Piemento, Italy
Sudah seminggu sejak kejadian faux design saat acara CFDA Award terjadi.
Setelah kejadian itu keberadaan Valarie bak hilang ditelan bumi. Hilang tanpa jejak. Kabar yang beredar Valarie dibebaskan oleh Ayahnya dan ikut pulang ke Jerman.
Tetapi tidak ada satupun media yang berhasil menemukan kebenaran dari kabar tersebut. Tapi satu hal yang pasti, agensi yang menaungi gadis itu sudah mengumumkan bahwa mereka sudah tidak memiliki hubungan kerja sama lagi dengan Valarie. Pemutusan kontrak secara sepihak.
"Kau sudah berjanji untuk mengosongkan jadwalmu sebulan kedepan Hazel." Ucap Drystan kesal
"Maaf Zael, tapi kau tahu kesempatan seperti ini tidak datang dua kali. Jadi aku tidak boleh menyia-nyiakannya." Sudah dari pagi perdebatan kakak-beradik itu terjadi. Pasalnya hanya karna Hazel menerima tawaran dari Alexa Anderson untuk melakukan fashion week yang akan diadakan di Paris minggu ini.
Drystan sudah mengatakan tidak dengan jelas dan tegas, tapi Hazel dengan mata berbinar senang malah menyetujuinya tanpa berpikir dua kali. Yang membuat Drystan kesal, Hazel kembali mengingkari janjinya.
"Aku bisa membuat seribu kesempatan datang padamu." Ucap Drystan enteng
"Oh c'mon Zael, you know well i didn't like it!" ucap Hazel gemas.
Kakaknya ini selalu memudahkan segala sesuatu, seakan-akan semua akan tunduk dibawah kuasanya. Yah walaupun memang benar, tapi tetap saja Hazel tidak menyukai cara seeprti itu. Hazel sangat menikmati setiap proses yang dilaluinya.
"Ayolah Zael, ini tidak akan lama. Just one week, i'm promise." Ucap Hazel tepat didepan wajah Drystan.
Gadis itu menyatukan tangannya dan menatap Drystan dengan puppy eyes-nya. Berharap Drystan akan luluh dan membiarkannya pergi. Drystan memutar bola matanya malas, ia lalu menjauhkan wajah Hazel dengan menoyor dahi Hazel pelan.
"Jangan berjanji jika kau tidak bisa menepatinya." Ucap Drystan pelan, ia lalu berjalan mendekati ranjang queen size milik Hazel yang terdapat beberapa pasang pakaian yang akan dibawa gadis itu.
Hazel menundukkan kepalanya dalam, ia merasa bersalah.
"Jika kau tidak kembali dalam seminggu, Aku benar-benar akan menyusulmu!" Ujar Drystan tanpa menoleh kearah Hazel.
Mendengar hal itu Hazel merasa senang, itu berarti Drystan sudah mengizinkannya untuk pergi.
"Apakah ini pakaian yang akan kau bawa?" tanya Drystan, tangannya sibuk membolak-balikan pakaian Hazel.
'Dia mulai lagi.' Gumam Hazel dalam hati, setelah ini pasti Drystan akan melarangnya membawa beberapa pakaian yang sudah Hazel pilih.
"Kau seperti orang susah Hazel. Kenapa pakaianmu kekurangan bahan semua!" Geram Drystan, bagaimana tidak? Kebanyakan pakaian adiknya ini sangant seksi. Drystan yakin, saat Hazel memakainya, lekukan tubuh gadis itu akan tercetak jelas. Dan akan mengundang pria untuk menggodanya. Membayangkannya saja sudah membuat Drystan kesal.
'Sial! Pakaian-pakaian ini lebih parah dari gaun Hazel yang kubakar kemarin.' Rutuk Drsytan dalam hati. Setelah ini, ingatkan dia untuk membongkar isi walk in closet Hazel.
"Zael itu namanya style, kau tahu aku bekerja untuk itu." Ujar hazel pelan, takut akan membuat Drstan marah.
"Dengan memamerkan lekukan tubuhmu?! Begitu, hm?" ucap Drstan dengan nada rendah.
DEG....
'Mampus aku' Hazel memijat dahinya pelan, ia tahu jika Drystan sudah berbicara dengan nada rendah dan dingin seperti itu. That's mean, pemuda dihadapannya ini sudah marah.
Hazel mendesah pelan, "Fine! Kau bisa pilihkan pakaian mana yang harus kubawa, dan menurutmu itu tertutup." Putus Hazel akhirnya. Daripada mereka memperdebatkan masalah yang tidak tahu kapan selesainya. Lebih baik ia membiarkan Drystan yang memilihkan pakaian untuknya.
