Vladivostok, Rusia
'Aku sudah menuduh Tante Oleandra sebagai pembunuh Ibuku, kenapa kau tidak pernah mempertanyakan hal itu?'
Sudah lama Varsha ingin menanyakannya, tapi ia belum menemukan waktu yang tepat dan sekaranglah saatnya.
Xean sedikit terkejut dengan pertanyaan Varsha, ia sama sekali tidak menyangka jika Varsha akan bertanya seperti itu. Xean tidak langsung menjawab. Ia tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya menatap danau dan memejamkan matanya sesaat seperti sedang mengenang sesuatu.
Varsha mengerutkan dahinya, merasa bingung dengan tingkah Xean.
"Vy, kau ingat? Dulu kita sangat sering bermain disekitar sini. Kau, Aku dan Tante Ainsley." Xean mulai mengenang masa kecil mereka, hari dimana ia sangat bahagia bermain dan membuat Varsha menangis karna kesal. Mengingat hal itu, membuat Xean tertawa kecil.
Varsha hanya diam, tidak merespon apapun. Tapi ia juga mulai mengingat masa kecil mereka.
"Kau sangat menggemaskan saat menangis karna kesal aku menggunting layanganmu, kau ingat?" Xean menatap Varsha,
Ah, hari itu! Varsha ingat, saat itu usia Varsha baru menginjak enam tahun sedangkan Xean sudah berusia sebelas tahun.
Saat itu, Xean dan Varsha sedang menemani Ainsley merawat tanaman disekitar danau. Mereka bermain layangan untuk menghilangkan rasa bosan, saat melihat Varsha sangat serius menerbangkan layangannya agar tetap terbang tinggi membuat Xean ingin menjahili Varsha.
Diam-diam Xean mengambil gunting, dan memotong benang layangan Varsha sehingga membuat layangan Varsha melayang-layang diudara dan akhirnya mendarat ditengah danau.
Varsha yang kesal lalu memukuli Xean dan menangis, Ainsley datang untuk menenangkan Varsha, barulah Varsha kecil berhenti memukuli Xean, tapi tetap menangis saat melihat layangannya mengambang ditengah danau.
Setelah hari itu, Varsha mengabaikan Xean selama dua hari saking kesalnya. Sejak saat itu Xean selalu berpikir dua kali jika ingin menjahili Varsha.
"Kau benar-benar menyeramkan saat marah Vy." Ucap Xean dengan tertawa kecil.
"Kau tahu? Kata orang, seseorang tidak bisa mengingat kenangannya saat ia masih kecil. Tapi entah kenapa aku selalu mengingat semua kenangan yang kita lewati bersama. Tanpa terkecuali." Xean kembali menatap Varsha dengan tatapan hangatnya, lalu menggengam tangan gadis itu lagi.
Xean menatap tangan Varsha lalu tersenyum, "Aku bahkan masih ingat saat pertama kali menggenggam tangan ini. Tangan mungil yang hanya mampu mengenggam satu jariku dengan lemah."
Varsha menatap Xean dalam. Xean kembali menatap Varsha, sehingga pandangan mereka bertemu.
Xean tersenyum, "Aku juga ingat, saat mata kecil yang bulat ini membuka mata untuk pertama kalinya. Melihat dunia untuk pertama kalinya. Saat itu, aku benar-benar takjub melihat matamu yang memandang sekitar tanpa beban sama sekali, dan tertawa lepas seperti bayi pada umumnya."
"Saat melihatmu tertawa, tersenyum, aku merasa bahagia. Aku jadi ingin melindungi senyum dan tawamu itu agar selalu menghiasi wajahmu, Vy." Ucap Xean seraya kembali menatap danau.
"Perasaan ingin melindungi semakin besar setiap aku melihat prosesmu tembuh. Mulai dari merangkak, berjalan, berbicara, aku tidak pernah melewatkannya." Lanjutnya dengan senyuman yang tidak lepas dari wajahnya.
"Aku marah dan kesal saat Daddy mengirimku untuk belajar ke Swiss, yang artinya aku tidak bisa melihat perkembanganmu selama aku disana. Tapi aku juga tidak bisa menolak keinginan Daddy. Aku belum punya cukup kekuatan untuk melawannya, bahkan sekarang pun masih begitu." Ucap Xean pelan.
Varsha melihat raut wajah Xean yang sedikit berubah, sedih? Marah? Kecewa? Entahlah, Varsha juga tidak tahu arti raut wajah pemuda itu sekarang.
