Piemento, Italy
Mobil sport bewarna dark grey tengah melaju dengan kecepatan sedang. Mobil itu melaju memasuki area kebun bunga yang sangat luas. Hamparan berbagai macam jenis bunga terlihat sangat indah.
"Okey! Kita sudah sampai, princ-" Perkataan Drystan terputus saat melihat Hazel tertidur
"Princess? Kau tidur?" Tanya Drystan lembut, ia pun menatap gadis cantik itu dengan hangat.
"Haahh... Jika kau lelah kau bisa istirahat, kita tidak akan jatuh miskin jika kau tidak bekerja sehari saja. Ini sebabnya aku tidak mengizinkanmu terjun kedunia Entertainment. Aku akan membujuk Mam-"
"Kenapa kau sangat cerewet, Zael? Is not like you." Sela Hazel dengan mata yang masih tertutup.
"Oh? You wake up?" Tanya Drystan
"Gimana aku bisa tidur kalau kau tidak bisa diam? Lagipula aku tidak tidur, i just close my eyes." Jawab Hazel
"Aku tidak pernah melihat orang yang tidur dengan mata terbuka, princess." Ucap Drystan asal, ia sangat suka menggoda adiknya ini.
"Whatever!" Jawab Hazel seraya memutar bola matanya malas.
Drystan hanya terkekeh kecil. ia pun kembali menghidupkan mobilnya. Hazel bingung melihat apa yang dilakukan Drystan,
"Zael, what happaned?" Tanya Hazel bingung
"We will back! You need to sleep!"
"WHAT!? NO!!!!" Pekik Hazel
"Please don't. This procject so important for us!" Lanjutnya
"But you're tired, princess. Lagipula apa pentingnya? Kesehatanmu jauh lebih penting daripada apapun." Ucap Drystan
"Aku memang sedikit lelah but it's oke, i'm fine. Kami melakukan pemotretan ini untuk menggalang dana yang akan disumbangkan ke beberapa yayasan." Jelas Hazel
Drystan menghela napas pelan, terkadang dia bingung dengan pola pikir adiknya satu ini. Tanpa melakukan pemotretan yang melelahkan ini pun dia mampu untuk memberi sumbangan ke yayasan, bahkan ia mampu untuk membangun yayasannya sendiri.
"Kau tau tanpa kau melakukan ini pun kau bisa melakukannya, Hazel." Ucap Drystan, ia mencoba bersabar dengan adiknya ini.
"Yeah, i know. Tapi aku ingin mencoba melakukannya dengan usahaku sendiri. Tanpa bantuan darimu ataupun Daddy." Ucap Hazel lembut, ia harus meyakinkan Drystan agar tidak membawanya pulang.
Drystan kembali menghela napas, "Fine! Tapi setelah itu kosongkan jadwalmu untuk satu bulan kedepan. Kau harus istirahat."
"What? Aku tidak perlu istirahat sel-"
"Membantahku, kita pulang sekarang. Pilihan ada di tanganmu, princess." Potong Drystan
"Ugh! Fine! Annoying brother." Ucap Hazel kesal
Drystan tersenyum dan mengacak rambut Hazel, "I know."
"Sudah kubilang jangan pegang rambutku, ZAELLLL!!!" Teriak Hazel
"That's my habit." Ucap Drystan seraya tertawa pelan. Ia pun kemudian keluar dari mobil, dan berjalan mengitari mobil untuk membukakan pintu Hazel.
Hazel memutar bola matanya malas dan menjawab, "Kebiasaan burukmu itu harus dihilangkan."
"I will but not promise."
Mereka berdua berjalan mendekati team dan rekan kerja Hazel yang sesama Model. Semua pasang mata menatap mereka dengan takjub, lebih tepatnya mereka menatap Drystan, bagaimana tidak ini pertama kalinya mereka melihat putra sulung dari keluarga Rockefeller setelah 5 tahun. Mereka terpukau dengan ketampanan yang dimiliki Drystan.
Beberaap paparazzi langsung memotret Drystan dan Hazel, mereka tidak menyangka bahwa mereka akan mendapatkan jackpot hari ini. Selama 5 tahun terakhir, mereka sangat sulit untuk mencari keberadaan Drystan. Ia hilang bagaikan ditelan bumi, dan sekarang ia muncul ditempat pemotretan Hazel yang pastinya banyak paparazzi yang haus berita, apalagi jika menyangkut tentang keluarga Rockefeller.
'Pasti akan banyak artikel yang keluar besok.' Ucap Drystan dalam hati.
Drystan sangat tidak suka ketika ada orang yang mengusik kehidupan pribadinya, itu sebabnya ia sangat membenci paparazzi.
"Jika kau jadi model pasti kau akan sangat terkenal, Zael." Ucap Hazel
"Aku tidak suka seseorang menyetuhku, lagipula aku tidak suka bergaya didepan kamera, princess. You know it." Jawab Drystan
"Hahaha, yeah i know."
Mereka pun berjalan sambil berbicara ringan, tiba-tiba seorang pemuda datang memanggil Hazel.
