Auckland, New Zealand
"Dad, bukankah terlalu berbahaya membiarkan anak itu melakukannya?" tanya seorang pria,
"Dia memiliki tekad yang kuat, mana mungkin aku tidak mengabulkan keinginannya itu." jawab pria tua yang dipanggil Daddy itu,
"Tapi itu terlalu berbahaya Dad, apalagi untuk anak sekecil dia." ujar pria itu, menimpali ucapan Daddy-nya.
"Maka dari itu aku mengutus Sam untuk mendidiknya." balas
"Sam bahkan tidak mampu menjaga adikku, apa yang membuatmu berpikir bahwa Sam mampu menjaga keponakanku, Dad?" imbuh pria itu dengan nada tidak suka,
"Jaga bicaramu Rafael. Kematian Ainsley, tidak ada hubungannya dengan Samuel. Karna itu semua salahku dari awal." Ujar Albert, tersirat kesedihan disetiap perkatannya.
Kehadiran seorang wanita yang sudah tidak muda lagi, berjalan dengan anggunnya memasuki ruang kerja Albert.
"Jika kau sudah tahu itu kesalahanmu, seharusnya kau tidak melibatkan cucuku, yang bahkan belum pernah kutemui secara langsung." Suara wanita itu mengintrupsi perbincangan antara ayah dan anak yang berada disana.
"Veronica," gumam Albert pelan, tidak menyangka bahwa istrinya datang keruang kerjanya. Veronica merupakan wanita anggun berpendidikan tinggi, ia adalah ibu Ainsley.
"Dan kau juga Rafael, aku sudah menyuruhmu untuk menghancurkan keluarga Koch serta jalang yang sudah membunuh putriku, dan mengambil hak asuk gadis itu, kenapa kau tidak melakukannya?" tanya Veronica, ia menatap pria bernama Rafael itu dengan tatapan menuntut jawaban.
"Itu... Daddy bilang, Daddy yang akan mengurusnya." cicit Rafael, jika dulu dia bisa berbicara santai dengan ibunya. Tapi sekarang berbeda, Ibunya seperti menjadi orang lain semenjak kematian adik bungsunya, Ainsley.
Veronica sudah mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan putri bungsunya itu, tapi hasilnya nihil. Veronica bahkan sudah menyiksa beberapa orang Oleandra yang ditahan atas perintahnya, dan tetap saja dia tidak mendapatkan hasil apapun. Orang-orang itu terlalu setia dengan majikan jalang mereka, sehingga mereka rela mati. Pikirnya.
Veronica menatap dingin suaminya, "Apa kematian putriku belum cukup bagimu? Apa kau samapi harus mengorbankan cucuku juga? Sebenarnya apa yang kau inginkan, Albert?" ujar Veronica dengan nada yang tidak bersahabat.
Tatapan dingin yang diberikan Veronica untuknya, sebenarnya membuat hati Albert sangat perih. Mata itu tidak pernah menatapnya seperti itu sebelumnya. Tapi Albert sadar, dia pantas menerimanya. Jika saja dulu dia tidak menjodohkan Ainsley, putri bungsunya, maka ini semua tidak akan terjadi. Ainsley tidak akan mati, dan Veronica istrinya akan masih menatapnya dengan tatapan hangat dan teduh yang selama ini wanita itu berikan. Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur, menyesal pun tidak akan ada gunanya, pikirnya.
Perkataan Veronica menyadarkan Albert dari pikirannya sendiri, "Aku akan membawa cucuku bagaimana pun caranya. Suka atau tidak, keputusanku sudah bulat." Ucap Veronica dingin,
Albert tersenyum miring mendengar ucapan wanitanya, "Tentu aku sangat suka jika gadis itu bergabung dengan kita, sayang. Tapi, jika dia mau." ucap Albert,
Veronica menautkan alisnya bingung, "Apa maksudmu?"
"Aku sudah membuat kesepakatan dengan cucu kita tersayang, dia tidak akan bergabung dengan kita sebelum dia membuktikan bahwa dia pantas." mendengar itu Veronica melangkah pelan, dan berhenti tepat dihadapan suaminya.
PLAK...
Rafael terkejut dengan apa yang baru saja dilihatnya. Ibunya menampar sang Ayah dengan sangat kuat. Albert mengusap pipinya, terasa panas dan perih, ini pertama kalinya Veronica menamparnya.
"Atas dasar apa kau melakukan itu? Apa hakmu?" tanya Veronica dingin.
"Tentu saja karna aku kakeknya, Veronica."
