya baik-baik, maka lakukanlah. Daddy tidak akan melarangmu."
"Apa kau sudah mengatakannya dengan Mamma mu?" tanya Alger kemudian,
Drystan menggeleng pelan, "Aku baru mengataknnya pada Daddy."
Alger menggangguk paham, "Apa keputusanmu ini ada hubungannya dengan wanita yang sedang kau cari itu, son?"
Mendengar pertanyaan Ayahnya, Drystan mendesah pelan.
"Ternyata Hazel benar, kau selalu tahu apa yang kami lakukan Dad."
Alger tersenyum, ia tahu putranya ini tidak suka jika dia terlalu ikut campur.
"Daddy hanya tahu kau sedang mencari seorang wanita, tapi aku tidak tahu siapa dan untuk apa kau mencarinya." Ujar Alger mencoba membela diri.
"Dan yang membuat Daddy sedikit terkejut yang kau cari adalah seorang 'wanita' dan bukan seorang 'gadis'?" lanjut Alger dengan menekan kata wanita dan gadis.
"Itu semua tida seperti apa yang Daddy pikirkan, ada hal yang harus kukatakan padanya." Ucap Drystan yang memahami kemana arah pertanyaan Ayahnya.
Alger menaikkan sebelah alisnya, Alger tahu putranya ini buka tipe orang yang perduli terhadap kaum hawa kecuali dengan ibu dan adiknya. Dan itu membuat Alger sedikit penasaran, siapa wanita yang sedang dicari Drystan.
"Jangan coba-coba untuk mencari tahu lebih dalam lagi Dad." Ucap Drystan penuh peringatan, ia tahu betul arti tatapan Ayahnya ini.
"Fine! Daddy akan berhenti sampai sini dan tidak akan mencampuri urusanmu lagi. Lagipula kau sudah besar, Daddy akan mencoba menghargai privasimu." Ucap Alger
"Thank you Dad."
"Tapi ingat, jika kau terlibat masalah dan tidak bisa menyelesaikannya sendiri, kau bisa datang padaku kapan pun kau mau, Daddy akan selalu membantumu, son." Ujar Alger seraya tersenyum hangat.
Drystan tersenyum kecil, "Tentu Dad."
"Baiklah! Masalah Mamma mu dan Hazel, kau harus mengatakannya pada mereka sendiri, son. Aku tidak ingin mereka marah padaku nanti karna tidak melarangmu." Ucap Alger, ia tidak ingin jadi sasaran amarah istri dan anaknya nanti.
Drystan kembali tersenyum melihat tingkah Ayahnya, "No worries Dad. Aku akan berbicara dengan Mamma nanti, dan untuk Hazel.... akan ku katakan saat dia kembali dari Paris."
Alger mengangguk mengerti. Setelah selesai berbicara dengan Alger, Drystan beranjak untuk meninggalkan ruang kerja Alger. Saat Drystan akan membuka pintu, perkataan Alger menghentikan langkahnya.
"Aku mengizinkanmu memasuki Dunia yang kau inginkan, itu bukan berarti kau bisa bertindak sesuka hati. Aku akan tetap mengawasimu." Ujar Alger penuh tekanan dan peringatan.
"Aku mengerti Dad." Jawab Drystan tanpa menoleh, ia lalu keluar dari ruang kerja Alger. Alger menatap kepergian putranya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah ini keputusan yang benar atau tidak, untuk sekarang Alger hanya akan mengawasi Drystan dari dari jauh.
"Masih belum ada kemajuan?" Tanya Drystan dengan nada rendah,
Pria dengan setelan serba hitam itu menunduk dalam, "Belum Tuan." Ucapnya dengan suara yang sedikit bergetar.
Rahang Drystan mengeras, bukan jawaban seperti itu yang dia inginkan. "Keluar." Ucap Drystan dingin.
Semua anak buahnya mengatakan hal yang sama. Drystan mengerang kesal, "SHIT!"
Sudah hampir tiga bulan ia mencari keberadaan wanita itu, tapi hasilnya tetap nihil. Drystan lalu mengambil ponsel yang ada disaku coatnya, ia mencoba menghubungi seseorang. Tidak butuh waktu lama, seseorang diseberang telepon sudah menjawab panggilannya.
