Vladivostok, Rusia
Tiga jam sebelum kejadian penculikan
Sedari awal mobil yang di tumpangi Xean dan Varsha keluar dari Castil mereka, di ujung jalan yang sepi sebuah mobil van berwarna hitam yang misterius mengikuti laju mobil mereka dengan jarak yang lumayan jauh hingga tidak ada yang menyadari bahwa mereka sedang berada dalam bahaya.
Mobil Xean dan Varsha tiba di pemakaman elit khusus keluarga Koch, kedua kakak beradik itu turun dan berjalan memasuki area makam, Xean merasa Varsha butuh waktu sendiri untuk melampiaskan rasa rindu terhadap ibunya, pemuda itu pergi menjauh dari makam.
Merasa waktu yang mereka tunggu telah tiba, seorang pria bertubuh kekar dengan pakaian serba hitam masuk kedalam pemakaman dan langsung membekap mulut Varsha.
Gadis itu sejak awal menyadari jika ada seseorang yang mendekatinya namun dia hanya diam untuk melihat apa yang akan terjadi. Dan seketika Varsha di sambut oleh kegelapan.
Pria kekar itu pergi menggendong tubuh kecil Varsha menaiki sebuah bukit sambil memberi sinyal pada temannya untuk menjemput mereka dari arah selatan agar tidak melewati pintu makam, sebab Xean berada tak jauh dari sana.
Sulitnya akses membuat pria itu sedikit kesulitan melewati bukit dengan rumput basah yang licin,
Varsha di letakkan di kursi belakang dan setelah itu mereka dengan cepat meninggalkan area komplek pemakaman tersebut, bahkan Xean sekilas melihat mobil hitam itu melintas.
Tidak ada yang mencurigakan bagi Xean, sebab area makam ini memang sering di lintasi mobil hitam yang kemungkinan adalah petugas yang di perintahkan oleh ayahnya.
***
Kepala Varsha seperti di hantam batu besar saat gadis kecil itu perlahan membuka mata dan mengumpulkam kesadarannya.
Perlahan mata indah itu mengerjap, yang ia lihat adalah tempat yang luas, lembab dan gelap. Pikirannya mengingat kejadian beberapa waktu lalu dimana ia menyadari jika seseorang telah membiusnya.
Saat itulah gadis itu menyunggingkan senyumnya dengan sinis sambil berkata dalam hati 'ah, aku di culik'
Matanya mengedarkan pandangan untuk melihat sekeliling dimana dirinya berada, ini gudang tua itulah pikirnya dan sudah pasti jauh dari pemukiman, sangat cocok untuk membunuh orang tanpa khawatir akan di temukan.
"Akhirnya kau sadar juga." pria tinggi besar datang menghampiri Varsha yang terikat di kursi dengan mulut di tutup.
Gadis kecil itu menatap tajam pria yang saat ini berdiri di hadapannya, ia mengahapal setiap jengkal wajah dan postur tubuh pria tersebut.
"Harusnya kau tidak perlu menutup mulut gadis kecil ini, bukankah dia bisu?" Seorang pria lagi datang dan bergabung dengan temannya.
Varsha menatap tajam mereka tanpa rasa takut, gadis itu penasaran siapa dalang di balik penculikannya.
"Hubungi dia, katakan kita telah selesai menjalankan tugas." Perintah salah satu pria.
***
Samuel melihat posisi Varsha yang mencurigakan, alat pelacak yang ia design di ponsel gadis itu mengarah ke hutan kecil yang jauh dari jalan raya dan pemukiman.
"Damn it!" Serunya kesal.
"Ada apa ayah?" Seorang pemuda bertanya padanya.
"Ayah baru menyadari jika Nona muda tidak berada di tempat seharusnya." Sam dengan segera menghubungi orang-orang kepercayaannya.
"Apa yang terjadi?" Pemuda itu mendekati komputer yang terdapat banyak garis dan titik merah di layar komputer.
"Ini penculikkan," gumamnya.
Sam mengangguk, ia berharap nonanya dalam keadaan baik sampai ia bisa menyelamatkannya, gadis itu anak yang cerdas dan tidak akan gegabah, itulah yang ia nilai selama seminggu secara diam-diam memberikannya pelatihan.
"Aku ikut," ucap pemuda tampan itu sambil menyambar jeket kulit yang tergelatak di sofa tempatnya duduk tadi.
Sam membiarkan putranya terlibat, di masa depan dialah yang akan melindungi nona mudanya.
Sementara di tempat pemakaman Xean mengumpat dengan kasar, tiga jam ia mencari Varsha di setiap tempat, namun adiknya tidak juga di temukan.
Ia tidak berpikir jika Varsha di culik, mengingat ini adalah lingkungan kekuasaan ayahnya, mustahil bagi orang luar bisa dengan mudah menerobos tempat ini kecuali mereka orang suruhan ayah atau ibunya.
"Shit!" Teriaknya keras saat menyadari tentang ibunya, bagaimana dia bisa lupa jika ibunya tidak akan berhenti menyakiti Varsha. Dengan langkah cepat ia pergi meninggalkan makam, ia harus mendapat jawaban dari orang yang bersangkutan.
Jika benar ini sesuai dugaannya, ia tidak mungkin bisa menemukan adiknya meski mengerahkan seluruh orang kepercayaannya, mereka lebih tunduk pada ibunya.
Xean merasa tidak berguna menjadi seorang kakak sekarang, ia ingin cepat tumbuh dewasa agar bisa melindungi Varsha dengan kemampuannya sendiri.