"Dulu, keinginan terbesarku adalah melindungi tawa dan senyummu agar tidak hilang. Tapi saat aku kembali, aku tahu, aku telah gagal." Ucap Xean lirih, Varsha kembali memfokuskan dirinya kepada pemuda itu, sekarang Xean menatap Varsha dengan tatapan sendu.
Xean mendesah pelan, "Tadi kau bertanya kenapa aku tidak membencimu padahal kau sudah menuduh Ibuku kan?" tanya Xean, ia menatap tepat dimata Varsha.
"Karna aku percaya padamu, Vy. Aku sangat mengenalmu. Aku tahu kau bukan gadis bodoh yang akan asal berbicara. Tapi aku masih berharap, bahwa apa yang kau dengar atau apa yang kau lihat mengenai kematian Tante Ainsley hanyalah sebuah kesalahpahaman belaka."
Mendengar perkataan Xean, Varsha mengambil tabletnya dan kembali menulis sesuatu disana, 'kenapa kau tidak pernah bertanya darimana aku tahu bahwa Tante Oleandra membunuh Ibuku?'
Xean membaca tulisan Varsha, ia diam sesaat.
"Jika aku bertanya, apa kau akan memberitahuku?"
Varsha diam, tidak tahu harus menjawab apa.
"Aku masih berharap, Mommy bukan seorang pembunuh." Gumam Xean pelan, tapi itu masih bisa didengar baik oleh Varsha.
'Masih? Apa maksudnya?' tanya Varsha dalam hati
"Mungkin permintaanku ini terdengar sedikit egois, tapi Vy, jika memang... jika memang Ibuku adalah pembunuh Tante Ainsley, bisakah kau memaafkannya? Bukan berarti ia tidak dihukum, tidak. Bagaimana pun juga, jika memang benar ibuku melakukannya ia harus bertanggung jawab atas apa yang sudah diperbuatnya."
"Aku hanya tidak ingin kau menjadi gadis pendendam, karna jika kau begitu, kau tidak akan pernah bisa bahagia, Vy." Ucap Xean lembut,
"Dan aku ingin mengembalikan apa yang sudah hilang, yaitu tawamu. Membuatmu tersenyum bahagia seperti dulu adalah prioritasku sekarang. Meskipun aku tahu itu sulit, karna kebahagiaanmu adalah Tante Ainsley."
"Untuk sekarang, mari kita lupakan dulu masalah ini. Saat aku sudah lebih besar dan sudah punya kekuatan yang cukup, aku janji, aku akan mencoba membuka lagi kasus Tante Ainsley dan kita pecahkan bersama." Ucap Xean
"Meskipun dia Ibuku, tapi jika nanti dia terbukti bersalah aku sendiri yang akan membawanya ke polisi. Jadi, bisakah kau mempercayaiku, hm?" Xean menatap Varsha dalam
'Maaf Vy, tapi aku harus melindungi kalian berdua. Kau dan Mommy sama pentingnya bagiku.' Lirih Xean dalam hati
Varsha tidak menjawab apapun, ia mengalihkan pandangannya. Ada setitik rasa bersalah dalam hati Varsha, melihat Xean yang begitu tulus menyayanginya.
'Sorry Xean, but i can't. Karna aku sendiri yang akan menghukum Tante Oleandra.' Batin Varsha.
"Vy, apa kau akan membenciku jika Ibuku terbukti bersalah nanti?" Tanya Xean tanpa menatap Varsha, pandangannya lurus kedepan.
'Apa maksudmu? Kau tidak melakukan kejahatan, kenapa aku harus membencimu.' Tulis Varsha ditabletnya,
Xean membacanya dan tersenyum lega, "Syukurlah kalau begitu."
'Kau salah Vy, aku jahat karna menyembunyikan kebenaranny darimu.' Lirih Xean dalam hati,
"Apa pun yang terjadi nanti, bernjanjilah bahwa kau tidak akan membenciku Vy." Ucap Xean pelan, ia kembali menatap Varsha, dengan tatapan yang sulit diartikan.
Varsha bingung dengan tingkah Xean sekarang, tapi ia tetap mengangguk pelan sebagai jawaban. Xean yang melihat itu tersenyum senang dan memeluk Varsha.
"Thank you my little sister."
Varsha sedikit terkejut, tapi tak ayal ia membalas pelukan Xean dan tersenyum kecil.