Chereads / The Darkest Destiny's / Chapter 6 - The Rockefeller

Chapter 6 - The Rockefeller

Piemento, Italy

Daerah perbukitan yang ditumbuhi hutan lebat, dan jarang dijamah oleh penduduk itu terdapat sebuah kastil yang indah dan megah. Kastil itu dihuni oleh Clan paling berpengaruh di Dunia. Kastil itu dikelilingi oleh tanaman anggur yang akan diolah menjadi wine dengan kualitas terbaik di Dunia. Walaupun terlihat kuno, tapi itulah yang membuat kastil ini tampak elegant dan tekesan misterius.

Seorang wanita paruh baya yang masih terilhat sehat dan cantik sedang sibuk memberi arahan kepada para maid. Senyuman tidak lepas dari bibirnya yang sudah memiliki kerutan diwajahnya itu. Ia tampak begitu senang, karna orang yang dirindukakannya akan kembali setelah 5 tahun lamanya.

Gracelyn Zephyr Rockefeller, ia merupakan nyonya besar di kastil tersebut. Dan ia adalah wanita tertua di The Rockefeller Clan.

"Pastikan semua tersusun dengan rapi." ucap wanita itu.

"Letakkan vas ini di meja sebelah sana." perintahnya kepada seorang maid.

Gracelyn sibuk mengurusi dan menata ruangan tersebut sebaik mungkin. Hingga ia tidak sadar, seseorang sedang menatapnya dengan hangat.

"Istirahatlah! Biarkan para maid melakukan tugas mereka dengan tenang, jika kau terlalu memperhatikan seperti itu yang ada mereka tidak akan fokus karna diperhatikan oleh wanita cantik." Ujar orang itu sambil berjalan menghampiri Gracelyn.

Gracelyn tersenyum malu dan berkata, "Aku hanya ingin semuanya terlihat sempurna untuk menyambut dia, sayang."

Ya! Pria itu tidak lain adalah suami Gracelyn, ia adalah Alger Caius Rockefeller. Pria yang hangat terhadap orang yang dicintainya, tapi ia juga bisa menjadi iblis tak berperasaan untuk mereka yang pantas mendapatkanya. Alger merupakan pria tertua di The Rockefeller Clan, ia sangat di hormati dan disegani. Siapapun tidak ada yang berani melawan perintahnya.

'Berani berurusan dengan The Rockefeller Clan, berarti siap mati!' Itu merupakan prinsipnya. Ia tidak akan membiarkan siapapun menyentuh keluarganya.

"Nah! Setelah dia kembali kau pasti sibuk mengurusi dia dan melupakanku." Ucap Alger

"Kau cemburu dengan putra sendiri, Alger?" Tanya Gracelyn dengan nada menggoda

"Absolutely, yes i am! You're mine!" Tegasnya kemudian memeluk Gracelyn posessif

Gracelyn yang mendengar itu tertawa, pria besar ini seperti bayi jika sedang cemburu, pikirnya.

"Hahahaha... You can't be jealous to him. He's your son, remember it!" Ujar Gracelyn. Ia tersenyum, merasa geli karna Alger bernafas diceruk lehernya.

"Yahh, itu sebabnya aku tidak bisa menembak kepalanya dan memberikan potongan tubuhnya ke Cleon." Jawabnya asal. Alhasil ia mendapat cubitan diperut, dan juga lengannya.

"Aww... Aww... Stop it babe! Its hurt!" Ringisnya pelan, walaupun tubuhnya keras karna ia sering berolahraga. Tapi tetap saja terasa perih jika Gracelyn menyubitnya, walaupun itu tidak seberapa sakit.

"Berkata seperti itu lagi, kau yang akan kuberikan kepada Cleon." Ancam Gracelyn, ia kesal dengan tingkah suaminya yang cemburuan bahkan dengan anaknya sendiri.

Alger meringis mendengarnya, walaupun istrinya itu tak mungkin melakukannya, tetap saja membayangkan Cleon mencabik-cabik tubuhnya dengan ganas membuatnya bergidik ngeri. Ia senang dan merasa puas saat melihat mangsanya dicabik-cabik oleh Cleon, tapi ia tidak pernah membayangkan berada diposisi mereka.

*******

Madrid, Spanish

Seorang pemuda sedang duduk memainkan ponselnya, sesekali ia melirik pria paruh baya di depannya. Walaupun meresa terintimidasi dengan aura dingin dari pemuda dihadapannya ini, pria paruh baya itu dengan profesional menggerakkan kuasnya dengan begitu lihai. Tidak ada contoh gambar yang akan ia lukis, ia hanya membayangkan objeknya sesuai apa yang dikatakan oleh pemuda itu.

