Madrid, Spanish
Seorang pemuda tampan dengan setelan casual, berjalan dengan langkah lebarnya menuju ke sebuah ruangan. Sesampainya ia diruangan itu sudah ada seorang pria berbaju hitam yang menunggunya.
"Apa kau yakin dia yang terbaik dibidang itu?" tanya pemuda tampan tersebut.
"Iya tuan, saya menjamin hal tersebut." ucap pria berbaju hitam.
"Bagus! Jika hasilnya tidak sesuai dengan yang kuinginkan, maka kau dan orang itu akan berakhir ditanganku." ucap pemuda tampan itu dengan dingin.
TOK...TOK...TOK...
Seseorang mendatangi ruangan itu seraya berkata,
"Tuan muda, dia sudah tiba." ucap seorang pria dengan hormat.
"Suruh dia masuk!" perintahnya.
Masuklah seorang pria paruh baya kedalam ruangan itu. Pria itu merasakan aura dingin yang mendominasi dari pemuda di hadapannya ini.
"Aku akan memberikan apa pun yang kau inginkan jika kau berhasil melakukan tugasmu dengan baik." ucap pemuda itu.
"Baik Tu-"
"Tapi jika kau gagal, jangan harap kau bisa keluar dari ruangan ini dengan badan yang utuh!" lanjutnya dengan nada dingin.
Pria paruh baya itu gemetar karena merasakan aura intimidasi yang kuat.
"B-baik Tuan." ucapnya gagap.
"Bagus! Siapkan semua alatmu. kita akan mulai sekarang." perintah pemuda itu.
Pria paruh baya itupun langsung menyiapkan semua alat yang diperlukannya. Ia akan mencurahkan semua kemampuannya, jika ia tidak ingin mati konyol disini, pikirnya.
********
Gadis kecil itu tampak termenung, ia melihat surat yang ada di tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Kenapa Mommy meninggalkan surat untuknya? Apakah Mommy sudah mengetahui bahwa ia akan mati? Tapi kenapa ibunya tidak melawan ataupun mengatakannya kepada Daddy?
Semua pertanyaan-pertanyaan itu berputar dikepala kecil gadis itu. Ia pun kemudian memantapkan hati untuk membaca surat dari Mommynya.
' Dear my lovely daughter Varsha Ixora Koch,
6 July 1998 ketika itu kau lahir ke Dunia ini, saat itu aku merasakan detakkan yang tak biasa. Kau menawarkan harapan baru untukku disaat aku mulai menyerah untuk segalanya. Bibir mungilmu, tubuh keriputmu, detak jantungmu, dan tatapan dari matamu yang masih sedikit sulit kau buka pada saat itu, seakan memberikan isyarat kepadaku. 'Mommy bertahanlah. Kau kuat. Akulah yang akan melindungimu mulai saat ini. Jangan pernah terpikir untuk menyerah, Dunia kita baru saja dimulai.' dengan isyarat itu, seakan tubuh dan perasaan ini kembali berjuang, 'Tidak anakku! Mommy takkan pernah menyerah.' Segala titik kelam kukubur dengan rasa sakitnya melahirkanmu, aku memelukmu dengan hangat karna pada saat itu kau berada tepat diatas dadaku.'
"Hiks... Hiks... Hiks Mom..." lirih Varsha dalam hatinya, kelopak matanya tak sanggup lagi membendung air mata. Ia meremas surat itu dengan kuat, menyalurkan semua perasaan yang ia rasakan saat ini. Perlahan ia kembali membaca surat itu.
'Aku merasakan segalanya, rasa keberanian yang mengalir didalam darahmu, cahaya kehidupan yang bersinar dari bola matamu yang indah. Oh... anakkku, maafkan Aku karna sempat berpikir untuk menyerah, dan meninggalkan mu di Dunia yang kejam ini, maafkan karna aku tak punya keberanian untuk menghadapi hidupku, maafkan aku atas lemahnya diriku. Dengan rintihnya air mata dan sisa-sisa kekuatan ku pada saat itu, aku berjanji pada Tuhan dan diriku sendiri bahwa 'Aku tidak akan pernah mengizinkan penderitaan menghampirimu,'
dan segalanya menjadi gelap.'
Varsha memejamkan matanya sejenak, membiarkan air mata lolos dari mata indahnya. "But you're not here now, Mom" batinnya, "aku mendapatkan terlalu banyak luka setelah kepergianmu, bukan luka ditubuhku yang membuatku menderita, tapi luka yang berada disini jauh lebih menyakitkan Mom" lanjutnya seraya memegang dadanya kuat. Ia merasa sesak, seakan ribuan beban menimpa dadanya.
