Varsha memijit pangkal hidungnya, ia lelah. Baru seminggu yang lalu dia mengetahui fakta tentang kakeknya, dan sekarang dia dikejutkan dengan orang yang mengaku sebagai pamannya yang menyamar menjadi guru privat. Oh, jangan lupakan tentang neneknya, pria ini dikirim langsung oleh 'neneknya' untuk menjaga Varsha didalam kediaman Koch, dengan alasan Uncle Sam-nya tidak bisa selalu masuk kerumah ini.
Dan fakta lain yang dia dapatkan hari ini , pria tua yang mengaku sebagai kakeknya itu bukan orang sembarang. Yah, Varsha sudah menyadari hal itu sebelumnya, melihat orang itu sangat mudah memberikan sebuah perusahaan untuknya. Tapi Varsha tidak menyangka pengaruh ' Sang Kakek' sebesar itu.
Sial. Varsha belum mau mengakui orang tua itu sebagai kakeknya. Dan dia sekarang harus mengahadapi pria yang mengaku sebagai pamannya, apa nanti dia juga harus bertemu dengan orang yang mengaku sebagai neneknya? pikir gadis itu.
Damn! rutuk Varsha dalam hati. Jadi ini alasan Uncle Sam menyuruhnya berpura-pura bodoh. Agar James bisa melamar sebagai guru privatnya dan menggantikan Ms.Blair.
"Kenapa kau sudah terlihat lelah? Ini bahkan belum dimulai." Ujar James dengan nada mengejek saat melihat Varsha.
James tertawa mengejek, "Kau harus menyiapkan mental dan fisikmu lebih dari ini. Karna akan ada banyak hal baru yang akan membuatmu semakin lelah nanti." Varsa menatap malas James, pria ini terlihat menyebalkan, pikirnya.
"Ah, aku hampir saja lupa." James seperti ingat sesuatu. Ia lalu berjalan pelan kearah Varsha yang sedang duduk dikursi yang berada didekat rak buku.
Varsha menatap waspada pria yang sedang mencoba mendekatinya ini, bagaimana pun juga dia masih belum percaya dengan James.
James tersenyum geli melihat reaksi Varsha yang masih waspada terhadapnya, "Tenanglah, aku hanya ingin mengambil ini." ucapnya seraya mengambil earphone yang berada diatas meja. Itu earphone yang diambil Varsha dari telinganya tadi.
James mengeluarkan ponsel yang berada di saku celananya, lalu ia menghubungi seseorang.
"Hallo Aunty." sapa James pada orang yang ada diseberang telepon.
"Apa kau sudah bertemu dengannya James? Bagaimana dia? Apa dia baik-baik saja?" tanya wanita itu bertubi, dengan nada khawatir yang kentara.
"Woah! Tenang Aunty, tenang. Aku akan menjawab semua pertanyaanmu. Yes, i met her. Dia gadis yang menarik Aunty, kupikir kau harus segera bertemu dengannya." Ucap James dengan tersenyum geli, ia melirik Varsha yang sedang menatap bingung kearahnya.
Terdengar helaan napas diseberang sana, "Syukurlah." ucap wanita itu.
"Dan di baik-baik saja Aunty, kau tidak perlu khawatir. Sepertinya James merawat gadis ini dengan baik. Dia bahkan sudah lihai bermain pisau." James masih mengingat, betapa mengerikannya gadis ini tadi.
Varsha memutar bola matanya malas, lalu melanjutkan membaca buku yang sedang dibacanya tadi. Dia sama sekali tidak tertarik untuk mendengar obrolan James, toh itu bukan urusannya, pikirnya.
Varsha akan membalik halaman bukunya, saat tangan James menyodorkan sepasang earphone padanya. Varsha menatap James dengan bingung, pria itu tersenyum simpul. "She's wanna talk to you." ucapnya pelan.
Varsha mengerut dahinya dalam, "Who?" tanya Varsha,
James mendesah, lalu memasang earphone itu ke telinga Varsha. " You will know ." ujar James pelan
"Hallo?" ucap seorang wanita
"Ya?" jawab Varsha pelan.
"Oh tuhan! Akhirnya aku bisa berbicara denganmu sayang." suara lembut wanita itu entah mengapa menghangatkan hati Varsha,
"Maaf, tapi Anda siapa?" Tanya Varsha sopan
"Oh maaf karna aku tidak memperkenalkan diriku terlebih dahulu sayang. Aku Veronica, ibu dari mendiang ibumu." ujar Veronica lembut,
"So, you are my grandma?"
"Iya sayang, I'm your grandma." ucap Veronica, ia merasa sangat senang karna bisa berbicara dengan cucunya.
Perasaan senang itu tidak bertahan lama, karna apa yang dikatakan Varsha membuat hati Veronica terasa perih.