2 jam lamanya ia berkutat dengan kanvas, kuas dan cat. Hingga akhirnya ia meletakkan semua peralatannya dan dengan ragu ia berucap,

"T-tuan, lukisannya sudah sudah selesai."

Pemuda itu langsung menghentikan aktifitasnya, dan berjalan menghampiri pria paruh baya tersebut. Ia melihat hasil lukisan tersebut, cukup lama ia memperhatikannya. Hingga akhirnya ia menatap si pelukis yang tepat berada disampingnya dengan dingin. Pelukis itu gugup, keringat dingin mulai bercucuran di dahinya.

"Evan, berikan apa pun yang ia inginkan!" Perintah pemuda itu

Pria bernama Evan itu menunduk dan menjawab, "Baik Tuan."

Sang pelukis yang mendengarnya sangat senang dan mengucapkan terimakasih berkali-kali, ia juga berterima kasih pada Tuhan karna telah menyelamatkan nyawanya.

Setelah kepergian pelukis itu, pemuda itu terus menatap lukisan tersebut. Sekarang ia bisa mencarinya dengan mudah, pikir pemuda itu.

"Sekarang aku akan menemukanmu bagaimana pun caranya, bahkan jika aku harus ke ujung dunia sekalipun aku akan tetep menemukanmu." Ucap pemuda itu sambil melihat lukisan tersebut.

"Ada hal yang harus ku katakan padamu, yang tidak sempat ku katakan waktu itu." Lanjutnya lagi.

Setelah mengatakan hal itu, pemuda tersebut membawa lukisan itu kedalam sebuah ruangan. Lalu ia keluar dan mengunci ruangan tersebut menggunakan Scanning Protector melalui iris mata, wajah, sidik jari, dan detak jantung. Dengan kata lain hanya ia yang dapat membuka ruangan tersebut. Setelah selesai ia pun pergi menuju rooftop yang ada dibangunan itu.

********

Vladivostok, Rusia

Varsha mencoba untuk tidur, mulai sekarang apapun yang Reagan katakan, akan dianggapnya sebagai angin lalu. Ia sudah menganggap ayahnya mati saat Reagan memukulnya hari itu. Saat Varsha mencoba menutup matanya, tiba-tiba ponsel yang ia sembunyikan dibalik bajunya bergetar

Drrrtt... Drrtt... Drrtt

Ia pun membuka ponsel itu, dan membaca pesan yang tertera disana

'Nona ingatlah, jangan meminum obat apapun yang diberikan padamu. Makanlah makanan yang hanya dibawa oleh Emely, didalam makanan itu sudah ada obat yang akan mempercepat pemulihan Anda. Jika Nona ingin mengetahui apa yang terjadi pada Nyonya Ainsley, hubungi saya ketika Anda sudah siap Nona.' -Samuel

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Mom?" Batin Varsha

Varsha buru-buru menyembunyikan ponsel itu dibawah bantal saat seseorang mengetuk pintu kamarnya.

TOK...TOK...TOK

"Nona saya membawakan makanan Anda, bolehkah saya masuk?" Tanya seorang maid dari balik pintu

Varsha meraih remote yang berada diatas nakas dan menekan tombol open agar pintu terbuka secara otomatis. Ternyata maid itu adalah Emely, berarti aku boleh memakannya kan? Pikir Varsha.

Emely masuk dengan mendorong troli saji yang berisi makanan untuk Varsha.

Emely tersenyum seraya berkata, "Jangan khawatir Nona, makanan ini aman."

Varsha mengerutkan keningnya. ia masih bingung. Apa hubungan Emely dengan Uncle Sam? Apakah gadis ini bisa dipercaya? Pikirnya

Emely yang melihat raut wajah Varsha tertawa, ia kemudian berkata, "Hahahaha, jangan khawatir Nona. Saya berada dipihak yang sama dengan Samuel."

Setelah itu Emely keluar dari kamar majikannya, membuat Varsha semakin bingung dan bertanya-tanya. Ia harus menanyakan semuanya nanti saat bertemu Uncle Sam, pikirnya

********

Terlihat seorang wanita yang sedang berbicara dengan seseorang lewat ponsel

"Lakukan tugasmu dengan benar! Lakukan serapi mungkin dan jangan sampai menimbulkan kecurigaan!" Perintahnya