"Hazel!" Panggil pemuda itu, disamping pemuda tersebut ada seorang gadis cantik yang tengah tersenyum malu kearah Drystan.
"Oh Hai Zoe, Hai Valarie." Sapa Hazel, mereka adalah teman Hazel yang juga merupakan model.
"Hai. Semua sudah menunggumu, ayo cepat." Ucap Zoe, Zoe refleks memegang lengan Hazel. Drystan yang melihat itu langsung mencekal tangan Zoe.
"Dont touch her!" Ucap Drystan dingin
"Dia masih bisa berjalan tanpa kau pegang." Lanjutnya dengan nada rendah. Kemudian Drystan menghempaskan tangan Zoe.
Hazel yang melihat itu hanya meringis, dan meminta maaf pada Zoe, pemuda itu tersenyum mengerti. Kemudian Hazel menarik tangan Drystan dan membawanya pergi dari sana. Jika ia memarahi Drystan sekarang, kakaknya ini pasti akan membawanya pulang, pikirnya.
***********
Vladivostok, Rusia
Xean sedang menyelimuti Varsha, gadis itu tertidur saat sedang menonton televisi. Xean masih setia menemaninya, pemuda itu bahkan makan malam dikamar Varsha. Hubungan mereka perlahan membaik, walaupun Varsha masih tidak ingin tersenyum padanya. Setidaknya Varsha tidak menolak keberadaannya.
Sudah seminggu sejak Varsha keluar dari ruang bawah tanah, selama itu pula Xean selalu menemaninya. Pemuda itu tidak pernah membiarkan Varsha sendiri, ia tidak ingin Varsha kesepian.
Setelah memastikan bahwa Varsha sudah tidur, Xean mengelus rambut Varsha dan mengecupnya.
"Good night, Vy. Have a nice dream." Ucap Xean pelan
Setelah itu Xean keluar dan mematikan lampu kamar Varsha. Ia berjalam menuju kamar, yang tidak begitu jauh dari kamar Varsha. Saat ia akan membuka pintu kamar, datang seorang maid
"Tuan muda, Tuan besar memanggil anda. Anda diminta untuk datang keruang kerjanya." Ucap maid itu dengan sopan
"Baiklah, kau boleh pergi." Jawab Xean, ia pun kemudian pergi menuju keruang kerja sang Daddy. Saat tiba didepan ruang kerja Daddynya, Xean mengetuk pintu
TOK...TOK...TOK...
"Masuk!" Ucap Reagan
Xean kemudian membuka pintu dan masuk keruangan tersebut,
"Kau memanggilku, Dad?" Tanya Xean
"Kembalilah ke Swiss!" Ucap Reagan to the point
"What? No Dad. I'll stay here. Varsha membutuhkan ku." Jawab Xean, ia tidak akan pergi meninggalkan Varsha sendirian
"Jangan membantah Daddy dan pergilah dengan tenang. Apa kau tidak ingin melanjutkan pendidikanmu?" Ucap Reagan
"Aku akan melanjutkan pendidikanku disini Dad, disini juga banyak universitas elite. Aku tidak harus melanjutkannya di Swiss." Terang Xean
"Baiklah! Kau bisa melanjutkan pendidikanmu disini." Ucap Reagan,
Xean yang mendengar itu tersenyum senang,
"Terimakasih Da-"
"Tapi tidak disini, melainkan di Moskow." Sela Reagan
"Moskow?" Xean berpikir sejenak. Tidak masalah selama itu masih di Rusia, pikirnya.
"Baiklah Dad. Aku akan melanjutkan pendidikanku di Moskow." Putus Xean
"Then fine. Kau boleh pergi, Daddy akan mengurus semuanya." Jawab Reagan
Xean mengangguk dan kemudian ia keluar dari ruang kerja Reagan.
'Setidaknya aku masih berada di Rusia. Aku harus menjaga Vy, agar hal yang menimpa tante Ainsley tidak terjadi padanya.' Ucap Xean dalam hati.
"Aku akan menjaga Vy dengan nyawaku sendiri." Ucap Xean pelan. Kemudian ia berjalan menuju kamarnya, ia ingin membawa Varsha jalan-jalan besok.
***********
Auckland, New Zealand
Seorang pria berusia 40an terlihat sedang berjalan menuju sebuah ruangan. Saat ia tiba, seorang pria paruhbaya tengah menunggu kedatangannya.
"Maaf Tuan saya terlambat terlambat." Ucap pria tersebut.
"Tidak masalah. Jadi bagaimana keadaannya?" Tanya pria paruhbaya tersebut
"Kondisinya sudah mulai membaik Tuan. Apa yang harus saya lakukan selanjutnya?"
"Dia tahu apa yang terjadi bukan? Kalau begitu, latih dia. Latih dia untuk menjadi bagian dari keluarga ini!" Perintah pria paruh baya itu
"Baik tuan." Jawab pria itu hormat. Kemudian ia pun pergi dari ruangan tersebut.