"Apa kalian semua gila? Kalian menganggapku sebagai lelucon kalian, ha? Kenapa baru sekarang kalian muncul, dan mengaku sebagai keluargaku? Apa karna sekarang aku terlihat menyedihkan? Karna aku tidak memiliki siapa pun lagi disisiku?" Varsha tidak bisa lagi menahan amarahnya, ia merasa dipermainkan. Suara wanita yang sedang berbicara dengannya juga sedikit mirip dengan suara Ibunya, itu membuat dia merasa frustasi.
Veronica menggeleng pelan, walaupun ia tahu Varsha tidak melihatnya. "Tidak sayang, bukan begitu. Ibumu tidak ingin identitasnya terungkap. Itu sebabnya kami hanya bisa memperhatikanmu dari jauh." ucap Veronica lirih, suaranya bergetar, seperti orang yang sedang menangis.
"Varsha, pulanglah sayang. Kami semua menunggu kedatanganmu." Lanjutnya lagi.
Varsha terkekeh hambar, "Pulang? Pulang kemana maksud Anda Nyonya?" Tanya Varsha dingin
"Tentu saja kerumah tempat dimana kakek dan nenekmu berada sayang." ucap Veronica, disela isakan tangisnya
"Kakek dan nenek yang bahkan tidak kuketahui wujudnya? Ah, tidak. Aku sudah melihat wujud orang yang mengaku sebagai kakekku, walaupun secara tidak langsung." ujar Varsha acuh
"Aku akan pergi kesana menjemputmu, kita bisa bertemu saat itu." Seru Veronica senang, ia pikir Varsha ingin ia menjemputnya.
"Tidak perlu. Tetaplah bertindak seolah-olah kalian bukan keluarga Ibuku. Lagipula, rumah yang kau sebut itu bukan tempatku, bahkan rumah yang kupijak saat ini pun bukan tempatku. Jadi Anda tidak perlu repot-repot menyuruhku untuk pulang Nyonya." ucap Varsha dingin
"Sayang jangan begini, maafkan aku. Pulanglah, aku akan membalas kematian ibumu, kau tidak perlu mengotori tanganmu sayang." lirih Veronica, ia merasa sangat sedih melihat cucunya yang begitu dingin terhadapnya.
"Aku sama sekali tidak tertarik dengan apa yang akan kalian lakukan, karna aku akan melakukannya sendiri. Dia Ibuku, aku akan melakukan apapun untuknya." setelah berkata seperti itu Varsha melepas earphone nya dan melangkah keluar.
James mencekal tangan Varsha, menatap Varsha dengan tatapan kecewa. Ia kecewa karna Varsha begitu dingin kepada Veronica.
"Bukankah kau sedikit keterlaluan, Ms.Koch?" Tanya James, Varsha menghempas tangan James, menatap pria itu tanpa ekspresi lalu kembali melanjutkan langkahnya.
"Urus saja urusanmu sendiri." ucap Varsha tanpa menatap James. James hanya bisa menatap nanar punggung Varsha, dia baru bertemu dengan Varsha, tapi dia tahu bahwa Varsha adalah gadis yang kuat. James hanya tidak menyangka, gadis itu akan bersikap dingin dengan neneknya sendiri.
Varsha menghempaskan tubuhnya diranjang queen size miliknya. Menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Varsha memijit dahinya pelan, ia merasa pusing.
'Mom, I'm tired.' lirih Varsha dalam hati, bukan hanya fisiknya yang lelah. Ia merasa mentalnya juga lelah, lelah dengan segala fakta yang baru ia ketahui. Saat ia baru saja akan memejamkan mata, suara notifikasi diponselnya membuat Varsha mengurungkan niatnya.
TING! new message from Xean
Varsha tersenyum kecil, Xean mengiriminya pesan dan sebuah foto.
'Vy look! Mereka menghidangkan paskha, padahal sekarang bukan hari paskah. Tapi ini rasanya sangat enak Vy, kau harus mencobanya.' tulis Xean dengan emoji tertawa,
Varsha tersenyum geli melihat pesan Xean, pemuda itu mengirimnya sebuah foto dessert bernama paskha khas Rusia. Paskha memiliki rasa yang hampir mirip dengan cheese cake, hanya saja paskha biasanya berbentuk piramida. Paskha biasanya dihidangkan saat hari paskah, itu sebabnya Xean merasa lucu saat dessert itu dihidangkan untuknya padahal sekarang bukan hari paskah.
'Aku akan mencobanya nanti, makanlah dengan baik Xean.' tulis Varsha, ia pun lalu mengirim pesan itu.
Varsha meletakkan ponselnya, matanya terasa berat. Ia butuh tidur, hari ini terlalu banyak hal baru, pikirnya.