"Bagaimana?" tanya Drystan to the point.
"Bukankah ini keterlaluan? Kau bahkan tidak menanyakan kabarku terlebih dulu?" Ucap seorang pemuda diseberang telepon.
Drystan mulai kesal, jika bukan karna butuh ia malas menhubungi temannya ini dengan segala macam tingkahnya.
"Just answer my question, Mike." Ucap Drystan dingin, ia tidak ada waktu untuk meladeni pemuda bernama Mike itu sekarang.
Michael Christopher Lutz, atau yang lebih akrab dipanggil Mike merupakan pemuda tampan berdarah campuran Swiss-Spanyol. Mike bertemu pertama kali dengan Drystan di sekolah internasional yang berada di Swiss, entah bagaimana pertememanan mereka terjalin begitu saja. Walaupun Drystan sudah berulangkali mengusirnya, Mike tetap mengikuti Drystan. Mungkin itu sebabnya pertemanan mereka bisa bertahan, karna Mike tidak pernah mengambil pusing sikap dingin Dyrstan kepadanya.
"Padahal akan lebih baik jika kau bersikap lebih manis, Drys." Ujar Mike dengan nada menggoda, ia yakin Drystan sudah sangat kesal disana.
"Mike!" ucap Dystan penuh tekanan,
"Hahaha... easy Dude, easy! Akan kukatakan." Ujar Mike, Drystan tidak menjawab. Ia menunggu Mike kembali berbicara,
"Kau tiba-tiba menghubungiku dan memintaku mencari seseorang, wanita pula. Jangan bilang kalau seleramu..." Mike tidak melanjutkan perkataanya, mengingat Drystan selalu mengabaikan semua gadis disekolahnya dulu dan sekarang malah mencari seoarang wanita yang sudah berumur membuat pikiran Mike berkelana entah kemana.
Drystan mengerang kesal, "Hentikan pikiran tidak masuk akalmu itu sialan! Cepat katakan hasilnya jika kau masih ingin melihat matahari terbit besok." Ucap Drystan dengan nada mengancam, salah besar ia meminta bantuan temannya yang sudah gila ini.
Sedangkan diseberang sana, Mike tertawa puas karna telah berhasil membuat Drystan merasa kesal.
"Kau tahu sangat sulit mencari seseorang hanya berbekalkan lukisan, belum ada alat untuk mendeteksi wajah seseorang melalui lukisan." Terang Mike,
Drystan mengangkat alisnya, "Jadi intinya kau tidak menemukan apapun?" tanya Drystan tidak sabar,
"Aku belum selesai bicara, sabar dikit napa." Kesal Mike
"Oke, lalu?"
"Aku sudah mengecek data dari setiap wanita dari seluruh dunia, dan hanya ada satu orang yang terlihat sangat mirip dengan lukisanmu." Ucap Mike serius,
Tanpa sadar Drystan tersenyum lega, "Lalu dimana 'dia'?"
"Rusia." Jawab Mike cepat,
"Rusia?" Gumam Drystan pelan, tapi masih bisa didengar oleh Mike.
"Yep! Gimana? Hebatkan? Aku bisa nemuin orang yang bahkan agen CIA belum tentu bisa temui." Ucap Mike bangga.
"What about her name?" tanya Drystan lagi,
"Nah, itu dia masalahnya. Aku gak bisa nemuin data lain selain fotonya. Itupun cuman ada satu foto." Jelas Mike,
"Maksudnya data wanita itu sengaja dihapus?" tanya Drystan lagi,
"I think so. Apa mungkin dia mata-mata atau teroris?" Mike serius dengan pertanyaannya kali ini, karna sangat mustahil data warga biasa dihapus jika bukan karna perintah dari orang dengan kekuasaan yang cukup tinggi.
"Oke, thank's. Aku akan segera mengirimnya sesuai perjanjian awal kita." Ucap Drystan tanpa menghiraukan perkataan Mike.
Belum sempat Mike menjawab Drystan sudah memutusakan panggilan secara sepihak, mengabaikan Mike yang menggerutu kesal disana.
Drystan kembali menghubungi seseorang, kali ini panggialnnya cukup lama dijawab. Ia sampai harus menelpon sebanyak tiga kali,
"Hi Uncle, apa kabar? Мне нужна ваша помощь."