***********
Vladivostok, Rusia
"Daddy sudah menyiapkan semuanya, siapkan barang-barangmu. Besok pagi kau berangkat." Ucap Reagan kepada Xean, saat ini mereka sedang makan malam. Ada Varsha dan Oleandra juga disana.
Jika bukan karena dipaksa oleh Xean, Varsha lebih memilih makan dikamarnya.
"Baik Dad." Jawab Xean pelan.
"Hmm... tapi Dad, bagaimana dengan sekolah Vy? Dia sudah cukup lama libur." Xean benar, Varsha belum memasuki sekolahnya lagi sejak Ibunya meninggal. Dan kejadian setelah itu, membuatnya harus istrahat sampai sembuh.
"Daddy akan memanggilkan guru private untuknya. Dia akan homeschooling mulai sekarang." Ucap Reagan tanpa mempertanyakan pendapat Varsha.
"Keputusan yang bagus sayang. Jadi Varsha tetap mendapatkan pendidikannya." Ujar Oleandra
Xean mendesah pelan. Jika Varsha homeschooling, gadis itu pasti kesepian karna Xean akan pergi besok.
"Tapi Dad, bukankah Varsha lebih baik tetap masuk kesekolah, setidaknya dia tidak akan terlalu merasa bosan. Dia bisa bermain dengan teman-temannya." Xean mencoba untuk membujuk Reagan, agar Varsha tetap sekolah regular.
"Dengan kondisinya yang bisu seperti itu? Dia hanya akan menjadi beban disekolahnya, dan lagi Daddy tidak ingin kondisinya yang seperti itu diketahui orang luar. Buat malu saja." Ucap Reagan tajam, tanpa memikirkan perasaan putrinya.
"DAD!" sentak Xean
"Kecilkan suaramu Xean. Jangan menjadi tidak sopan seperti seseorang! Karna Daddy ataupun Mommy mu tidak pernah mengajarimu untuk bersikap kurang ajar kepada orang tua." sarkas Reagan
"Xean tenanglah. Daddy mu benar sayang. Vy, memang sebaiknya belajar terpisah untuk semetara waktu. Jika kondisinya sudah membaik, kita bisa mengirimnya lagi kesekolah." Ujar Oleandra menengahkan.
Sedangkan Varsha, terlihat tidak tertarik dengan obrolan yang terjadi diruang makan itu. Padahal mereka sedang membahasnya. Setelah menghabiskan makan malamnya, Varsha berdiri dan bersiap untuk pergi meninggalkan meja makan dan keluarga harmonis itu.
"Vy, kau sudah selesai?" tanya Xean pelan, Varsha menoleh kearah Xean dan mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Baiklah. Jangan lupa minum obatmu." Ucap Xean lembut dengan senyuman hangat diwajahnya. Varsha hanya tersenyum kecil lalu berjalan menjauh meninggalkan mereka.
Ada hal yang lebih penting yang harus Varsha pikirkan, daripada mendengar obrolan mereka. Gadis itu masih terganggu dengan perkataan pria yang mengaku sebagai kakeknya tempo hari.
*Flashback on
Setelah merasa Varsha sedikit tenang, Samuel memberikan sapu tangan untuk Varsha.
"Hanya untuk informasi, Ibumu ada bersamaku sekarang." Ujar Albert, yang tidak lain adalah orang yang mengaku sebagai kakek Varsha.
DEG....
Varsha diam, mencoba mencerna pekerkataan Albert barusan.
"What are you talking about?" tanya Varsha bingung saat kesadarannya kembali.
"Mommy sudah tenang dirumah barunya. Dia sudah beristirahat dalam damai." Sambung gadis itu.
"Apa kau pikir aku akan membiarkan putriku satu-satunya berada diwilayah Koch, padahal kehadirannya tidak dianggap disana, Nak? Bahkan jika itu hanya jenazah-nya, aku tidak sudi membiarkan dia lebih lama disana." tersirat kekecewaan yang mendalam disetiap perkataan yang diucapkan Albert.
Varsha terkejut dengan fakta yang baru saja ia dengar. Varsha melirik Samuel, berharap Samuel mengatakan bahwa itu semua adalah kebohongan. Tetapi yang didapatinya, Samuel menundukkan kepalanya dan tidak berani menatap Varsha.
"Seharusnya Anda melakukan itu saat Mommy masih hidup."
"Ya, aku tau itu. Thats why, i take her back to me. Setidaknya hanya ini hal terakhir yang bisa kulakukan untuk Ibumu, Xora. Mengeluarkannya dari kediaman Koch." Ucap Albert, ada penyesalan yang sangat besar dihatinya. Mengapa dulu ia memberikan putri tercintanya kepada bajingan itu.
Varsha tidak menghiraukan nada bicara lelaki tua itu yang tersirat akan kesedihan dan penyesalan. Ada hal yang lebih penting yang harus diketahuinya.
"Then, where is my Mom?" tanya Varsha to the point.