Setelah merasa tenang Varsha melanjutkan membaca surat itu,
'Aku tersentak ketika itu ada tangan mungil menggenggam tanganku, sambil berbisik, 'Tante, are you okey?' dengan samar perlahan aku membuka mataku, aku melihat seorang anak laki-laki sedang tersenyum dan menatap khawatir, serasa ingin tahu kondisi ku dan kau. Dialah Xean, kakak yang selalu memberikan kehangatan terhadapmu. Tidak pernah lalai ketika menjagamu. Aku bisa merasakan ketulusannya terhadapmu. Anakku, jika kelak dikehidupan ini hanya ada satu orang yang harus kau percayai, maka percayalah terhadapnya.
Mommy pamit. Maaf karena telah mengikari janji. Anakku ingatlah,
Rumput tidak akan mati hanya karna berkali-kali diinjak
Kaktus mampu menyimpan air ditanah tandus dan kering Daun yang gugur dari tangkainya bukan karna ia tak ingin menetap selamanya
Tetapi, karna ia sadar waktunya telah usai. Ia memberikan ruang untuk tunas baru agar segalanya menjadi hijau dan indah.
Varsha Ixora Koch, sekalipun Mommy tidak pernah menyesali kehidupan ini. Jika dikehidupan selanjutnya aku diberi kesempatan hidup kembali oleh Tuhan, maka aku akan tetap meminta menjadi ibumu. Tak perduli seberapa pahitnya aku mengulang rasa sakit di dunia ini. Tapi jika dibolehkan aku memohon, aku akan memohon kepada Tuhan untuk diizinkan tinggal lebih lama bersamamu. Menyaksikan kau tumbuh menjadi Vy ku yang membanggakan. Vy, tumbuhlah menjadi anak yang kuat, anggaplah aku selalu hadir menyertaimu.
Aku mencitaimu, Mommy'
Varsha semakin menangis, dibiarkannya surat itu basah karna air matanya. "Mom, ayo kita hidup bahagia dikehidupan selanjutnya. Tidak perlu kehidupan mewah, hidup berdua denganmu itu sudah lebih dari cukup untukku, Mom." ucap Varsha dalam hati.
Gadis itupun kembali menangis, meletakkan surat itu didadanya. Dan merasakan bahwa sang ibu tercinta sedang memeluknya dengan erat. Ia akan membiarkan air matanya mengalir dengan deras, karena setelah itu ia berjanji tidak akan menangis apapun yang terjadi padanya. Ia akan menjadi gadis kuat seperti keinginan sang ibu.
********
Seorang pemuda tampan berjalan dengan wajah datarnya. Tujuan ia adalah kamar sang ibu, ia harus melakukan apapun untuk melepaskan gadis itu, pikirnya.
"Xean?" ucap Oleandra yang terkejut dengan kehadiran sang putra.
"Ada apa sayang? Apa kau membutuhkan seseuatu?" tanya Oleandra lembut.
Xean dengan nada rendah menjawab, "Yes Mom."
Oleandra mengerutkan dahinya, Xean tidak pernah berbicara dengan nada seperti itu padanya.
"Apa yang kau butuhkan sayang?" Oleandra mencoba berpikir positif, mungkin Xean sedang ada masalah, pikirnya.
"Jika kau tidak ingin aku mengungkapkan semuanya, pintalah Daddy untuk melepaskan Vy hari ini juga." ucap Xean dengan nada dingin.
"Apa maksudmu Xean? Mommy tidak mengerti apa yang kau ucapkan sayang." ucap Oleandra.
"Tidak usah pura-pura bodoh Mom! Aku tahu semua hal yang telah kau perbuat kepada tante Ainsley!" ucap Xean dengan wajah dingin.
Oleandra menjadi gugup. 'bagaimana Xean bisa mengetahuinya?' batin Oleandra.
"X-Xean... i-itu, Mo-Mommy tidak paham apa yang kau bicarakan." ucap Oleandra terbata. Keringat dingin mulai keluar dari dahinya.
"Teruslah berpura-pura, dan lihat apa yang akan terjadi nanti. Jangan berpikir kalau aku tidak memiliki bukti tentang kejahatanmu." ucap Xean dingin.
Setelah berkata seperti itu, Xean pun pergi meninggalkan ibunya yang bingung dan ketakutan. Disisi lain, Oleandra masih ingin melihat Varsha dihukum, tapi disisi lain, ia juga takut kalau Xean mengatakan semuanya kepada Reagan.
********
Piemonte, Italy
"Kapan ia akan tiba?" tanya seorang pria yang sudah tidak muda lagi.
"Tuan muda akan tiba sore ini, Tuan." ucap seseorang dengan hormat.
"Pastikan ia kembali dengan selamat!" Perintah pria itu.