'I hope you ok, Vy.' Do'anya dalam hati. Pemuda itu tidak bisa menutupi kegusaran hatinya, ia kemudian masuk kedalam mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi.
***
Dalam diam Varsha berpikir siapa kemungkinan yang menculiknya, ada satu wajah yang terus berputar di kepalanya, yang sudah ia yakini dialah dalangnya.
"Menurutmu apa yang akan di lakukannya pada anak ini?" Dua pria tersebut duduk di kursi sambil meminum beer.
"Di siksa lalu di bunuh." Jawab pria satunya santai.
"Manusia itu sangat kejam, gadis kecil ini bukan lawannya."
"Justru ia membasminya dari sekarang, kau pikir dia akan terus tumbuh menjadi kelinci penurut? Dia bisa berubah menjadi rubah licik saat dewasa."
Keduanya terbahak dengan keras, suara mereka menggema, sangat menakutkan.
Varsha ingat jika ponselnya masih berada di dalam saku, bibirnya menyeringai bak anak iblis, sebentar lagi ia akan menunjukkan jika kelinci kecil ini akan berubah menjadi rubah licik tanpa perlu menunggunya dewasa.
BRAKKK
Tak butuh waktu lama Varsha menunggu, sebuah mobil Jeep menabrak pintu gudang tersebut.
Kedua pria itu dengan sigap mengeluarkan senjata untuk bertahan dan segera mendekati Varsha.
"Siapa kalian?" Mata Varsha menangkap seorang pemuda tampan yang turun dari mobil jeep dengan jaket kulit yang menambah pesonanya, mungkin pemuda ini seusia Xean.
Hati Varsha senang melihat paman Sam-nya turun dari sisi yang satunya, tak lama setelah itu beberapa mobil juga berhenti di belakang mereka, turunlah pria-pria bertubuh besar berotot dengan wajah yang meyeramkan.
"Maaf kami datang terlambat Nona, kuharap kedua serangga ini tidak melakukan apapun padamu. Karna jika demikian, akan kupastikan mereka akan meminta kematian mereka sendiri." Ucap Samuel tajam seraya menatap dua pria yang sedang menyandra Varsha.
Sam merasa lega karena nona mudanya terlihat baik-baik saja, ia menatap gadis kecil itu sambil mengangguk kecil yang di sambut baik oleh Varsha.
"Kami? Malaikat maut yang akan mencabut nyawa kalian berdua." Ujar pemuda tersebut.
Pemuda itu langsung menghajar mereka, ia menendang dada pria yang sedang menodongkan pistol kearahnya tanpa memberi pria itu cela untuk melawan.
Melihat temannya sudah dihajar pria satunya langsung menodongkan pistolnya ke dahi Varsha, "Berhenti! Atau kutembak dia." Ucapnya
Pemuda itu ingin bergerak menolong Varsha, tapi ia dicegah oleh Samuel, pemuda itu merasa bingung tapi di detik selanjutnya ia benar-benar terkejut melihat apa yang dilakukan oleh gadis didepannya ini.
Karna tanpa para penculik itu ketahui, Varsha sudah menggenggam sebilah pisau ditangannya, ia menyembunyikan pisau itu dilengan kemejanya. Saat mereka semua sibuk menghajar salah satu penculiknya, dia dengan sigap mengeluarkan pisau dan memotong tali yang mengikat tangannya.
Lalu Varsha langsung memutar tangan pria yang menodongkan pistol kearahnya, dan membanting tubuh pria itu. Dengan cepat Varsha mengambil pistol yang tergeletak dan mengarahkannya ke dahi si pria. Varsha sedikit berjongkok, dan membisikkan sesuatu ke pria itu,
'Hah! tidak sia-sia selama seminggu terakhir aku berlatih dengan keras, dan sepertinya pengobatanku pun berjalan cukup memuaskan.' ucap gadis itu dalam hati dengan senyum liciknya.
"Kau tidak perlu menunggu aku dewasa untuk melihat kelinci ini berubah menjadi rubah licik, karna kau tidak akan pernah melihatku saat aku dewasa." Ucapnya dengan nada rendah dan dingin ia pun menyunggingkan smirknya.
Pria itu sedikit terkejut mengetahui Varsha bisa berbicara, namun tidak lama karna didetik selanjutnya gadis itu sudah menghiasi kepala pria itu dengan peluru dari pistolnya.
Samuel yang melihat itu tersenyum puas, 'Nona muda sudah sangat pantas menjadi bagian dari Anda Tuan besar.' Ucapnya dalam hati.
"Biarkan dia tetap hidup Uncle." perintahnya untuk pria yang dihajar pemuda tampan tadi,
"Aku ingin tahu siapa yang berani bermain-main denganku. Jika mereka mengganggap aku adalah gadis kecil yang lemah, mereka salah besar." Ucapnya dingin.
Sementara itu pemuda yang diketahui adalah putranya Samuel merasa bingung dengan apa yang terjadi. Karna yang ia tahu, gadis dihadapannya ini tidak bisa berbicara. Mengetahui tatapan putranya, Samuel tersenyum lembut dan berkata, "Akan Ayah beritahu semuanya nanti."
*********
"Nyonya, sepertinya saya tahu kenapa obat itu tidak bekerja dengan 'Dia'" Ucap seorang wanita, ia sedang berbicara melalui handphone,
"....."
"Saya pikir 'dia' tidak meminum obatnya, Nyonya."
Wanita itu lalu mendengar teriakan kesal dan marah disebrang sana.