Veronica menutup mata, mendesah pelan untuk menetralkan emosinya.
"Jika sampai terjadi sesuatu pada anak itu, tidak! Jika sampai ia terluka seujung kuku saja, jangan harap kau bisa bertemu dengan kami lagi, Albert. Karna aku akan membawanya ketempat yang tidak akan pernah bisa kau temui." ujar Veronica dingin.
Setelah berkata seperti itu, dia berjalan keluar meninggal putra dan suaminya.
'Maafkan aku sayang, aku hanya tidak ingin gadis itu tumbuh menjadi gadis yang lemah seperti Ibunya. Memanjakan Ainsley hanya karna dia seorang perempuan, merupakan kesalahan terbesarku yang pertama, sehingga dia tidak mampu untuk melindungi dirinya sendiri. Cucuku harus menjadi gadis yang kuat, agar bisa melindungi dirinya dan orang-orang yang dia sayangi kelak. Melindungi apa yang seharusnya menjadi miliknya. Meskipun aku harus mendidiknya dengan sangat keras.' batin Albert, sambil menatap punggung kecil istrinya yang menjauh.
***********
Vladivostok, Rusia
Varsha berniat untuk menghabisi James dengan cepat,dan memanggil Samuel untuk membereskannya. Tapi niatnya terhenti saat mendengar penuturan James, tubuhnya menegang setelah mendengar apa yang James katakan.
"What do you mean?" tanya Varsha yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar,
"Wah, kau akhirnya berbicara juga Nona. Apa setelah bisa berbicara kau menjadi tuli?" Ucap James dengan nada menggoda,
"Jawab pertanyaanku! Apa maksudmu tadi? You're my uncle?" ulang Varsha, fakta apalagi ini.
"Well, bukan paman kandung. Aku adik sepupu ibumu." jawab James,
James melirik pisau yang berada ditangan Varsha, pisau yang hampir saja menancap dijantungnya. "Sepertinya Samuel mengajarimu dengan baik."
"Kau juga mengenal Uncle Sam?" tanya gadis itu lagi tanpa menghiraukan perkataan James.
James tertawa kecil, "Kau pikir bagaimana caranya aku bisa ada disini, Nona Muda?"
"Lalu apa pria tua itu yang mengirimmu?" tanya Varsha,
Alis James tertaut bingung, "Pria tua siapa yang kau maksud?"
"Pria tua yang mengaku sebagai kakek ku." jawab Varsha sedikit kesal,
James tergelak, baru kali ini ada orang yang mengatai pamannya yang hebat itu sebagai pria tua. "Uncle Albert maksudmu?"
"Oh namanya Albert." ucap Varsha
"WHAT? Kau bahkan tidak tahu namanya?" tanya James penasaran
Varsha menggelengkan kepalanya, "Samuel tidak memberitahumu?" lagi, James kembali bertanya. Dan Vrasha kembali menggeleng sebagai jawaban.
"Bagaimana dengan nama keluaraganya? Kau juga tidak tahu?" James semakin penasaran, sejauh mana pengetahuan gadis ini tentang keluarga ibunya.
Varsha memutar jengah bola matanya, "Menurutmu?" ketusnya yang sudah mulai kesal.
"Berarti kau juga tidak tahu seberapa besar pengaruh keluarga ibumu?" James kembali bertanya, untuk memastikan.
Varsha mengedikkan bahunya acuh, "Aku hanya tahu dia mampu untuk menghancurkan perusahaan Ayahku dalam sekejap." jawabnya tidak minat.
"Bahkan lebih dari itu. Jika ingin, kakekmu itu mampu menciptkan krisis moneter diseluruh penjuru negri." Ungkap James seberapa besar pengaruh yang dimiliki Albert, dia tidak melebih-lebihkan kekuatan yang dimiliki pamannya itu. Karna itulah faktanya.
Varsha mengangkat sebelah alisnya, "Sebesar itu?" tanya Varsah sedikit tidak percaya,
James mengangguk cepat, "Jadi benar dia yang mengirimmu kesini?" Varsha mengulang pertanyaannya.
"Oh bukan. Bukan Uncle yang mengirimku kemari." jawab James santai,
"Lalu?" tanya Varsha menaikan sebelah alisnya,
"Ibunya Ibumu yang mengirimku kemari."
"Ibunya Ibuku?" ulang Varsha bingung.
"Yap." jawab James cepat,
"Kalau begitu dia..."
"Yes, you're right. She's your grandmother." ucap James cepat, yang sudah menebak apa yang akan Varsha katakan.